[satu]

12.3K 509 9
                                    

ARKABIAN DAN PRADIPA













15.15

Bel pulang dengan sangat keras memenuhi penjuru sekolah, membuat para murid yang tidak betah dengan terburu-buru melangkahkan kakinya menjauh dari gedung itu.

Pradipa atau yang kerap dipanggil Dipa, laki-laki itu baru saja memasukan bukunya kedalam tas. Dengan memakai Hoodie laki-laki itu melangkah keluar dari kelasnya yang sudah mulai kosong. Hanya tersisa beberapa murid yang kebagian piket saja.

Kakinya dengan pelan menyusuri koridor yang lumayan ramai, sebelum suara seseorang yang meneriaki namanya membuat langkahnya terhenti.

"DIPA WOI!" Teriaknya dibarengi dengan suara langkah kaki yang mendekat.

"Gausah teriak Mut, orang-orang nengok tuh." Ujar Dipa malas.

Mutia, perempuan si pelaku teriakan hanya bisa mencibir.

"Ya biarin, orang gue manggil lo ngapain mereka yang nengok." Ucapnya bodoamat.

"Terserah, mau ngapain?" Tanya Dipa enggan berbasa-basi.

Mendengar pertanyaan Dipa lantas Mutia mengembangkan senyum manisnya yang menurut Dipa itu adalah senyum yang tersirat kebusukan didalamnya.

"Hehehehh tem-" belum sempat Mutia menyelesaikan perkataannya Dipa dengan cepat memotongnya.

"Ogah." Tolak Dipa mentah-mentah.

Mutia cemberut, "ayo dong Dipaa, si Kiran sakit." Ujar Mutia dengan melas.

"Gue gamau." Ucap Dipa lagi.

Tidak perlu Dipa tebak, pasti Mutia mengajaknya untuk melihat genk yang selalu nongkrong di warung yang berada tidak jauh dari gedung sekolahnya itu.

Kurang kerjaan banget, mending Dipa molor.

"Lo bukannya ada eskul Osis?" Tanya Dipa mengangkat sebelah halisnya.

"Bolos ya lo?" Tuding Dipa yang memang benar adanya.

"Gue aduin Rizal mampus." Ucap Dipa membuat Mutia gelagap.

"Hah, apaan orang gue sakit perut...iya, sakit perut nih awss." Kata Mutia, tangannya bergerak memegang perutnya yang sama sekali tak sakit itu.

"Awss, gue duluan ya Dip mau ketoilet." Ujar Mutia melangkah meninggalkan Dipa yang menatapnya heran, pasalnya arah toilet berlawanan dengan arah perginya Mutia.

Dipa menggelengkan kepalanya pelan, lantas dirinya berlalu pergi sebelum seseorang kembali membuat langkahnya terhenti.

Rizal.

"Napa?" Tanya Dipa mengangkat sebelah halisnya.

"Lo liat Mutia?" Pertanyaan itu lolos dari mulut Rizal si ketua Osis.

"Engga, mungkin pulang duluan kali. Nengokin Kiran kan lagi sakit." Jawab Dipa berbohong, soalnya dia males nanti kalo dia jujur musti dirinya yang harus nyari Mutia. Males banget, mau cepet-cepet pulang.

"Oh gitu ya, yaudah gue duluan Dip." Ujar Rizal, sebelum pergi tangannya terangkat mengelus rambut Dipa dan mengacaknya pelan.

"Pergi mah pergi aja anjing, gausah ngacak rambut gue!" Ujar Dipa kesal sambil menata kembali rambutnya yang terlihat berantakan.

Mendengar perkataan itu, Rizal membalikan badannya dan mengedipkan sebelah matanya kearah Dipa.

Melihatnya Dipa langsung mengacungkan jari tengahnya sekilas, dan langsung melenggang pergi dari sana menuju gerbang. Dirinya ingin segera tidur.

Arkabian [Boyslove]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang