Kejutan

25.1K 1.4K 65
                                    

Karena kemarin Ratu pergi pemotretan, harusnya hari inilah ia mendatangi kantor polisi. Namun nyantanya hal itu sama sekali tidak terwujud. Kini gadis itu berdiri di depan pintu apartemen sambil mendengarkan nyanyian nyaring Arini. Matanya terlihat sayu kelelahan, namun ia tetap memaksakan senyum sambil memegangi kedua ujung tali ranselnya dengan sabar.

"Happy birthday, Ratu.., happy birthday, happy birthday, semoga panjang umur,"

Arini berdiri memegang cake tray berisi black forest dengan senyuman lebar. Tak perlu menyapukan pandangannya dengan teliti, Ratu bisa melihat apartemennya yang kini dipenuhi dekorasi dan pernak-pernik ulang tahun. Ia sendiri bahkan tidak ingat kalau hari ini ulang tahunnya.

"Happy birthday," ucap Arini lagi.

Meskipun Ratu tidak terlihat begitu antusias, ia tetap menerima black forest yang diberikan Arini, membuat kakaknya itu tersenyum senang. Ratu memejamkan matanya, membuat permintaan sebelum meniup lilin di atas black forest.

"Makasih ya, Kak," ucap Ratu kemudian.

Arini mengangguk lalu menarik tangan Ratu ke ruang tengah. Sedangkan Ratu hanya menipiskan bibir, membiarkan tubuhnya digusur Arini. Antara malas, namun tidak tega kalau mengabaikan semua usaha keras kakaknya untuk pesta kejutan ini.

Di atas meja sudah terdapat banyak masakan yang dipersiapkan Arini sejak tadi siang. Namun sebelum menyuruh Ratu menikmatinya, ia mengambil sebuah kotak kado berwarna biru di atas pantry lalu memberikannya pada Ratu.

"Ayo buka," ucap Arini antusias.

Tanpa banyak bertanya Ratu segera membuka kotak kado tersebut lalu mendapati sebuah kaos bertuliskan Bieber Lovers. Dibagian depan kaos bahkan terpampang besar foto Justin Bieber saat di masa-masa kejametan.

Ratu sempat termangu sebelum beralih menatap Arini tak percaya. Secara tersirat tatapannya seolah mengatakan "ini gak lagi becanda kan?"

"Kenapa?"

Kenapa katanya saudara-saudara.

Ratu menghela nafas panjang, tak kuasa lagi. "Aku udah gak suka JB, Kak."

Ia memang penggemar Justin Bieber. Nyaris satu dekade silam, saat Justin masih memakai celana melorot di bawah belahan bokong. Atau tepatnya saat ia kelas 4 SD.

Tanpa diduga, raut muka antusias Arini perlahan memudar. Ada sedikit kekecewaan begitu mendengar jawaban Ratu.

"Oh, maaf ya, aku gak tau, hehe." Ucapnya diikuti cengiran canggung⎯menutupi raut bersalah yang masih terlihat dari sorot matanya.

Seketika Ratu menyesali ucapan tak tahu terimakasihnya barusan.

"Tapi ini lucu kok, nanti bakal aku pake," ucap Ratu mencoba menghibur.

Arini hanya menipiskan bibir tanpa berniat menyahut.

"Maaf ya, Rat." ucapnya tiba-tiba.

"Hm?"

"Kakak macem apa yang cuman mikirin dirinya sendiri dan ninggalin adiknya gitu aja. Setelah ninggalin kamu, bahkan sekarang tanpa tahu malu aku dateng lagi seolah semuanya bakalan tetap sama." Ujar Arini diikuti senyuman getir.

Ratu terdiam beberapa saat, kehilangan kata-kata. Sejak bertemu lagi, untuk pertama kalinya Arini membahas kepergiannya beberapa tahun lalu. Meskipun terkadang Ratu kesal, namun ia tak pernah membenci Arini. Wanita itu berhak bahagia dan memikirkan hidupnya sendiri. Lagipula Arini bukanlah orang tuanya⎯bukan ia yang membawa Ratu ke dunia ini. Jadi ia tidak punya kewajiban apapun untuk bertanggung jawab akan hidup Ratu.

HierarkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang