[dua]

6.3K 450 2
                                    

RENCANA













Perkelahian sudah terhenti tentu saja dengan anggota Arkabian yang masih sadarkan diri meskipun tubuh mereka bisa dibilang tidak baik-baik saja.

Semuanya duduk mengerubungi Arkabian yang masih tergeletak diatas rumput dengan kaki Dipa sebagai tumpuannya.

Arkabian memejamkan matanya kala rasa pusing kembali menyerang kepalanya yang sedari tadi tak henti-hentinya mengeluarkan darah.

Tangannya sedari tadi tanpa ia sadari menggenggam tangan Dipa dengan erat semenjak Dipa menyeretnya menuju sisi jalan itu.

Ambulan telah tiba membuat semua teman Arkabian langsung saja membopong tubuh bongsor itu keatas bangsal yang telah disiapkan petugas ambulan.

Saat semuanya sudah mengangkat Arkabian, pergerakannya terhenti lantaran tangan Dipa yang masih digenggam erat oleh Arkabian.

"Bentar." Ujar Dipa berusaha melepas genggamannya. Namun nihil, sangat erat membuatnya sedikit kesulitan.

"Lo ikut aja, masuk cepet!" Kata Bima akhirnya.

"Iya, ikut aja." Tambah Aziel mendorong badan Dipa untuk masuk kedalam ambulan.

"Ehh."

Dipa cuma bisa pasrah aja waktu badannya didorong kenceng banget sama cowok yang Dipa gakenal siapa.

Semua temennya Arkabian naik ke motor masing-masing, di dalem ambulan cuma ada Dipa yang tangannya masih digenggam sama Arkabian yang udah mejamin matanya.

"Hei, pliss bangunn." Kata Dipa nepuk pipi cowok yang engga dia kenal itu.

Arkabian diambang kesadarannya ngebuka matanya kecil terus natap kearah Dipa.

Dipa ngerjapin matanya kala netra keduanya bertubrukan, tapi galama karena Arkabian mejamin matanya lagi.

Kok Dipa jadi deg degan ya.

Galama mobil berenti pertanda udah sampe dirumah sakit.

Petugas buru-buru ngeluarin Arkabian yang ada di dalam mobil buat ditanganin, sementara Dipa cuma ikut aja soalnya tangannya masih digenggam sama Arkabian.

Di perjalanan menuju UGD Dipa ga berenti buat nyoba ngelepas genggamannya.

Temennya Arkabian juga ikut ngebantu ngedorong bangsalnya biar cepet.

Ah, akhirnya cekalannya kelepas tepat saat Arkabian dimasukan ke ruangan.

"Huhh." Dipa ngehela nafasnya cape juga lari-lari dari luar sampe masuk kedalem.

Matanya mengedar kesekeliling dimana banyak dari orang yang tadi berkelahi kini memenuhi kursi tunggu.

"Jelasin." Ujar Bima yang kini sudah berada tepat didepan wajah Dipa.

Dipa sibuk merenung, bahkan dirinya tak sadar bahwa ada Bima dihadapannya. Jika saja bahunya tidak diguncang oleh Bima.

"E-eh a apa?" Tanya Dipa linglung.

Bima mengangkat sebelah hasilnya serta menatap Dipa dengan pandangan mengintimidasi.

"Temen gue kenapa bisa sampe kaya gitu?" Tanya Bima.

Dipa meneguk air ludahnya kasar, gimana engga coba. Soalnya semua mata kini tertuju kearah dirinya seakan ikut menanyakan kenapa itu bisa terjadi.

"Gue..guee gatau." Ujar Dipa karena memang benar adanya bahwa dirinya juga tidak tahu menahu.

Pasalnya Arkabian sendiri yang tiba-tiba muncul dihadapannya.

"Tadi, tiba-tiba mas-masnya muncul gitu aja terus, terus ada yang mukul dari belakang." Jawab Dipa tergagap karena Bima menatapnya tajam.

Arkabian [Boyslove]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang