HILANG
Waktu menunjukan sudah larut malam, jam juga hampir menyentuh angka dua dini hari.
Arkabian kini baru saja tiba di apartemennya, laki-laki itu memasuki unit apartemennya yang sepi dan juga gelap.
Kakinya ia langkahkan menuju kamar, guna untuk melihat Dipa.
Netra tajam Arkabian mengedar mencari dimana keberadaan Dipa yang tidak ada diatas kasur, kakinya melangkah maju kearah kamar mandi. Berfikir Dipa ada didalamnya.
Namun, saat pintu terbuka sosok yang ia cari sama sekali tak ada didalam.
"Dipa?"
Arkabian dengan langkah cepatnya kini bergegas turun kebawah, kenapa Dipa tak ada di apartemennya? Perasaan khawatir kini menyelimuti dirinya.
"Sayang, kamu dimana?!" Teriaknya, namun nihil. Tak ada jawaban apapun yang ia terima.
Dengan cepat Arkabian merogoh saku jaketnya, membawa benda persegi itu untuk ia gunakan menghubungi Dipa yang tak tahu keberadaannya ada dimana.
Namun, suara deringan handphone berasal dari kamar membuat Arkabian menggeram kesal.
Tanpa menunggu lama, laki-laki itu dengan segera menyambar kembali jaket dan juga kunci motornya.
Tujuannya saat ini adalah mencari dimana Dipa berada.
Arkabian berlari kearah parkiran, netra laki-laki itu sedari tadi tak diam. Melihat kesegala penjuru berharap dirinya menangkap keberadaan Dipa.
Saat netranya melirik kedepan toko toserba yang buka duapuluh empat jam tepat disamping apartemennya, Arkabian menangkap sosok yang sedari tadi ia cari kini tengah duduk disalah satu meja yang berada disana.
Menghela nafasnya panjang sebelum kaki panjangnya ia tuju untuk mendekat pada Dipa yang tengah sibuk dengan dunianya.
Sementara Dipa sendiri masih sibuk mengunyah mie miliknya yang masih tersisa setengah, ia bahkan tak menyadari kehadiran Arkabian yang berada disampingnya tengah menatapnya dengan tatapan tajam.
"Bagus ya? Dicariin sana sini taunya enak makan mie, pedes lagi!" Tukas Arkabian membuat Dipa yang tengah menyeruput mienya menjadi tersedak.
"Uhukkh..." Mata anak itu kini berair membuat Arkabian yang melihatnya panik seketika.
"Uhh,...sakitt.." keluh Dipa mengusap matanya yang berair, melihatnya dengan sigap Arkabian memberikan botol mineral yang langsung diteguk habis oleh Dipa.
"Masih sakit?" Tanya Arkabian, Dipa menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
"Lagian bandel, makan mie jam segini mana mienya pedes lagi." Ujar Arkabian.
Dipa merenggut tak suka mendengar perkataan dari Arkabian, matanya kini menatap tajam kearah laki-laki yang ada didepannya itu.
"Biar, suka-suka aku!" Ucap Dipa kesal mengingat bahwa Arkabian telah meninggalkan dirinya sendirian di apartemen.
Mendengar nada ucapan Dipa yang tengah kesal membuat Arkabian menghela nafasnya gusar, ia tau dirinya bersalah disini. Namun, dengan menghilangnya Dipa tanpa sepengetahuan dirinya membuat Arkabian khawatir bukan main. Dirinya sempat berfikir yang tidak-tidak mengingat malam tadi dirinya berhasil mengalahkan Andra kembali, dan ia sangat tau bahwa laki-laki itu tak akan tinggal diam.
Netra tajam Arkabian menelisik pakaian yang Dipa kenakan membuatnya seketika kembali merasa kesal.
Piyama serta celana yang kepalang pendek menjadi pusat perhatian Arkabian saat ini, sementara Dipa sendiri tengah asik memakan mie instannya kembali dengan lahap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkabian [Boyslove]
Teen FictionArkabian, laki-laki bebal yang hidupnya tak jauh dari rokok serta balap liar. Arkabian itu ganteng, tinggi, kekar, he's the perfect man. Many like it, tapi hanya satu yang disukai Arkabian. Yaitu Dipa, pacarnya. Arkabian, laki-laki yang berusaha me...