MAS BIAN
Hari ini adalah hari weekend, hari kesukaan bagi kebanyakan orang, termasuk Dipa sendiri.
Laki-laki yang masih dibalut piyama itu kini berjalan keluar rumah, berniat akan menjalankan pesan yang Bundanya berikan. Yaitu menyiram tanaman bunga yang berada diteras rumah.
Akan tetapi semalam hujan turun dengan lebat, membuat Dipa menjadi tidak repot untuk menyirami satu persatu tanaman yang memenuhi halaman rumahnya itu.
Namun kini tugas Dipa memetik daun yang sudah mengering, serta yang terlihat panjang.
Jika saja Bundanya tidak berpesan seperti itu kemarin, mungkin kini Dipa masih berguling-guling dikasur empuk miliknya, menikmati hari libur dengan tidur seharian.
Menghela nafasnya pelan, sebelum Dipa benar-benar keluar teras rumah Dirinya terlebih dahulu membawa alat-alat yang sekiranya ia butuhkan nanti dari gudang.
Bundanya semalam lembur, menjadikannya tidak pulang dan mengalihkan tugas mingguannya kepada si anak.
Menghirup udara dalam-dalam saat membuka pintu rumahnya, Udara pagi sehabis hujan memang sangat menyejukkan, Dipa menyukai suasananya.
Keningnya menyirit saat melihat siluet tubuh seseorang yang berada diluar gerbang.
Siapa?
Tak mau ambil pusing, Dipa kini mengambil gunting khusus untuk memotong bunga. Tangannya dengan cekatan memotong dahan atau daun yang sudah terlihat jelek.
Lama dirinya berkutik dengan tanaman Bundanya, keningnya dibuat mengkerut kembali saat bayangan seseorang yang berada diluar gerbangnya tak kunjung hilang juga.
Dengan rasa penasaran yang tinggi, Dipa kini berjalan dan membuka pagar rumahnya.
"Siap-" ucapannya menggantung diudara saat netra Hazel itu kini melihat dengan jelas laki-laki yang berdiri tegap disamping motornya serta pakaian yang basah total.
"Arkabian?"
"Ngap-" kembali, ucapannya tercekat saat sosok yang berdiri tegap itu kini beralih menerjang tubuhnya, memeluknya dengan sangat erat seakan jika longgar sedikitpun akan hilang.
Dingin, sensasi dingin kini menjalar pada tubuh Dipa saat laki-laki itu mendekapnya dikarenakan bajunya yang basah, akan tetapi tubuh laki-laki itu sangat panas sekarang!
Gunting tanaman yang Dipa pegang dengan tidak sadar terjatuh, Dipa terkejut sekarang.
"Sayang...sebentar biar gini dulu.."gumam Arkabian yang masih dapat didengar jelas oleh pendengaran Pradipa.
Laki-laki yang didekap kini membulatkan matanya saat mendengar kata gumaman yang dilontarkan Arkabian.
Cukup lama keduanya berada diposisi itu hingga akhirnya Dipa merasakan pegal pada kakinya, tangannya dengan perlahan melepas rengkuhan Arkabian dengan lembut.
Lagi dan lagi Dipa dibuat terkejut dengan pergerakan yang dilakukan Arkabian, laki-laki itu kini berlutut didepannya dengan kepala yang menunduk.
"Eh, Kenapa hey?" Tanya Dipa panik, tangannya terulur memegang pundak Arkabian.
Tapi tunggu, pundak laki-laki itu bergetar. Apakah Arkabian menangis?
Dengan panik yang menyerang Dipa kini ikut berlutut menyamakan posisi keduanya.
Tangannya yang semula berada dipundak Arkabian kini beralih kearah rahang tajam laki-laki itu, Dipa angkat sedikit kepala Arkabian yang menunduk. Hingga kini netranya bisa menelisik mata Arkabian yang terlihat sayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkabian [Boyslove]
Teen FictionArkabian, laki-laki bebal yang hidupnya tak jauh dari rokok serta balap liar. Arkabian itu ganteng, tinggi, kekar, he's the perfect man. Many like it, tapi hanya satu yang disukai Arkabian. Yaitu Dipa, pacarnya. Arkabian, laki-laki yang berusaha me...