Punyaku Wattpad logonya motif strawberry, punya kalian gitu juga gak?
Sudah pukul dua dini hari, tapi Gilang baru menutup laptopnya. Dia merenggangkan kedua tangannya lalu menguap. Usai menyimpan laptop, dia melangkah mendekati Kinan yang sejak setengah jam lalu sibuk dengan beberapa pakaian kecil.
Sore tadi ada paket dari Mama, isinya perlengkapan bayi. Mulai dari pakaian, selimut, bantal, alat mandi dan sebuah kotak yang entah isinya apa. Tadi Kinan terbangun karena sudah tidur sejak jam setengah delapan. Ingin tidur lagi katanya tidak bisa, jadi dia memilih untuk membereskan isi paket.
"Woah, lucunya." Kinan membentangkan celana kecil berwarna hijau muda.
Gilang ikut duduk di depan perempuan itu, memasukkan alat mandi ke kardus. "Jadi lahiran normal, Kin?"
"Jadi dong. Besok pas mulesnya kamu harus selalu temani aku. Pokoknya temani sampai adek lahir."
Gilang bergidik membayangkan Kinan berdarah-darah saat bayi itu lahir. "Iya."
"Doain ya, Mas, semoga lancar."
"Iya."
Kinan mengusap perutnya, perkiraannya sih sebentar lagi. Sekitar dua mingguan, dia juga sudah tidak berjualan. Libur sampai entah kapan. Tante Anna sudah tinggal di sini sejak kemarin, Gilang yang memintanya. Takut Kinan mules sewaktu-waktu.
"Adek sebenarnya cewek atau cowok sih? Setiap dilihat, selalu ditutupi."
Gilang melirik singkat perempuan itu.
"Ditendang lagi ginjalnya, aduh, dek. Puas-puasin deh nendang ususnya, besok kalau udah lahir, nendang bola sama Ayah," ucap Kinan berlebihan. Perempuan itu terus mengoceh sembari memperlihatkan baju-baju lucu pada bayinya.
Tidak tahu saja dia, jika Gilang terpekur menatap kedua tangannya yang gemetar.
"Sini, Mas. Usap adek, mumpung masih di perut," ucap Kinan sembari menarik tangan Gilang, tapi kembali ditarik oleh pemiliknya. "Kebelet pipis."
Buru-buru Gilang keluar dari kamar, seluruh tubuhnya dingin dan gemetar. Belum lagi keringat dingin mulai membasahi keningnya.
Dia takut.
Dan semakin perut Kinan besar, ketakutan itu juga semakin besar.
Laki-laki itu menyenderkan tubuhnya di pintu kamar mandi, kedua kakinya terasa lemas setiap kali melihat perut Kinan bergerak-gerak saat perempuan itu tidur.
Sejujurnya, sampai saat ini Gilang belum pernah melihat anaknya jika Kinan sedang USG.
Tatapannya selalu kosong.
Jahat.
Gilang tahu itu.
"Gilang, kamu di kamar mandi?"
Buru-buru Gilang membasuh wajahnya dan membuka pintu. "Udah selesai."
"Itu, orang tuamu datang. Pakai mobil," ucap Tante Anna. Dia mengisi teko dengan air dan menyalakan kompor.
Mendengar suara berisik dari depan, segera Gilang menampakkan diri. Mama tepar di sofa, Papa tidur di karpet ruang tengah dan Rangga sibuk membongkar barang bawaan. Sejak lebaran, dua saudara itu tak lagi berkomunikasi.
"Sini." Gilang merebut koper di tangan kakak kembarnya, lalu melangkah ke kamar yang ada di lantai dua.
Usai membantu beres-beres, Gilang berpamitan untuk istirahat. Saat kembali ke kamar, Gilang menemukan Kinan yang sudah tidur. Sepertinya sudah sejak tadi dan tidak terusik dengan keributan di luar kamar. Gilang bergabung dengannya dan memeluk perempuan itu dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Album Foto
Romance#4 Kinan menemukan sebuah album foto, berisi dokumentasi dari setiap momen yang tak akan pernah dia dan suami lupakan dalam hidup. Ada yang tak terlihat di lembaran foto berikutnya, ada juga yang terus ada sampai lembaran foto yang terakhir. Foto it...