SAYANG
Keesokan harinya Dipa jalani seperti pada biasanya, pagi ini seperti biasa Dipa akan berangkat sekolah dengan berjalan kaki lalu dirinya menaiki bus.
Dipa sudah siap sekarang, dirinya mengunci pintu rumah terlebih dahulu karena Bunda Anin lembur menjadikan hanya dirinyalah yang berada dirumah.
Menyusuri trotoar jalanan dengan menikmati pemandangan dipagi hari yang sangat Dipa sukai, karena udaranya masih sejuk.
Jarak dari rumahnya untuk sampai kehalte bus memang tidak jauh, itu yang Dipa syukuri.
Sembari menunggu bus datang, Dipa mengeluarkan makanan kucing sachet-tan yang selalu ia bawa didalam tasnya.
Membukanya lalu ia berikan pada kucing yang selalu berada disana, sudah menjadi kebiasaan baginya. Itu sebabnya membuat kucing yang tengah melahap makanannya begitu nyaman berada dipangkuan Pradipa dengan yang memangkunya mengelus rambut kucing itu dengan tempo teratur.
"Laper ya, kasiannya~" tutur Dipa begitu melihat makanannya berkurang dengan cepat.
"Lucu banget si ah, ikut sekolah yuk bareng Dipa." Ujar Dipa karena terlampau gemas melihat kucing yang berada di pangkuannya.
Sementara itu, Arkabian dan teman-temannya kini tengah menaiki motor masing-masing menuju sekolah, dengan Arkabian yang berada didepan.
Tapi entah ada apa, Arkabian tiba-tiba saja menepikan motornya ditepi jalan dan turun dari atas motor besar itu membuat teman-teman yang lainnya menatap Arkabian dengan kening mengerut.
"WOE BOS NAPE?" Teriak Asep begitu melihat gerak Arkabian yang nampak buru-buru.
Namun, bukannya mendapat jawaban atas pertanyaannya, Asep dengan refleks yang bagus menangkap kunci motor Arkabian yang dilempar oleh sipemilik begitu saja.
Kerutan semakin tercetak jelas dikening para anggotanya, bola mata mereka tak lepas dari pergerakan Arkabian yang semakin menjauh dengan kaki panjangnya yang terus berlari melangkah menuju bis.
Mendengus kasar setelah mendapat jawaban atas keheranan mereka.
Dari kejauhan, mereka dapat melihat Arkabian yang berlari memasuki bus yang ditumpangi Pradipa.
Asu bucin!
"Ck, gua kira ada apaan jir." Sahur Bima geleng-geleng kepala.
"Temen lu noh!" Timpal Aldi ikut merasa kesal.
"Zil, bawa." Ujar Arhan menyerahkan kunci motor Arkabian pada Aziel yang dibonceng olehnya.
Mendengus kasar, Aziel turun dari atas motor Arhan dan berjalan dengan malas kearah motor Arkabian yang terparkir apik di pinggir jalan.
•••••
Dipa tersentak kaget saat merasakan ada tangan lain yang menggenggam tangannya yang tengah memegang pegangan bus.
"Hai,"
Suara itu, terasa begitu familiar ditelinga Dipa.
Matanya ia tolehkan kebelakang bertujuan melihat siapa pelakunya.
Menghela nafasnya pelan, Dipa tersenyum dengan canggung kearah Arkabian yang berada dibelakangnya.
Rambut acak-acakan, jaket kulit yang terpasang apik ditubuh kokoh itu, serta nafas yang memburu. Membuat Pradipa mengerutkan keningnya bingung akan sosok yang ada dibelakangnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkabian [Boyslove]
Teen FictionArkabian, laki-laki bebal yang hidupnya tak jauh dari rokok serta balap liar. Arkabian itu ganteng, tinggi, kekar, he's the perfect man. Many like it, tapi hanya satu yang disukai Arkabian. Yaitu Dipa, pacarnya. Arkabian, laki-laki yang berusaha me...