18. pingsan

614 8 1
                                    

Dira memutuskan untuk kembali kuliah ia sudah menyiapkan diri bertemu suaminya yang sebenar lagi akan menjadi mantan suami. Dira turun dari taksi berjalan menuju kelas Semua mata tertuju padanya lebih tepatnya menatap perut dira yang buncit.

Dira menyadari tatapan mereka bahkan terang-terangan bilang kalau dira hamil di luar nikah. Dira menghampiri runi yang sedang berbincang dengan teman kelasnya juga.

"Apa kabar?" Tanya dira merentangkan kedua tangannya.

Runi melotot sempurna menatap dira. "Ayang kuuuuuuuu" pekik runi memeluk dira erat. "Dira gue rindu banget sama lo, hwaaa bestie udah lama kita tidak jumpa lo kemana aja sih" tanya runi.

"Gue enggak kemana-kemana" jawab dira melepaskan pelukannya. "Lo apa kabar? Kuliah lo enggak bolos, kan?" Tanya dira sambil berjalan.

"Kadang-kadang hehe, semenjak lo enggak masuk-masuk gue kesepian" ungkap runi.

"Eh dira lo gemukan?, Perut lo buncit lo lagi hamil, ya?" Tanya perempuan berambut pirang.

Dira memberhtikan langkahnya. "Kenapa emangnya? Iri?" Tanya dira terkekeh mengejek.

Permepuan berambut pirang menetap sinis dira. "Gue tau lo hamil, tapi lo hamil anak siapa?. Setahu gue lo belum punya suami bahkan pacar aja enggak punya. Jangan-jangan lo hamil dul----"

"Jaga ucapan lo, jangan sembarang bicara" marah dira mencengkeram baju perempuan itu.

"Itu buktinya perut lo bun----"

"Dira hamil anak gue, Kenapa emangnya?" Jawab wildan menghampiri mereka dengan tatapan dingin menatap permepuan itu yang syok mendengar ucapan wildan.

Dira dan runi menoleh menatap wildan yang tersenyum tipis menatap dira. "K-kak wildan" kaget Mereka.

"J-jadi kalian suami istri?" Tanya perempuan itu menatap mereka berdua tidak percaya.

Wildan mengangguk kaku. "Mending lo pergi" usir wildan mendorong pelan sampai permepuan itu pergi dengan perasaan tidak percaya dan bingung.

"Kak, kenapa bilang kaya tadi nanti mereka salah paham lagi" ucap dira sedikit tidak suka.

"Biar mereka enggak ganggu lo" jawab wildan santai.

"Dira" panggil aditya berlari menghampiri mereka dengan tatapan yang sangat sulit diartikan.

Deg

Dira diam mematung menatap lurus depan, suara dan orang yang berusaha ia hindari kini ada di hadapannya. Dira menganggam tangan runi erat. "G-gue enggak mau ketemu dia, run" cicit dira.

"Dira saya mau bicara sama kamu, tolong ikut saya" mohon aditya berusaha meraih tangan dira yang langsung dira tepis.

"Enggak! Stop ganggu gue jangan pernah tunjukin wajah anda di hadapan saya" tolak dira dingin dan tegas.

Aditya menggeleng. "Saya mau bicara soal----"

"Mending anda pergi dari sini saya tidak mau melihat wajah anda lagi" potong dira dingin.

Aditya menatap dira dengan wajah yang pucat. "S-saya mohon jangan tinggalkan saya dira, saya cinta sama kamu" lirih Aditya memegang perutnya yang terasa sakit.

Dira terkekeh hambar. "Lebih baik anda jauh-jauh dari saya, jangan pernah hub------astaga!"

Bruk.

"Pak adit" kaget mereka menatap aditya yang jatuh pingsan. Dira menutup mulutnya syok. "Dia pingsan" cicit dira.

Wildan memanggil siswa yang lewat meminta bantuan untuk membawa aditya ke rumah sakit, dengan perasaan campur aduk dira ikut. Wildan dan runi tidak bisa ikut karena ada ujian mendadak.

my cold husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang