TUKANG URUT GANTENG
Udara pagi ini terasa sangat begitu menyegarkan, matahari yang tak terlalu menyorot karena ada awan yang menghalangi sinarnya sehingga kini udara terasa begitu sejuk.
Dipa baru saja turun dari atas motor besar Arkabian, tangannya terulur menyerahkan helm yang sudah ia lepas kepada Arkabian.
Tangan yang terbalut sarung tangan kulit berwarna hitam itu menerima helm yang Dipa berikan, Arkabian angkat sebelah tangannya guna merapihkan sedikit rambut Dipa yang terlihat berantakan.
Keduanya kini tengah berada didepan halte yang berjarak tak jauh dari gerbang sekolah Dipa, itu memang keinginan Dipa untuk turun disana. Dirinya tak mau menjadi pusat perhatian semua orang dengan turun langsung didepan gerbang sekolahnya.
"Pulangnya telfon Mas ya." Titah Arkabian, Dipa mengangguk dan mengacungkan jempolnya sekilas.
"Sayang, kenapa si kamu ga sekolah bareng Mas aja.." ujar Arkabian lesu.
Dipa mengkerut kan keningnya heran, "kenapa emang?" Tanyanya.
"Nanti Mas kangen.." balasnya membuat Dipa rolling eyes.
Dipa berdecak, "lebay kamu mah, setiap hari juga ketemu." Jawab Dipa jujur yang mana membuat Arkabian mendesah tak terima mendengarnya.
"Kurang itu!" Katanya.
"Kurang apanya?" Tanya Dipa kembali, dirinya benar-benar tak mengerti sekarang.
"Kurang lah sayang, nih ya seandainya kamu satu sekolah sama Mas. Tiap hari kita ketemu, kemana-mana bareng ter-"
"Sstttt, udah Mas mending pergi sekarang." Usir Dipa membekap bibir Arkabian yang tak henti-hentinya mengoceh menggunakan tangannya.
"Sun dulu." Pinta Arkabian membuat Dipa sedikit syok mendengarnya. Pasalnya laki-laki didepannya ini jarang sekali bersikap seperti ini dan juga apa tadi? Minta Sun? Yang bener aja? Dipa mana bisa nolak.
Bercanda, "Udah ah sana pergi hus hus!" Usirnya sembari mendorong-dorong tubuh Arkabian kedepan.
"Gamau?" Tanya Arkabian sedih.
Siapapun tolong Pradipa saat ini, Arkabian ini sebenarnya kenapa?
"Kamu udah gak sayang ya sama Mas?" Tanya Arkabian sambil men-starter motornya, bersiap akan pergi sebelum ada tangan kecil yang menarik jaketnya kuat.
"Kamu kenapa sih?" Tanya Dipa jengkel.
"Gapapa." Jawab Arkabian tanpa menatap kearah Dipa sedikitpun.
"Kamu ngambek!!" Balas Dipa meninggikan suaranya sedikit.
"Siapa yang ngambek, gaada tuh." Elak Arkabian.
"Kenapa?" Tanya Dipa kembali.
"Ngambek gara-gara gadikasih sun? Yang bener aja Mas?!" Tanya Dipa lagi.
Arkabian mendengus mendengarnya, tangannya bersiap untuk menarik pedal gasnya sebelum Dipa lagi dan lagi menahan dirinya.
"Kenapa lagi sih?" Tanya Arkabian kesal.
"Kamu yang kenapa Mas?!" Kata Dipa ikutan kesel.
Hingga satu kecupan Dipa bubuhkan pada Pipi bagian kanan Arkabian yang tidak terbalut helm.
"Udah? Puas?" Tanyanya kearah Arkabian yang kini tengah menatapnya tanpa ekspresi.
"Kurang yang." Balasan Arkabian sontak membuat tangan Dipa melayang dan memukul lengan Arkabian yang berada didepannya dengan kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkabian [Boyslove]
Teen FictionArkabian, laki-laki bebal yang hidupnya tak jauh dari rokok serta balap liar. Arkabian itu ganteng, tinggi, kekar, he's the perfect man. Many like it, tapi hanya satu yang disukai Arkabian. Yaitu Dipa, pacarnya. Arkabian, laki-laki yang berusaha me...