BUNDA ANIN
"Mau ketaman yang didepan ga?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir Dipa.
Arkabian mengerutkan keningnya, tapi tak lama ia mengangguk.
"Pake kursi roda aja ya? Biar gue yang dorong." Kata Dipa, lagi-lagi Arkabian menganggukan kepalanya.
"Yaudah, sini ayo duduk." Ujar Dipa sambil nepuk kursi roda yang ada didepannya.
Arkabian hanya menuruti apa yang Dipa katakan. Dirinya duduk di kursi roda dengan bantuan Dipa.
"Kalo ngerasa pusing atau ada yang sakit bilang ya." Ucap Dipa sebelum dirinya mendorong kursi roda itu.
"Iya."
Hanya itu kata yang mampu diucapkan Arkabian, meskipun terkesan acuh. Namun, siapa yang tau bahwa perasaan bahagia kini membuncah didalam hatinya.
Dipa kini membawa Arkabian menuju taman yang ada dihalaman rumah sakit, dirinya mendorong kursi roda itu menuju dekat dengan bangku taman.
Netra Hazel itu kian berbinar kala menangkap ada beberapa kucing disana.
Tangan Dipa terangkat untuk mengambil satu kucing yang tengah berada disisi kolam ikan keatas pangkuannya.
"Lucuu bangett disini banyak kucing." Katanya antusias, sementara Arkabian sendiri hanya diam memperhatikan bagaimana setiap gerakan yang dilakukan oleh orang yang berada di depannya itu.
Lama memperhatikan sosok didepannya itu, Arkabian jadi teringat tentang dulu.
Saat itu, tepatnya dua tahun lalu.
Apartemen Arkabian yang semulanya selalu sepi kini terisi oleh tangisan pemuda kecil.
"Udah, cup jangan nangis." Kata Arkabian kala itu, berharap tangisan pemuda didekapannya akan berhenti. Namun, bukannya berhenti yang ada malah tambah kencang.
"M-manna bis-aa, huaaaaa l-liaatt k-kakii nya ber-darahh."
"Kas-hiann pp-asti sakhittt..." Katanya sesegukan.
Tangan kecil itu terangkat menunjukan kaki kucing yang terbalut kain kasa kearah Arkabian.
"Nanti juga sembuh, udah ya berenti nangisnya nanti sesek." Ujar Arkabian, tangan besar itu terangkat mengusap pipi lelaki yang ada di pangkuannya, Arkabian menghapus sisa air mata yang mulai mengering itu dengan jarinya.
"Maa-ss jugha ngap-ain nyimpen m-meja dishana." Katanya yang masih sesegukan, kini beralih menyalahkan Arkabian.
Karena meja yang ada disana, kucingnya jadi mengalami musibah yang mengenaskan.
Dimana kakinya yang harus tertimpa dan tergencet oleh meja yang berat itu.
"Iya, maaf ya? It is my fault. Don't cry honey, nanti dadanya engap." Kata Arkabian mengalah, tangannya terangkat mengelus punggung sempit itu yang bergetar.
Dan waktu itu, laki-laki kecil yang ada dipangkuannya berhenti menangis dan beralih menyandarkan kepalanya pada dada bidang Arkabian serta tangannya yang senantiasa memeluk erat kucingnya.
Pada waktu itu, entah kejadian apa yang menimpa seekor kucing yang membuat pemiliknya menangis. Karena saat itu Arkabian baru saja pulang futsal dan disuguhkan pemandangan dunianya yang tengah meraung-raung di apartemennya yang sepi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkabian [Boyslove]
Teen FictionArkabian, laki-laki bebal yang hidupnya tak jauh dari rokok serta balap liar. Arkabian itu ganteng, tinggi, kekar, he's the perfect man. Many like it, tapi hanya satu yang disukai Arkabian. Yaitu Dipa, pacarnya. Arkabian, laki-laki yang berusaha me...