—Masakan ala Chef Nabilla, rasanya unik, tapi enak. Sayangnya bikin ngantuk, soalnya tanpa sadar makan sampai nasinya habis alias kekenyangan.—
.
.
.
.Wi-Fi kampus tidak bisa diakses. Tidak sedikit mahasiswa yang menggerutu. Berbeda dengan seorang mahasiswa yang duduk manis di kelas, lebih tepatnya di pojokan belakang. Namanya Nabilla Marsheilla Silalahi, yang selama ini tidak pernah nimbrung di kegiatan duniawi kegemaran kaum hawa.
Ghibah.
Melihat Nabilla seorang mahasiswa lain tak kuasa untuk tidak tersenyum. Dia bingkas dari bangkunya, duduk di sampingnya. "Ngapain, Bil?"
"Oh, ini, lihat-lihat status WhatsApp aja sih. Kamu tumben banget udah di kampus, kan kuliahnya dimulai jam sepuluh nanti."
"Gabut di kos."
"Udah sarapan belum? Ke kosku, yuk. Tadi aku udah masak, tapi belum sarapan. Soalnya tadi buru-buru, enggak cek grup dulu."
"Boleh. Yuk."
Keduanya lalu berjalan beriringan ke tempat parkir. Tak henti-hentinya gadis itu melirik Gilang. Yang dilirik hanya bisa menahan tawa. "Gitu banget liriknya, Bil."
"Enggak nyangka aja, bisa sedekat ini sama kamu. Padahal jaman makrab, kamu tuh cuek banget orangnya."
"Bisa aja kamu, Bil."
"Beneran, Gil. Suwer!"
Gilang terkekeh. Dia sendiri juga tidak menyangka, bisa memiliki teman dekat. Nabilla, gadis yang berasal dari pulau Sumatera. Datang jauh-jauh ke Jogja untuk menuntut ilmu. Sudah lebih dari tiga tahun ini mereka berteman dekat.
"Masak apa kamu, Bil?" tanya Gilang. Dia menaiki sepeda motornya dan Nabila langsung duduk manis di belakang. "Aku masak rahasia. Enak banget, dijamin kamu bakalan ketagihan."
"Kamu masak nasinya banyak gak?"
"Banyak, soalnya beras tinggal segitu. Aku masak semua deh. Kelar kuliah temani aku belanja ya, Gil. Sekalian jalan-jalan sore."
"Boleh."
Gilang sedikit tersentak saat Nabilla tiba-tiba memeluknya erat dari belakang. Dia menggeleng pelan. Perlahan tangannya menyingkirkan tangan Nabilla dan kembali fokus mengemudi.
Sesampainya di kos Nabilla, Gilang mengekori gadis itu ke kamarnya. Pintu dibuka lebar-lebar oleh gadis itu dan mempersilakan Gilang masuk. "Sebentar, aku siapin dulu."
Sekitar lima menit kemudian pemilik kamar kos kembali dengan dua piring makanan, tak lupa setoples kerupuk. Melihat itu, Gilang tersenyum lebar. "Beneran masak banyak ternyata. Kayaknya bakalan nambah deh, kelihatannya enak gitu."
"Kamu harus nambah, itu nasinya masih ada."
"Makasih banyak, pokoknya besok kamu harus masakin lagi." Gilang menerima uluran piring itu dan segera memakannya. Pagi tadi dia tidak sempat sarapan.
"Gil, besok antar ke Dagadu ya," ucap Nabilla, menyuapkan kerupuk pada Gilang. "Nanti belanja, besok ke Dagadu, lusa ke pantai, mau?"
Gilang terlihat menimbang-nimbang sebentar, minggu depan sudah ujian akhir semester dan semester berikutnya dia harus sudah mulai mengerjakan skripsi. "Lusa enggak bisa, Bil."
"Ya udah, enggak apa-apa. Yang penting nanti kamu temani aku belanja."
Gilang mengangguk pelan dan segera menghabiskan makannya, tadi Mama mengirim pesan bahwa lima menit lagi akan telepon. Tepat saat Gilang menelan suapan terakhir, ponselnya berdering. Panggilan masuk dari nomor adiknya. "Sebentar ya, Bil."
KAMU SEDANG MEMBACA
Album Foto
Romance#4 Kinan menemukan sebuah album foto, berisi dokumentasi dari setiap momen yang tak akan pernah dia dan suami lupakan dalam hidup. Ada yang tak terlihat di lembaran foto berikutnya, ada juga yang terus ada sampai lembaran foto yang terakhir. Foto it...