19. dramatis

631 8 2
                                    

Aditya Menatap istirnya yang sedang masak di dapur, setelah paksaan dari kedua orangtuanya aditya dengan terpaksa dira mengizinkan aditya tinggal sementara di kontraknya. Hanya sampai aditya sembuh dan setelah itu aditya harus angkat kaki dari kontaknya, apapun alasannya.

Aditya memeluk dira dari belakang Membuat sang empu kaget, dira memberontak minta dilepaskan namun aditya semakin mempercepat pelukannya. "Saya cuma mau peluk kamu doang, dira" ucap aditya sambil mengelus perut buncit dira.

"Lepas, anda jangan macam-macam, ya. Saya bisa teriak panggil warga" ancam dira.

Bukannya melepaskan aditya malah membalikkan tubuh dira menghadapnya, mematikan kompor gas. "Silahkan teriak kalau kamu tidak malu, saya punya bukti pernikahan kita saya tinggal tunjukin kalau kamu istri saya, dan saya bilang juga kalau istri saya lagi kesal karena saya sibuk kerja jadinya kamu usir saya" ucap aditya panjang lebar.

Dira menatap datar aditya. "Anda licik, sudah diizinkan tinggal disini masih saja merepotkan saya" sinis dira.

"Saya tidak suka nama panggilan yang awal nya mas jadi anda-anda enggak sopan" ungkap Aditya.

Dira terkekeh kecil. "Siapa anda ingin dipanggil seperti itu?, Panggilan itu khusus untuk orang yang baik dan tidak kasar sama istrinya yang sedang hamil" sindir dira.

"Saya suami kam---"

"Calon mantan suami, saya tidak akan merubah keputusan saya untuk bercerai dengan anda" potong dira tegas.

Deg

"Kamu jangan egois, anak di perut kamu anak saya juga, dia darah daging saya, Dia masih perlu sosok seorang ayah." Ucap Aditya menatap dira lekay.

Dira terkekeh kecil ia duduk di kasur. "Dia.." dira menunjuk perut buncitnya. "Dia tidak butuh sosok seorang ayah yang tidak bisa menghargai istrinya, dan hampir mencelakai anaknya sendiri. Dan anda bilang kalau saya egois?. Hay anda yang egois bukan saya yang egois" bantah dira

Aditya terkekeh hambar ia duduk di depan dira, berusaha mengontrol emosinya. "Kamu kecewa karena sikap saya?" Tanya aditya sambil mengelus perut dira yang langsung dira tepis. "SAYA LEBIH KECEWA SAMA KAMU KARENA KAMU TELAH BERSELINGKUH DENGAN PRIA LAIN." marah aditya.

Deg

Dira menatap kaget aditya. "M-maksudnya?" Tanya dira gugup.

Aditya menunjukkan sms dira dengan wildan sewaktu mereka berdua masih berpacaran. Dira membacanya syok, Menggeleng cepat. "Masih perlu bukti?" Tanya aditya.

"I-itu salah paham----"

"Walaupun saya cuek sama kamu rapi saya tidak pernah berselingkuh sama perempuan lain, karena saya mencintai kamu. Saya bisa saja laporkan ini pada kedua orang tua kamu dan tentunya kamu akan diusir atau bahkan kamu tidak lagi dianggap sebagai anak kandung mereka" ucap aditya napasnya memburu.

Dira menatap adiknya. "Lalu kenapa anda tidak menceraikan saya kalau anda tau kalau saya pernah selingkuh dengan pria lain?" Tanya dira penasaran.

Aditya terkekeh kecil. "Karena saya cinta sama kamu, karena saya yakin kalau kita akan seperti dulu lagi. Karena saya yakin kamu cinta sama saya, dan hanya menjadikan pria itu sebagai lapisan kekesalan dan kesepian kamu karena saya cuek. Tapi percayalah saya benar-benar mencintai kamu, dira. Saya mencintai kamu dengan cara saya sendiri daya tidak mau meniru orang lain" ucap aditya panjang lebar.

Dira terkekeh hambar. "Tidak ada cinta yang begitu dingin, tuan aditya yang terhormat" ucap dira sambil terkekeh.

Aditya memegang kedua pundak dira. "Kamu mau saya terang-terangan kalau saya peduli sama kamu?, Kan. Baiklah saya akan tunjukkan itu semua di depan orang lain kalau saya tidak sedingin mereka, asalkan kamu tidak menceraikan saya"

Dira menepis tangan aditya. "Terlambat, saya sudah tidak memiliki rasa lagi pada anda, rasa cinta saya sudah hilang" ucap dira menahan air mata.

Deg

Aditya menggeleng cepat ia menganggam paksa tangan dira. "Bilang sama saya kalau itu semua bohong, saya tidak mau bercerai sama kamu dira. Kamu masih ingat, kan janji kita dulu kalau kita akan terus bersama sampai maut memisahkan kita berdua?" Ucap aditya tidak kuat menahan air mata yang langsung mengalir.

Dira memalingkan wajahnya enggan menatap wajah aditya, ia tidak bisa melihat aditya menangis seperti ini. "S-sudalah lupakan janji itu, lagian udah lama banget janji itu aku tarik kembali" lirih dira menahan sesak di dadanya.

Deg

Aditya menggeleng ia menarik dira kepelukannya. "Enggak! Aku enggak mau dira, aku enggak mau cerai sama kamu, hiks. Aku janji aku akan berusah untuk menjadi suami idaman kamu, aku janji" isak aditya.

Dira diam merasakan pelukan hangat dan nyaman dari aditya, ia tidak bohong kalau dirinya sangat merindukan aditya, namun egonya terlalu tinggi. "Lebih baik anda istirahat, besok saya antar anda pulang" ucap dira melepas paksa pelukan aditya m

"Saya tidak mau pulang" tolak aditya. Ia berjalan menuju dapur mengambil pisau tajam, mengarahkannya ke lengannya tepat di nadi. "Saya mau meninggal saja, saya tidak mau bercerai sama kamu" ucap aditya.

Dira melotot sempurna melihat itu. "jangan macam-macam, lepaskan pisau itu" panik dira.

Aditya Menggeleng ia menatap dira. "Saya tidak main-main saya mau meninggal saja kalau kamu ceraikan saya, untuk apa saya hidup tapi tidak bersama kamu"

Dira meraup wajahnya kasar. "Jangan bertingkat seperti anak kecil, kau sudah dewasa bahkan sebentar lagi kau menjadi ayah" kesal dira, sekaligus khawatir dan panik.

Aditya terkekeh. "Kamu bilang kalau kamu bisa jaga anak kita, maka jagalah sendiri saya tidak bisa menjaga kamu apalagi menjaga anak saya" ucap aditya.

Dira memutar bola matanya malas. "Jangan dramatis, lepaskan pisau itu atau-----"

"Atau apa?" Tanya aditya cepat.

Dira mengacak-acak rambutnya kesal. "baiklah kita tidak akan bercerai dengan syarat kau tidak boleh menyentuhku." Pasrah dira.

Aditya tersenyum ia melepaskan pisau dari tangannya. "Berjanji?" Tanya aditya dengan senyum lebarnya.

"Enggak usah kaya anak kecil, lebih baik kau tidur" suruh dira malas.

Aditya mengangguk pelan ia langsung merebahkan tubuhnya di kasur, Menatap dira yang melanjutkan masaknya yang beberapa menit tertunda.

Dira mendengus kesal ia jadi bingung dengan perasaannya yang campur aduk, disisi lain ia masih mencintai aditya, disisi lain ia kecewa dan kesal pada aditya.

Bagaimana dengan wildan yang selalu ada saat dirinya butuh, wildan pria yang baik dan perhatian pada dirinya. Mengorbankan banyak hal demi dira yang jelas-jelas mereka sudah tidak memiliki hubungan apa-apa lagi.

Dira menyenderkan kepalanya di tembok Menatap langit-langit yang polos. "Tuhan, semuanya sangat rumit untuk aku yang suka sat, set" gumam dira tidak jelas. "Rasanya aku ingin membelah jiwa dan ragaku menjadi dua supaya aku bisa memiliki mereka berdua tanpa harus ada yang dikorbankan" lirih dira.

***

my cold husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang