Ratu

64.1K 3K 17
                                    

Sebesar apapun kebencian yang dimiliki, kenyataan bahwa darah lebih kental daripada air tak akan pernah bisa disangkal.

Ratu sendiri masih tak paham. Bahkan saat ia begitu membenci Ayahnya pun, kepergiannya tetap meninggalkan rasa sakit yang menyesakkan. Entah bagaimana ia bisa merasa kehilangan untuk seseorang yang bahkan tak pantas disebut sebagai Ayah.

Namun tetap saja, Ratu menghabiskan hampir dua hari menangisi kepergian pria itu. Mungkin karena ia satu-satunya yang Ratu punya, setelah ibunya meninggal dan kakaknya pergi dari rumah.

Meski gadis itu tak pernah mendapat figur Ayah yang baik⎯hanya seorang laki-laki tempramen yang sering memukulinya, namun ia tak pernah membayangkan akan kehilangan Ayahnya dengan cara seperti ini.

Kabar tiba-tiba yang didapat Ratu kalau Ayahnya mati karena kecelakaan di tempat kerja berhasil membuat dunianya runtuh. Kehadirannya memang hanya memberi rasa sakit, tapi kepergiannya tetap menyisakkan luka.

"Mohon maaf Pak, kalo begitu saya akan tetap bawa kasus ini ke jalur hukum. Mungkin di pengadilan nanti Anda yang akan memenangkan kasusnya, tapi tenang saja saya akan memanfaatkan kekuatan media sosial untuk mencari dukungan. Kalau saya memang harus jatuh, saya tidak mau jatuh sendirian."

Itu Arini, kakak perempuan Ratu yang pergi dari rumah sejak umurnya 18 tahun. Ia kembali pulang saat mendengar kematian mendadak Ayah mereka.

Dulu Arini cukup tega karena meninggalkan Ratu kecil bersama Ayah yang kasar. Namun kasih sayangnya tetap ada, nyatanya sekarang ia mengambil tanggung jawab dengan memikirkan kehidupan adiknya setelah ini.

Ia melayangkan tuntutan kepada perusahaan untuk memberi jaminan pendidikan Ratu. Meskipun berulang kali ditolak Arini tidak menyerah, hingga akhirnya salah satu pimpinan perusahaan dikirim untuk mendatangi rumah mereka.

Dari balik pintu kamarnya, Ratu mencoba mengintip pembicaraan kakaknya itu dengan para tamu tersebut. Seorang kuasa hukum dan perwakilan perusahaan. Mereka terlihat rapi⎯dan berkuasa. Kontras sekali dengan keadaan rumah mereka yang terlihat seperti penampungan orang kumuh.

"Baik, Bu, saya paham. Kedatangan kami kemari untuk menyampaikan kalau dewan direksi perusahaan sudah setuju untuk memasukkan saudari Ratu Amanda di program beasiswa sampai jenjang menengah atas. Untuk jenjang perguruan tinggi saudari bisa daftar ulang kembali, dengan syarat nilai yang tidak turun persemester."

Salah satu pria itu berucap, membuat senyum Arini merekah seketika. Begitu juga dengan Ratu yang masih menguping di balik pintu.

Mungkin akan terdengar keterlaluan, tapi ada untungnya juga ayahnya meninggal. Setidaknya pendidikan Ratu lebih terjamin dibanding saat Ayahnya masih hidup dan uang mereka habis untuk judi online. Begitulah pikir Ratu.

Tapi yang tidak ia tahu, justru dari sanalah penderitaan barunya dimulai.

Tapi yang tidak ia tahu, justru dari sanalah penderitaan barunya dimulai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HierarkiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang