Semenjak itu dira ikut-ikutan cuek dengan suaminya, walaupun begitu ia selalu menyiapkan keperluan suaminya, hanya saja sekarang ia tidak mau banyak bertanya dan berinteraksi lebih dengan Aditya.
Aditya tentu heran kenapa istrinya berubah begitu cepat "kamu berangkat bareng say--"
"Enggak usah, aku udah pesan taksi bentar lagi juga sampai" potong dira mengigit roti.
Aditya mengangguk kecil "kalau gitu pulangnya barang saya aja, kamu enggak usah pesan taksi, atau numpang sama teman kamu" ucap Aditya menatap dira yang sibuk dengan ponsel digenggamnya.
Dira menggeleng kecil tersenyum tipis "makasih atas ajakannya, mungkin lain kali aja, kalau gitu saya permisi dulu" pamit dira keluar terburu-buru.
"Sayang" cicit Aditya, tidak biasanya dira memanggil dengan sebutan 'saya' biasanya 'aku, kamu'.
***
Sesampainya di kampus dira langsung masuk kelas ia menyibukkan dirinya dengan banyak hal, biasanya ia seperti mahasiswi malas. Ia memejamkan matanya rasa pening di kepalanya semakin menjadi-jadi.
Rere yang melihat gelagat temannya beda khawatir "are you oky?" Tanya rere.
Dira mengangguk "gue baik-baik aja" jawab dira bohong ia kembali fokus dengan buku-bukunya mengabaikan pening di kepalanya yang semakin menjadi-jadi. "Gue keluar bentar, kalau dosen cari bilang gue izin" pamitnya dengan wajah pucat nya.
"Gue antar"
Dira menggeleng kecil "enggak usah" sahutnya sambil keluar kelas. Ia duduk di depan kamar mandi memijat pelipisnya pelan "pusing banget" lirihnya.
***
Dira masuk kamarnya ia menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, sepatu yang belum ia lepas, tas yang ia lempar asal. Memejamkan matanya rasa pusing di kepalanya semakin menjadi-jadi.
Aditya masuk kedalam kamar yang langsung disuguhi pemandangan yang sangat berantakan baginya. Rahangnya mengeras melihat dira tidur tanpa melepas sepatu.
"DIRA LEPAS SEPATU KAMU" bentak Aditya menghampiri dira yang masih enggan pada posisinya meringkuk.
aditiya menyibak selimut yang menutupi seluruh tubuh dira "DIRA KAMU DENGAR SUARA SAYA?, ATAU KAMU TULI?, HAH?" bentak Aditiya merasa diabaikan diran.Dira menarik kembali selimut yang Aditya tarik. "Sebentar aja, badan aku lemas" lirih dira, untuk bicara saja rasanya tidak kuat.
"Enggak. Kamu bersih-bersih dulu baru boleh istirahat" tolak Aditiya.
Dira hanya mendengarkan Omelan suaminya, untuk menjawab saja rasanya tidak kuat, badannya terasa remuk dan lemas, seakan tidak memiliki tulang.
Terlalu kesal dengan sikap Dira yang menurutnya jorok, ia menarik kaki dira sampai dira terjatuh kelantai. Sontak dira kaget ia menatap aditiya dengan tatapan yang sulit diartikan. Untuk kali ini sudah cukup Aditya membuat dirinya sakit hari.
"JOROK, SAYA TIDAK SUKA WANITA JOROK SEPERTI KAMU" bentak aditiya merapihkan kasur yang berantakan.
Dira bangun menatap kecewa Aditya "saya tidak menyangka kalau anda tidak memiliki hati nurani sedikitpun" lirih dira.
Aditya menatap datar dira "tidak memiliki hati?, Kau yang tidak memiliki hati, dira" bentak Aditya.
Dira terkekeh sinis "SAYA SEDANG SAKIT TUAN ADITYA YANG TERHORMAT, HARUSNYA KAU SEBAGAI SUAMI LEBIH PERHATIAN DENGAN KEADAAN ISTRI KAU SENDIRI" bentak dira air matanya mengalir deras membasahi kedua pipinya.
Aditya diam mematung ia baru sadar wajah dira pucat dan badannya bergetar hebat. "Say--"
"SAYA SUDAH CAPEK DENGAN SIKAP ANDA, SELAMA 5 BULAN ANDA BERSIKAP SEPERTI INI, SELAMA 5 BULAN JUGA SAYA BERUSAHA MENGEJAR CINTA SAYA, TAPI NYATANYA KITA TIDAK BISA SEPERTI DULU LAGI"
KAMU SEDANG MEMBACA
my cold husband
Novela JuvenilSemenjak dira keguguran adiya putra berubah sikapnya menjadi dingin, cuek. Terkadang sikap Aditya membuat dira merasa kesepian padahal ia sedang bersama suaminya. Aditya putra CEO sekaligus dosen di kampus dira, sikapnya membuat dira tidak betah ber...