Part 5

23.7K 2.8K 638
                                    

Terimkasih untuk antusias kalian di part kemarin, semogaa kalian semakin antusias dicerita ini yaa

Komen ❤️ kalo kalian suka aku update

Pertanyaan random

1. Kalian udah vaksin berapa nih?

2. Gejala setelah vaksin?

3. Vaksin gratis atau bayar?

4. Menurut kalian vaksin penting nggak si?

Follow ig wpesjeruk
gama_sbas
lunafelicia_c

Absen huruf kesukaan kalian

•••

Dengan santainya, Gama merokok di samping putranya yang kini tengah merajuk. Sejak tadi balita itu pun hanya diam seraya tetap memandangi wajahnya.

Gama melirik sekilas ke arah sang putranya. "Kenapa, papah ganteng kan?" tanya Gama seraya memainkan rambutnya percaya diri.

"Antengan Aden." jawab Raden tak terima.

Kemudian ia mengalihkan pandangannya ke arah lain dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada.

Gama terkekeh kecil, kemudian ia berjongkok, menyampaikan tinggi keduanya.

"Masih ngambek sama papa?" tanya Gama dengan berpura-pura sedih.

Raden tetap belum mau menjawab pertanyaannya.

"Papa kan nggak ada uang buat beli mainan." ujar Gama jujur.

Ya sejak tadi malam, balita itu terus saja merajuk karena tidak dibelikan mainan olehnya. Padahal Gama sudah menjelaskan permasalahannya.

"Inta unda." balasnya ketus.

"Kamu aja sana yang minta, papah malu." suruh Gama sedikit kesal.

Tidak mungkin tiba-tiba ia datang ke apartemen Arka dan meminta uang untuk membeli mainan. Mau ditaruh mana muka tamannya ini

Raden itu sudah sangat tergantung pada Viona, karena sejak dulu Viona maupun Arka sering sekali memanjakan anaknya itu.

"Beli lokok bica, api beliin Aden ainan ndak bica!" sahut Raden kesal.

Gama mendengus pelan, lalu memberikan bungkus rokoknya kepada Raden. "Ya udah nih kamu pake rokok papa buat mainan." ucapnya pasrah.

Sejak dulu Gama paling tidak bisa itu berhenti merokok, ia sudah sangat ketergantungan pada barang itu. Satu hari Gama bisa menghabiskan lebih dari satu bungkus. Jika ia tidak merokok, lidahnya akan terasa pahit, untuk makan pun tidak nafsu.

Bola mata Raden membulat sempurna saat tangannya sudah menggenggam bungkus rokok milik sang ayah. Dengan cepat ia mengembalikan kembali barang itu.

"Ndak! Aden au tluk becal." jawab Raden berteriak karena kesal.

Gama menghela nafasnya pelan dan mendiamkan kembali sang putra. Namun, tida-tiba 3 menit kemudian, balita itu menjerit dan menangis sehingga Gama pun memilih mengalah dan menggendongnya.

Garis wajah Gama menurun saat menenangkan anaknya, ia kembali mengingat momen masa kecilnya. Dulu ia tidak bisa beli mainan seperti anak lainnya dan hal ini pun terjadi kepada Raden, anaknya.

Seharunya Gama bisa memenuhi semua kebutuhan Raden saat ini.

"Raden tau kan papa nggak punya uang?" tanya Gama lembut. Tidak mungkin ia terus saja menaikan nada bicaranya.

THE BEST PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang