Part 25

16.5K 2.2K 1.2K
                                    

Guyss aku kerjaa, makanya sekarang telat update

Btw terimakasih buat antusias kalian yaa

Pertanyaan random

1. Siapa yang pernah nembak lawan jenis duluan tapi di tolak?

2. Tim nolak atau tim di tolak?

3. Jumlah mantan kalian?

4. Jumlah pacar kalian

Jangan lupa follow ig wpesjeruk
@gama_sbas
@lunafelicia_c
@kirana_ozilla
@moza_aldebaran

•••••

"Sejak kapan kamu berani berbohong sama papa?" tanya Gama meninggikan suaranya. 

Kini mereka sedang berada di ruang tama dengan posisi Gama berdiri di hadapan putranya dengan muka merahnya.

"Isshh papa tenapa si?" tanya Raden seraya melemparkan tas ke atas sofa.

Raden bingung dengan sikap Gama yang tiba-tiba membentaknya. Tadi saat perjalanan pulang sekolah lelaki itu  tidak berbicara  satu kata pun kepadanya.

Gama mengeram dengan tangan yang mengepal, sungguh kenapa Raden sangat menjengkelkan seperti ini.

"Kamu udah berani telepon mama?" tanya Gama menyindir.

Tubuh Raden mematung mendengar hal itu. Wajahnya yang kesal berubah menjadi takut, apalagi saat melihat raut muka Gama yang menyeramkan.

Lelaki itu sudah mirip dengan monster jahat yang berada di film.

"Papa..." panggil Raden lirih, tidak berani lagi berteriak.

Gama mengusap wajahnya kasar. "Harus gimana lagi papa ngedidik kamu!" bentak Gama mulai tersulit emosi.

Ia tau Raden masih kecil, tetapi jika balita itu sudah terlewat batas maka, ia akan marah. Gama paling tidak suka jika anaknya membantah.

Raden hanya diam dengan kepala yang menunduk dan kedua tangannya saling bertautan.

"Papa kerja mati-mati supaya kamu bisa hidup enak, papa rela ngerjain lembur di rumah biar kamu ada temennya. Tapi kamu nggak pernah nurut sama papa!" ujar Gama merasa frustasi.

Gama tidak mau Raden merasakan hidup susah seperti dirinya waktu kecil. Ia tidak akan membiarkan Raden mengalami itu semua.

Saat di tinggalkan oleh kedua orang tuanya dalam waktu bersamaa, Gama sangat terpuruk apalagi ia hanya seorang diri.

Dulu makan untuk makan saja ia harus menjual koran dan menjadi pengamen di pinggir jalan hanya untuk satu bungkus nasi padang.

Untung saja waktu itu Gama tidak gila sehingga bisa bertahan hingga saat ini.

"Raden angen mama." sahut Raden kembali menjerit.

Suara balita itu sangat serak dan tak lama setelah itu Raden menangis histeris. Ia hanya  balita yang masih membutuhkan sosok Luna di hidupnya.

Ia tidak suka Gama yang selalu memarahinya atau bahkan membentak-bentaknya seperti ini.

Gama mengusap wajahnya kasar lalu berjongkok melihat wajah sang putra yang sudah basah karena air mata.

Sebenernya Gama tidak tega, akan tetapi Raden sudah melewati batas.

"Kamu nggak sayang sama papa?" tanya Gama dengan kedua mata memerah.

THE BEST PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang