Sudah satu Minggu dira tidak juga pulang ke rumah membuat aditya prustasi, kerjaannya belum juga selesai ditambah istrinya entah kemana membuat ia semakin pusing.
Aditya menatap mamah dan papah nya. "Pah, mah gimana ini Adit bingung" lirih Aditya.
Pati menatap anaknya kesal. "Kamu emang keterlaluan adit, wajar saja dira marah sama kamu sikap kamu saja tidak mencerminkan suami yang baik dan cinta istri." Marah pati.
Irwan meraup wajahnya. "Kamu cari sendiri kami capek dengan masalah kalian berdua, tapi papah mau kamu harus segera bawa pulang menantu papah kalau kamu belum menemukan dira kamu tidak boleh datang kesini" tegas irwan.
Aditya keluar rumah dengan perasaan hancur. "Dira maafkan saya" sesal aditya.
"Permisi apa ini rumah kediaman keluarga Aditya?" Tanya pria.
Pati dna Irwan keluar menatap pria itu, sepermainannya kurir. "Ya, ada perlu apa, ya?" Tanya Irwan.
"Ada surat dari pengadilan untuk Aditya" jawab pria iru menyodorkan amplop coklat.
Deg
Aditya yang sedari tadi diam langsung merebut surat itu membacanya dengan teliti. Jantungnya berdegup kencang. "I-ini pasti enggak benar dira enggak bakal gugat cerai saya" lirih Aditya.
"Saya permisi dulu" pamit kurir yang langsung Irwan angguki.
"Pah, mah, dira enggak mungkin ceraikan adit dia sayang sama adit" kata aditya menganggam tangan pati.
"Cepat cari dia sampai ketemu" ucap pati lirih.
Aditya keluar rumah dengan perasaan hancur, ia tidak mau cerai dengan dira. "Maafkan saya dira" lirih aditya.
***
Dira duduk menatap lurus depan. "Ko tiba-tiba pengen es kelapa" cicit dira mengelus perut buncitnya.
Tok.tok.tok.
"Dira ini gue wildan" ucap wildan.
Dira berjalan membukakan pintu untuk wildan. "Apa?" Tanya dira menatap wildan.
Wildan tersenyum tipis. "Gue bawain es kelapa buat kamu" ucap wildan menyodorkan kantong plastik yang berisi es kelapa.
Mata dira berbinar-binar menatap es kelapa. "Serius buat aku?" Tanya dira mengambil es kelapa sambil berjalan masuk.
Wildan mengangguk mengikuti dira dari belakang. "Kalau butuh sesuatu jangan sungkan telpon gue, 24 jam gue siap buat kamu" kata Wildan.
Dira mengangguk pelan ia sibuk minum es kelapa. "Terimakasih. Tau aja kalau aku pengen es kelapa" kata dira tersenyum manis.
Wildan melirik perut dira yang membucit. "Gue boleh elus perut kamu enggak?, Cuma elus doang ko enggak macam-macam" kata wildan cepat.
Dira diam beberapa detik sebelum ia mengangguk pelan. "B-boleh" jawab dira gugup.
Wildan perlahan mengelus perut dira lembut. "Hello bayi, sehat-sehat di perut mamah jangan nakal, ya. Jangan repotin mamah kamu, dan jangan lupa jagain mamah kamu ingetin mamah kamu makan juga, soalnya mamah kamu suka lupa makan" kata wildan mengajak bicara perut buncit dira.
Dira meneteskan air matanya, buru-buru ia hapus ia tidak mau wildan tahu dirinya lemah. "Harusnya mas Adit yang bilang gitu bukan orang lain yang selalu ngingetin" batin dira sedih.
"Kamu enggak ada niatan untuk pulang?" Tanya wildan.
Dira langsung menoleh menatap wildan menggeleng cepat. "Enggak!. Aku enggak mau pulang dan repotin mas adit, aku mau mandiri dan urus anak aku sendiri" jawab dira cepat.
Wildan menatap diri dengan tatapan teduh. "Bagiamana dengan anak kamu?" Tanya wildan hati-hati.
Dira menarik napas panjang. "Aku bakal rawat dia tanpa dia di samping aku dan anak aku, kak. Lagian aku juga udah urus surat penceraian" jawab dira lirih diakhir kalimat.
Wildan melotot sempurna ia menatap dira syok. "C-cerai?" Cicit wildan kaget.
Dira mengangguk. "Ya. Tinggal nunggu sidang dan semuanya berakhir" sahut dira sambil mengelus boneka matahari yang dibelikan Wildan.
Wildan membenarkan posisi duduknya lebih nyaman. "K-kamu harusnya pikirkan ini secara matang-matang bukan gegabah seperti ini, kamu nanti nyesel" kata wildan.
Dira terkekeh kecil. "Haha. Nyesel? Tidak ada yang menyesal lagian tidak ada yang kuat dengan sikap suami yang dingin, dana ku juga tidak mau merepotkan dia"
"Kalau gitu menikah sama gue, akan gue pastikan kamu mendapatkan apa yang tidak kamu dapatkan dari pak adit"
***
Aditya duduk di teras rumahnya pandangannya kosong ia terus memikirkan dira. "Kamu dimana sih sayang" lirih aditya.
"Kamu memang keterlaluan adit istri kamu lagi hamil muda kamu malah bersikap dingin, mood ibu hamil itu berubah-ubah dan sangat sensitif dengan ucapan" kata runi menatap menantunya kesal.
Aditya mengangguk menyesal. "Adit menyesal, adit terlalu pusing mikirin pekerjaan yang bermasalah jadi adit lampiaskan sama dira yang tidak tahu apa-apa" sesal aditya.
"Sampai kenapa-kenapa anak saya dira. Kamu tidak akan saya maafkan sampai kapanpun" marah Irwan.
"Bagiamana dengan gugatan cerai dira?" Tanya pati.
"Saya sebagai papah dira setuju-setuju saja lagian adit sudah dikasih kesempatan berkali-kali tapi dia masih saja mengulanginya" jawab Irwan.
"Pah---"
"Saya kecewa sama kamu, dit" ucap Irwan langsung pergi dari rumah menantunya.
***
Malam-malam dira tiba-tiba ingin makan pecel lele melirik jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, ia tidak berani keluar sendirian. "Apa telpon wildan aja, ya" gumam dira. "Ish enggak enak banget telpon orang malam-malam gini mana jauh lagi dari sini." Mengelus perut buncitnya. "Jangan pengen apa-apa dulu mamah takut belinya sayang" ucap dira.
Drettt...dret...
Dira langsung mengambil ponselnya menatap nama si penelpon. Ia langsung menggeser icon berwarna hijau. "Ya. kak ada apa?" Tanya dira.
°^°^
"Hah? Mau ngapain malam-malam kesini?' tanya dira sambil beranjak dari duduknya membukakan pintu untuk wildan yang ternyata sudah di depan pintu. Dira langsung memutuskan sambungan telponnya menatap wildan yang basah kuyup.
"Gue lewat sini gue ingat lo jadi gue bawain ini, lo udah makan?" Tanya wildan menyodorkan kantong plastik.
Dira mengambil ia membuka isinya matanya berbinar-binar. "Pecel lele, arghhh aku suka ini baru aja aku mau minta antar buat beliin ini" senang dira memeluk wildan.
Wildan diam mematung merasakan pelukan dira, sadar dirinya sedang basah kuyup wildan mendorong pelan dira "Jangan peluk dulu gue lagi basah nanti lo ikut basah" kata wildan tersenyum tipis.
Dira mengeruk kepalanya yang tidak gatal. "M-maaf aku enggak sengaja" gugup dira.
Wildan mengangguk ia langsung masuk kedalam. "Gue siap----"
"Aku aja, kakak mandi dulu aku punya baju cowok, lebih tepatnya punya papah aku dulu hehe kayanya cocok" kekeh dira.
"Cocok juga jadi papah dari anak-anak kamu, ah lebih tepatnya anak-anak kita hahah" kekeh wildan sambil masuk kamar mandi.
Dira hanya terneyum tipis ia langsung makan dengan lahap Rasanya enak sekali di lidahnya.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
my cold husband
Novela JuvenilSemenjak dira keguguran adiya putra berubah sikapnya menjadi dingin, cuek. Terkadang sikap Aditya membuat dira merasa kesepian padahal ia sedang bersama suaminya. Aditya putra CEO sekaligus dosen di kampus dira, sikapnya membuat dira tidak betah ber...