7. mertabak telur

556 11 0
                                    

Dira menyala televisi sebagai obat hening di rumahnya, hari demi hari hubungan mereka semakin dingin. Dira lebih sibuk menghabiskan waktunya di luar rumah, bersama rere, termasuk wildan.

Sedangkan Aditya sibuk dengan pekerjaannya, pulang kampus langsung ke kantor, begitupun seterusnya. Dira tidak mempermasalahkan itu, selagi itu baik untuk Aditya. Ya silahkan, untuk apa ia memperhatikan aditya, dirinya daja tidak diperhatikan. Dira heran dengan Aditya, ko ada orang sedingin Aditya.

Cklek..

Dira menoleh mendapati suaminya yang baru pulang kerja. Ia kembali fokus dengan televisi mengabaikan aditya, yang meliriknya.

"Mamah suruh kita nginep" ucap Aditya.

Dira mengangguk "aku siap-siap dulu" ucap dira masuk kedalam kamarnya. Meninggalkan Aditya yang belum selesai bicara.

Didalam mobil mereka sama-sama diam. Aditya fokus menyetir, dira sibuk dengan ponsel di genggamnya. Sesekali Aditya melirik dira lewat kaca spion mobilnya.

Mata dira tidak sengaja melihat penjual martabak telur dipinggir jalan, yang dikerumuni banyak orang. "Berhenti disitu, aku mau bel....ko enggak berhenti sih. Aku mau beli itu" ucap dira. Saat mobil mereka melewati penjual martabak telur.

"Lain kali aja" ucap Aditya.

Ucapan Aditya berhasil membuat dira, menatap Aditya dengan tatapan yang sangat sulit diartikan, apa Aditya tidak sadar, kalau istrinya sedang ngidam, atau Aditya pura-pura tidak ingat. Dira mengangguk kecewa.

"Sabar ya sayang, nanti kita beli besok" batin dira. Mengelus perut ratanya. Membayangkan martabak telur membuat ia semakin ingin cepat-cepat besok. Dan ia bisa membelinya langsung, tanpa Aditya.

Aditya memarkir mobilnya di bagasi mobil. Ia langsung turun mengabaikan dira. "Mah, pah" sapa Aditya menyalami tangan kedua orangtuanya, Diikuti dira.

"Udah lama enggak main Kesini" ucap pati.

"Kami sibuk dengan urusan kami, masing-masing, mah" sahut dira.

Pati dan Irwan mengangguk paham "dira jangan capek-capek, ya, ingat kandungan kamu lemah, harus banyak istirahat, dan jangan banyak pikiran" ucap irwan.

"Dira capek banget pah. Dira pengen mengakhiri hubungan ini" batin dira.

Dira mengangguk kecil "i-iya pah. Dira masuk kamar dulu" pamit dira

"Sepatu, dan tas nya ditaruh di tempat, jangan berserakan, saya tidak mau kamar saya berantakan, kamu terlalu jorok" ucap Aditya.

Dira yang memang sudah paham, Ia hanya mengangguk kecil. Dan berlalu dari sana, dengan perasaan campur aduk. Sedangkan kedua orangtuanya menatap Aditya dengan tatapan yang sangat sulit diartikan.

"Maksud kamu apa sih, dit, jangan kaya gitu sama istri kamu sendiri, dia lagi hamil anak kamu, jangan semena-mena gitu." Ucap pati menatap anaknya dengan tatapan kesal, dan marah.

Aditya menatap mamahnya "Aditya cuman mau dira disiplin, mah, pah, dia terlalu jorok, adit, enggak suka itu" sahut Aditya.

"Enggak gitu caranya, harusnya kamu ucapkan secara baik-baik, bukan kaya gitu, ucapan kamu bikin sakit hati dira, papah sama mamah saja yang dengerin sakit hati" marah irwan.

Tidak lama dira turun kelantai bawa. "Mah, pah, dira keluar sebentar, dira mau ambil buku dira di rere" pamit dira pada mertuanya.

"Lho. Katanya mau istirahat" ucap pati.

Dira menggeleng "enggak jadi. Nanti aja abis cari buku baru pati istirahat, nanti dira pulang sebelum jam 6" ucapnya. Pati mengangguk. Dira langsung keluar rumah tanpa melirik suaminya, yang sedari tadi menatapnya.

my cold husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang