Asing

1.4K 65 0
                                    

Pergerakan halus dari kelopak mata Ratu berhasil membuat perawat bergegas memanggil dokter ke ruangannya. Setelah 3 bulan 27 hari melewati masa kritis dan koma akhirnya gadis itu tersadar. Dokter lantas melakukan check-up juga melayangkan beberapa pertanyaan sederhana untuk memastikan kondisi Ratu.

"Bisa sebutkan nama dan usia kamu?"

Ratu bergeming. Matanya yang lemah mengedar dengan pergerakan halus sebelum kembali menatap dokter di depannya. "Orang yang sama saya. Apa dia baik-baik aja?" Tanyanya dengan suara yang parau.

"Saudara Mahatma Sean Adiwijaya?" Tanya dokter memastikan. Gadis itu pun mengangguk.

"Ya, beliau sempat koma selama 2 minggu, tapi sudah dipulangkan sejak 3 bulan yang lalu." Jelasnya. "Baik, untuk untuk memenuhi tes teknikal fungsi kognitif bisa kamu bantu sebutkan nama dan usia?"

Gadis itu sempat terdiam menjeda. "Ratu Amanda, 21 tahun."

"Tempat tanggal lahir?"

"Jakarta, 9 Desember—"

Ucapan Ratu terhenti saat terdengar sebuah ketukan. Diana berdiri di ambang pintu dan seperti biasa, selalu terlihat anggun nan cantik. Wanita paruh baya itu mengulas senyum mengembang, terdapat sorot kelegaan dari kedua matanya yang teduh. Lalu tanpa banyak kata ia berhambur memeluk Ratu. Pelukannya terasa begitu erat seolah menyalurkan semua kekhawatirannya di sana.

"Saya senang kamu udah sadar, Ratu. I'm so worry about you." Ucapnya penuh kesungguhan.

(Saya sangat khawatir sama kamu.)

Ratu kemudian mengulas senyum lembut. "Makasih banyak, Bu Diana. Sean enggak dateng?" Matanya sedikit melongok ke arah pintu, mencari keberadaan sosok yang sangat ia rindukan itu.

Ekspresi Diana pun berubah. Ada keheningan kosong yang terasa mengkhawatirkan dari tatapannya.

"Kenapa? Sean baik-baik aja kan?" Tanya Ratu cemas.

"Iya, dia sehat-sehat kok." Ucap Diana yang berhasil membuat Ratu bernafas lega, meski hanya sesaat. "But he lost his memory. He doesn't remember anything, especially about you."

(Tapi dia kehilangan ingatan. Dia gak ingat apapun, termasuk tentang kamu.)

Ratu mematung sambil menautkan alisnya kentara. "What do you mean?"

(Apa maksud Bu Diana?)

"Sean hilang ingatan, Ratu. Dokter bilang ada trauma di kepalanya karena cedera yang cukup parah, jadi dia gak bisa mengingat apapun." Ungkapnya menjelaskan. "Dia gak ingat masa lalu termasuk konflik sama Ayahnya. Karena itu Mas Abimana menyiapkan kehidupan baru buat dia. He made him engage with his chosen woman. Beberapa bulan lagi mereka menikah dan semuanya sudah diatur sesuai rencana."

(Ayahnya buat Sean tunangan dengan perempuan pilihan dia.)

Ratu masih bergeming dengan sorot mata tertegun. Ia terlalu kaget meski hanya untuk mengeluarkan satu kata pun. Kini matanya hanya berkaca, menampung tetesan air yang semakin menggenang di pelupuk.

"What—what do you mean? I'm his girlfriend why did he do that?" Tanyanya dengan suara yang tercekat-cekat.

(Apa—apa maksud Ibu? Saya pacarnya kenapa Pak Abimana lakuin itu?)

"I know, it's hard for you but it's for the best. Dia sudah bahagia dengan Allisya sekarang. Saya harap kamu bisa melepaskan Sean dengan ikhlas tanpa harus mengusik kebahagiaan dia,"

(Saya tau, ini berat buat kamu tapi ini yang terbaik.)

Ratu tertegun, hatinya memanas karena amarah bercampur keterpukulan yang mendalam. "Dia bahagia karena dia gak ingat apa-apa. I'm his woman, and he knew that even he doesn't remember." Tukas Ratu penuh penekanan. Air matanya semakin mengenang hingga setetes likuid bening itu jatuh membasahi pipinya.

HierarkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang