0-13

138 7 0
                                    

Ketemu Kinan lagiiii

.
.
.

Selamat membaca 💐

Tidur Kinan terusik, usai salat Subuh berjamaah dengan Gilang tadi, dia rebah di atas sajadah. Mendengarkan Gilang yang sedang mengaji. Tapi saat bangun, perempuan itu mendapati dirinya ada di atas kasur dan diselimuti. Mukenanya juga sudah lepas.

"Mas?"

Gilang yang sedang berganti pakaian segera menyelesaikannya, kemudian mendekat Kinan yang duduk dengan wajah linglung. "Apa?"

"Kepalaku pusing."

"Besok lagi jangan tidur setelah subuh, biar kepalanya enggak pusing. Ada apa?"

"Kamu mau kemana?" tanya Kinan. Melarikan pandangannya pada sang suami yang sudah rapi.

"Enggak kemana-mana. Memangnya salah kalau aku mandi pagi meskipun ini hari Minggu?"

Kinan menggeleng dan beranjak turun dari kasur. "Aku kira kamu mau pergi. Teman-temanmu jadi datang?"

Gilang mengangguk. Semalam Gilang menjelaskan keambiguan sore kemarin di dekat pohon cabai.

Teman-teman Gilang akan datang hari ini ke rumah. Rumah ini dipilih karena tidak ada perempuannya. Gilang lupa, jika hari ini sudah ada Kinan di rumah. Dia merasa bersalah, takut Kinan tidak nyaman karena yang nanti akan datang semuanya adalah laki-laki.

Gilang yang terlalu bersemangat sampai salah, dia mengira yang ingin masak-masakan adalah Kinan, padahal teman-temannya.

"Jam berapa datangnya?" Kinan menadahkan tangannya dan langsung diberi sisir oleh Gilang. Rambut sebahunya acak-acakan seperti singa. Pasti tadi Gilang memainkan rambutnya.

"Katanya jam sembilan, ini udah jam delapan. Kamu mau mandi?" Gilang mendekat dan mengikat rambut Kinan, hal yang paling dia sukai. Sepele, tapi Kinan bangga saat mengetahui jika Gilang lihai menata rambutnya. Mungkin karena sering dimintai tolong oleh Nova.

Kinan mengangguk, dia mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.

Jika biasanya istri akan mengomel jika ada handuk basah di atas kasur, maka ini kebalikannya. Gilang langsung misuh-misuh jika Kinan meletakkan handuknya di kasur saat sedang berpakaian.

"Ditaruh kursi, Kin."

"Kursinya kejauhan."

"Ya udah, besok kursinya aku pindah ke sini. Atau aku cariin gantungan portabel sekalian."

"Kamu langsung ke atas aja, bajunya udah aku cuci. Udah dijemur juga," ucap Gilang saat Kinan melongok ke keranjang pakaian kotor.

Kinan mengangguk, dia membawa tiga novel yang kemarin dia pinjam pada Kiara. Membawanya ke lantai dua. Dia jarang ke sini, biasanya hanya sekedar bersih-bersih atau mencari suaminya. Lagipula hanya ada satu kamar di lantai dua ini. Beralih fungsi menjadi tempat menaruh buku.

Tak lama setelahnya, Kinan mendengar suara beberapa sepeda motor. Setelahnya suara obrolan disertai tawa. Perempuan itu mengintip melalui jendela, hanya ada segerombolan laki-laki. Beberapa diantaranya Kinan pernah melihat saat dia menikah dan di wisuda Gilang.

"Kinan."

"Ya?" Buru-buru Kinan duduk di kasur dan pura-pura serius membaca novel.

Gilang mendekat dan meletakkan beberapa kotak Tupperware. "Ini, ada buah. Buat camilan."

Saat Gilang akan keluar, Kinan memanggilnya. "Sini, sebentar."

"Ada apa?"

"Aku cuma mau cium sebentar. Sepuluh menit."

Album FotoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang