[delapan]

4K 289 12
                                    

ADELINA KINAYA














"Dip, pinjem penghapus dong." Ujar Dilan, teman sebangkunya.

Dilan yang tengah mencatat bab materi menoleh kesamping kala tak mendapat sahutan dari si empu.

"Dip," Panggil Dilan berbisik karena keadaan kelas yang hening.

Dilan mengerutkan keningnya, tangannya mengguncang pelan bahu Dipa yang berada disebelahnya.

"E-eh iya, kenapa?" Tanya Dipa saat dirinya tersadar akibat Dilan yang mengguncang bahunya.

"Lo yang kenapa?" Tanya Dilan.

"Gue gapapa, ada butuh sesuatu." Tanya Dipa membuat Dilan mengangguk singkat.

"Gue pinjem penghapus." Katanya membuat Dipa mengangguk dan bergerak mengambil penghapusnya yang berada didalam tas.

Dipa menyerahkan penghapusnya kepada Dilan, matanya lagi dan lagi secara tak sengaja bertubrukan dengan Adelina yang menatapnya dengan senyum remeh.

"Mau apalagi si?!?" Batin Dipa, dirinya langsung saja mengalihkan penglihatannya. Tidak lagi menatap manusia yang menurutnya aneh itu.

•••••

Jam istirahat telah tiba, membuat semua murid berbondong-bondong pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang meraung-raung minta di isi.

Tak terkecuali dengan Mutia, Kiran dan juga Dipa.

"Dilan mau ke kantin ga?" Tanya Dipa kearah teman sebangkunya itu.

Dilan menggeleng pelan, "Lo aja, gue ga mood makan." Ujarnya yang mendapat anggukan singkat dari Dipa.

"Nitip ga?" Tanya Dipa lagi.

Dilan mengangguk, "gue titip air mineral aja ya satu." Ujarnya lalu kembali menonton tayangan yang ada di handphonenya.

Dipa mengangguk, "Ayo." Ajaknya kearah Mutia dan juga Kiran yang tengah menunggunya di depan kelas.

Ketiganya berjalan dengan santai menuju kantin, sesekali mereka tertawa karena tingkah konyol Mutia yang menggoda setiap adik kelas cowok yang lewat.

"Kiww, adekk... Mauga sama kakak." Kata Mutia genit, tangannya bergerak menyelipkan helai anak rambutnya ke belakang telinganya. Serta matanya yang menggriling dan berkedip.

"YAHAHHAHAH, kasian kabur. Serem kali liat tante girang keliaran siang bolong begini." Ujar Kiran kala matanya melihat bagaimana adik kelas yang digoda temannya itu lari terbirit-birit.

"Kentut!" Maki Mutia mengibaskan rambutnya sehingga mengenai tepat pada wajah Kiran.

"Bajindul." Maki Kiran mengusap wajahnya yang tidak enak.

"Mampus!" Ujar Mutia tertawa puas.

Sementara Dipa cuma diem aja, males ngomong ditambah udah cape pula ngeliat kelakuan aneh temennya itu.

Ketiganya telah sampai dikantin yang lumayan penuh.

"Anjir penuh." Ujar Dipa lesu kala ngeliat kantin yang penuh.

"Hooh jir, mejanya juga gaada yang kosong." Timpal Kiran berkacak pinggang.

"Sans gengs, ada gue." Ujar Mutia songong sambil nepuk dadanya.

Arkabian [Boyslove]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang