0-6

176 7 0
                                    

Double update deh, soalnya udah lama gak update :p
.
.
.
.

Jika Gilang tidak banyak bicara, berarti ada sesuatu yang membuat kepalanya sakit. Berkali-kali kening laki-laki itu berkerut. Padahal beberapa jam lalu baru saja dia tertawa bersama teman-temannya. Merayakan kelulusan bersama-sama di sebuah cafetaria.

Mengobrol tentang banyak hal. Lowongan pekerjaan, rencana ke depan, masa-masa kuliah, dan masih banyak lagi. Tapi sepanjang perjalanan pulang, tak pernah kening mulusnya tidak berkerut.

"Ini kenapa, sih?" Kinan menyentuh kening itu, berusaha menghilangkan kerutannya.

Mobil yang dikendarai Gilang berhenti, laki-laki itu kemudian mematikan mesin mobilnya. "Kok aku khawatir ya, Kin?"

"Tentang apa?"

"Nabilla."

Kali ini malah kening Kinan yang berkerut. Hal sepenting apakah yang membuat suaminya khawatir dengan Nabilla?

"Bukan khawatir dia kenapa-kenapa. Tapi khawatir dia bakalan ngapa-ngapain," sambung Gilang.

"Aku enggak paham."

Gilang menyerongkan tubuhnya ke arah Kinan. "Kamu lihat enggak, ekspresi dia waktu aku digodain karena sebentar lagi punya anak?"

"Ya?"

"Muka dia kayak tokoh jahat di sinetron."

"Kamu takut Nabilla jadi jahat?"

"Iya."

"Bisa aja itu memang watak asli dia, kan?" Kinan mengendikkan bahunya acuh.

"Enggak mungkin, aku udah kenal dia sejak lama. Dia orangnya baik, enggak mungkin kayak tokoh jahat di sinetron."

Kinan menghela napasnya. "Iya, terserah. Kamu udah kenal Nabilla sejak lama, tahu semua tentang dia, paham dengan segala sikap dan sifatnya. Begitu juga dengan sebaliknya, kan? Aku ngerti kok, dulu kalian memang sedekat itu."

"Kinan ..., bukan itu poinnya."

"Lalu apa?" sentak Kinan. "Kamu enggak mau Nabilla jadi jahat, kan? Lalu yang jadi korbannya pasti aku atau anak kamu. Iya, aku ngerti."

"Kamu enggak paham omonganku."

"Enggak paham gimana sih?!"

"Aku takut Nabilla jahati kamu."

"Oh, takut dia jahati aku? Berarti kamu enggak khawatir sama anak kamu? Siapa tahu anak kamu yang bakalan dijahati."

Gilang menggeleng. "Yang terpenting itu kamu. Kalau kamu baik-baik aja, pasti adek juga baik-baik aja. Begitu juga sebaliknya."

"Yang kamu khawatirkan itu aku, anakmu atau Nabilla?"

"Semuanya."

"Terserah!" Kinan keluar dari mobil dan menyambar tasnya yang ada di dasbor. Perempuan itu melangkah cepat memasuki rumah dan segera masuk ke kamar.

Rumah sedang ramai. Karena saudara-saudara Gilang dan kedua orang tuanya datang. Setelah menghadiri acara wisuda yang mirip piknik satu RT, semalam mereka melakukan syukuran kecil-kecilan. Potong tumpeng karena Gilang sudah lulus dan sebentar lagi akan menjadi Ayah. Si tokoh utama dalam acara syukuran semalam tak banyak bicara, hanya menurut saja saat disuruh ini-itu.

Usai berganti pakaian, Kinan langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Seharian kemarin dia ikut menghadiri acara wisuda Gilang, lalu seharian ini ikut laki-laki itu merayakan kelulusan bersama teman-temannya. Dan barusan malah diajak ribut.

Album FotoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang