Dira menatap tubuhnya yang polos tidak terbalut sehelai benang pun di tubuhnya, begitupun aditya yang memeluk tubuhnya erat, dira menatap wajah damai suaminya yang semalaman menerkamnya sampai pagi.
Rasa bersalah mulai mengalir di dirinya, buru-buru ia menepis itu aditya memang mencintainya ia tahu itu, tapi aditya tidak pernah menunjukkan rasa cinta yang begitu besar padanya, aditya cuek, dingin, yang membuat dirinya kesepian padahal sedang di dekat dirinya.
Aditya mengerjapkan matanya menyesuaikan sinar matahari yang menerobos masuk ke kamarnya, ia menatap dira yang menatapnya, aditya mencium singkat bibir dira. "Pagi sayang" sapa aditya.
"Pagi" jawab dira.
Aditya semakin memeluk erat tubuh dira. "Hari ini aku mau malas-malasan sama kamu, aku mau kaya gini terus sampai sore, kalau bisa sampai malam lagi" pinta aditya.
Dira menulis abstrak di dada aditya. "Hm, aku juga malas mandi, malas keluar rumah" ucap dira.
"Jorok" ledek aditya.
Dira mengabaikan ucapan suaminya ia mengeratkan pelukannya pada tubuh Aditya. Ia kembali memejamkan matanya menghirup aroma tubuh aditya, belum sempat terlelap ia langsung melepaskan pelukannya ia baru ingat hari ini ia memiliki janji dengan seseorang yang hari-hari ini membuat ia melupakan sikap aditya yang cuek.
"Kenapa?" Tanya aditya heran.
Dira memakai bajunya asal ia menatap aditya. "Emmm...aku ada janji sama temen aku, hari ini aku sama dia mau jalan-jalan, boleh, Kan?"
Aditya mengangguk kecewa. "Hm, hati-hati" ucap Aditya sedikit kesal.
***
Dira menatap wildan yang tersenyum menatapnya. "Sorry telat, aku baru bangun" tidak enak dira.
Wildan mengangguk, ia menggenggam tangan dira masuk ke dalam mall. Ya, saat ini mereka berada di mal, sebenarnya mereka sudah janjian waktu di kampus, mereka janjian langsung di mal saja.
"Mau makan apa?" Tanya wildan membolak-balik menu makanan.
"Samain aja" ucap dira.
Wildan mengangguk, ia langsung memesan makanan dan minuman, ia menatap wajah dira lekat. Mereka sama-sama diam, Wildan Yang tidak suka keheningan ia menggenggam tangan dira. "Jawab jujur, kamu cinta aku, tidak?" Tanya wildan serius.
Dira menatap wildan kaget, ia melepaskan genggaman tangan wildan. "Ko kamu nanya gitu sih?, Kamu enggak percaya sama aku?" Tanya balik dira.
Wildan kembali menarik tangan dira. "Aku percaya, cuman aku perlu bukti" lirih wildan.
Dira menatap kecewa wildan. "Sama aja, kamu enggak percaya sama aku, kak, Aku kira kamu Percaya sama aku" kecewa dira.
"Aku----"
"Aku mau pulang dulu, aku kecewa sama kamu, kak" potong dira ia langsung keluar mal dengan perasaan campur aduk.
"Sayang, dengerin aku dulu" teriak wildan menjadi pusat perhatian banyak orang.
Dira mengabaikan teriakan wildan, ia masuk kedalam taksi, menatap wildan yang berlari mengejarnya. dira menatap lurus jalanan yang ramai ia bingung dengan perasaannya sendiri, di satu Sisi ia masih mencintai aditya, walaupun sedikit, disisi lain ia nyaman bersama wildan.
Ia langsung pulang ke rumah menatap suaminya yang sedang mengetik di laptop, duduk di samping aditya yang masih tidak menyadari keberadaannya. "Sibuk banget" sindir dira.
Aditya menoleh kaget. "Dira, astaga kamu ini ngagetin saya aja" kesal aditya.
Dira menyenderkan kepalanya di pundak aditya menatap laptop yang menyala. "Pengen peluk" lirih dira.
"Sebentar saya lagi kerja dulu" ucap aditya.
Dira mendengus kesal ia duduk dipangkuan aditya membuat sang empu kaget, dan sedikit kesal. "Katanya mau manja-manja sama aku, ko sibuk kerja sih" kesal dira.
Aditya menutup laptopnya ia menatap wajah dira yang kesal. "Suruh siapa kamu main pergi gitu aja, padahal lagi sama suami sendiri" kesal aditya menepis tangan dira yang mengelus rahangnya.
Dira terkekeh gemes ia menempelkan hidungnya dengan hidung aditya. "Gimana kalau kita ulang lagi?" Goda dira menaik turunkan alisnya menggoda aditya.
Aditya menggeleng. "Enggak. saya enggak mau" sinis aditya mendorong wajah dira menjauh darinya.
Dira terkekeh ia tahu suaminya ini kesal dengannya. Ia mencium leher aditya sampai meninggalkan bercak merah, aditya mengeram tertahan sekuat tenaga ia tidak mengeluarkan suara yang aneh. "Yaudah kalau enggak mau. aku mau tidur aja" ucap dira beranjak dari pangkuan aditya.
"Yaudah" sinis aditya mengusap lehernya.
Dira tertawa terbahak-bahak, ia merebahkan tubuhnya di kasur, suara telpon terus berdering membuat ia kesal. Ia tahu siapa yang menelponnya terus menerus. Karena kesal ia mematikan ponselnya melemparnya asal. Sudah beberapa menit ia berusaha untuk tidur tapi tidak bisa-bisa, ia berjalan keluar menghampiri suaminya yang sedang menonton film.
"Kak adit lagi apa?" Tanya dira basa-basi.
"Maling" sinis aditya.
Dira kesal ia duduk kembali dipangkuan aditya. "Perut aku enggak enak, pusing, lemes, mual" lirih dira.
Aditya menatap dira ia sedikit khawatir, tapi ia masih kesal dengan dira. "Minum obat, apa susahnya" sahut aditya.
Dira menghela nafas, ia benar-benar sakit, bukan bercanda. "Huek, huek" mual dira menutup mulutnya menggunakan tangannya.
Sontak aditya menatap dira khawatir. "Dira kamu kenapa?" Tanya aditya mengelus pipi dira.
Dira menyenderkan kepalanya di dada aditya. "Aku enggak bercanda, aku benar-benar sakit" lirih dira.
Aditya mengangguk ia langsung membopong tubuh dira membawanya ke kamar, merebahkan tubuhnya di kasur. "Apa kamu h-hamil?" Cicit aditya.
Dira langsung menatap aditya kaget. "Enggak mungkin, tap---"
"Tapi apa?" Tanya aditya tak sabar.
"Aku baru aja ke guguran, enggak mungkin secepat itu untuk hamil lagi" lirih dira sedih.
Aditya langsung menindih tubuh dira, ia tersenyum miring. "Kalau gitu kita lakuin sekali lagi" ucap aditya membelai wajah dira.
Dira menggeleng. "Aku enggak mau" tolak dira mendorong tubuh aditya dari tubuhnya.
Aditya mendengus kesal, ia pantang menyerah, merayu dira sampai mau, alhasil dira terhasut. Mereka kembali melakukannya di siang hari, kali ini aditya akan berusaha lebih keras supaya ia memiliki keturunan, walaupun hanya Tuhan yang tahu.
Dua jam mereka melakukannya, Mera sama-sama lelah, mereka saling berpelukan menatap satu sama lain. "Pusing" lirih dira.
Aditya memijit kepala dira. "Kamu tidur aja, nanti aku yang beresin rumah" ucap aditya tidak tega.
Dira mengangguk lemas, kenapa hari ini ia sangat pusing dan lemas. Ia mulai memejamkan matanya menikmati pijitan lembut dari suaminya.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
my cold husband
Novela JuvenilSemenjak dira keguguran adiya putra berubah sikapnya menjadi dingin, cuek. Terkadang sikap Aditya membuat dira merasa kesepian padahal ia sedang bersama suaminya. Aditya putra CEO sekaligus dosen di kampus dira, sikapnya membuat dira tidak betah ber...