14. Mabuk

554 8 0
                                    

Dira berjalan masuk kampus, menatap lurus depan. Semenjak hamil ia jadi sangat sensitif, berjalan pelan melewati orang yang berlalu lalang. Pagi ini moodnya kurang baik ditambah perdebatan tadi pagi bersama suaminya membuat ia sangat malas bicara.

Dira duduk di kursi belakang menatap lurus depan, baru beberapa orang yang datang termasuk temannya. Rere, yang sudah asyik berpacaran di kelas.

"Dir, jalan yuk abis pulang kampus" ajak rere menatap dira yang hanya diam.

"Yuk dir, gue traktir deh" imbah doni---pacar rere.

Dira menoleh menggeleng pelan. "Mood gue lagi enggak baik, kapan-kapan aja deh" tolak dira halus.

"Gue sama dira mau" ucap seseorang berjalan menghampiri mereka.

Dira menoleh menatap pria tinggi dihadapannya, raut wajah dira berubah menjadi datar, dan syok mendapati wildan mantan pacarnya tepat berada dihadapannya dengan senyum manisnya.

"K-kak wildan" cicit dira kaget.

Wildan tersenyum tipis duduk di kursi samping dira. "Sekalian kita selesaikan masalah kita" ucap wildan mengelus rambut dira lembut.

Dira langsung menepis tangan wildan. Memalingkan wajahnya kesembarang arah enggan menatap wajah wildan. "Aku enggak mau mood aku kurang ba----"

Hap.

Wildan menyumpal mulut dira dengan donat coklat kesukaan dira membuat sang empu melotot kaget. "Bawel, gue mau masalah ini selesai" ucap wildan.

Rere dan doni menatap mereka berdua. "Kalian serius pacaran?" Tanya doni. Sedangkan rere geleng-geleng kepala melihat dira yang nekat selingkuh dengan wildan.

Wildan mengangguk kecil. "Ya. Tapi kita berdua lagi ada konflik" jawab wildan sambil menatap dira. "Gue ke kelas dulu" ucap wildan mengelus rambut dira gemes. Disusul doni yang langsung keluar. Karena jurusannya berbeda dengan rere.

"Pagi" sapa aditya masuk kelas sambil membawa laptop dan buku.

"Pagi, pak adit" sapa balik mereka, kecuali dira yang hanya diam.

"Buka halaman 100, kerjakan sekarang juga" suruh aditya sambil membuka laptopnya, enggan menatap wajah istrinya.

"Pak adit, bapak sebenarnya sudah punya istri atau belum?" Tanya seorang perempuan berambut cokelat.

Aditya yang ditanya seperti itu langsung mendongak menatap dira yang juga sedang meliriknya. Aditya langsung mengalihkan pandangannya menatap perempuan tadi. "Belum. Jangan tanpa diluar materi" jawab aditya.

Deg.

Dira tersenyum hambar menoleh menatap rere yang juga terkejut mendengar ucapan aditya, suami sahabatnya sendiri. "Lo bisa denger sendiri, kan?" Ucap dira.

Rere mengangguk pelan. "Tega banget sumpah, jadi kesal gue dama pak adit" gumam rere.

Dira menatap rere. "Gue mau ajak lo ke suatu tempat, hanya kita berdua jangan lo bawa pacar lo" ucao dira.

Rere mengangguk kecil. "Mau mabuk, kan?" Tanya rere tersenyum lebar.

Dira mengangguk ragu. "I-iya, tapi lo jangan cepu, ya" ucap dira takut-takut.

Rere mengangguk. "Kaga lah. asalkan traktir, heheh" kekeh rere.

***

Rere dan dira saat ini berada di klub malam. Sungguh dira melupakan kalau dirinya sedang hamil, bahkan ia melupakan mengabari suaminya. Dira dan rere duduk di sofa meminum alkohol sambil tertawa terbahak-bahak. Melupakan kejadian tadi pagi yang sangat menyakitkan dihatinya.

my cold husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang