Part 18

17K 2K 322
                                    

Minal aidin wal faizin mohon maaf lahir dan batin

Bisa nih kasih THR😍

Perayaan random

1. Kalian lebaran hari Jumat/Sabtu?

2. Jumlah Thr kalian?

3. Siapa yang kasih the paling banyak?

4. Tim bikin kue lebaran sendiri atau beli?

Absen "❤️"

Jangan lupa follow ig wpesjeruk
@gama_sbas
@lunafelicia_c
@kirana_ozilla
@moza_aldebaran

Komen di setiap paragraf!

•••••

Gama masih berada di apartemen milik Arka karena anaknya masih betah disini.

"Mau pulang sekarang?" tanya Gama saat melihat putranya baru saja keluar dari kamar bersama Viona yang mengendong  Safira.

Balita itu menggelengkan kepalanya, menandakan jika ia masih mau disini. Ia pun duduk di pangkuan Gama.

"Aden au cekolah." ujar Raden tiba-tiba yang membuat Gama langsung menghentikan permainannya.

"Tumben kenapa mendadak minta sekolah?" tanya Gama menatapnya penuh curiga.

Selama ini ia belum pernah sekalipun membahas prihal sekolah. Lalu darimana Raden tau?

Raden hanya diam tidak menjawab.

Gama menghela nafasnya pelan lalu kembali bertanya. "Kamu yakin mau belajar?"

"Hem,"

Ayah satu anak itu terdiam sejenak, jujur saja saat ini ia masih belum mempunyai tabungan untuk Raden. Gajinya selama ini ia gunakan untuk mencicil rumah, makan, dan juga ia berikan kepada Ayu, karena telah mengasuh Raden.

Hanya ada sisa itu pun sedikit, belum lagi Gama yang masih sering menongkrong dan tentunya ia juga membeli rokok dan alkohol, karena kedua barang itu lah yang membuatnya, merasa tenang.

"Raden serius mau sekolah?" tanya Viona menatap balita itu dengan lembut.

Raden menagngguk membuat Arka dan Viona saling pandang. Mereka tau bagaimana ekonomi Gama saat ini.

"Biar gue yang urus biaya Raden sekolah, Gam." ucap Arka seraya menepuk bahu lelaki yang tengah melamun itu.

Gama tersadar, lalu menggelengkan kepalnya. "Gue nggak bisa terus-terusan ngerpotin kalian kaya gini."

Mau ditaruh mana mukanya ini? Jika hanya membayar sekolah ia tak sanggup. "Bisa nggak bisa, gue yang harus urus biaya kehidupan anak gue, termasuk sekolah."

"Raden udah aku anggap anak aku sendiri, Gama. Plasee, jangan tolak bantuan kita ya." mohon Viona penuh ketulusan.

Sepeserpun ia maupun sang suami tidak pernah meminta imbalan untuk memberikan kebahagian kepada balita itu.

"Gue bakal usahain sendiri dulu, Vi. Mungkin kalo ada biaya yang nggak sanggup gue bayar, gue janji bakal ngomong sama kalian." jawab Gama tetap pada pendiriannya.

Lagipula, siapa lagi kalo bukan mereka?

Sudah cukup selama ini, Arka dan Viona membantunya mengurus semua keperluan Raden.

"Kalo kamu sekolah, harus yang rajin, liat perjuangan papa kamu buat biayain kamu sekolh." ujar Arka pada Raden.

Arka memang tak yakin jika Raden akan menjadi anak yang baik dan menurut dengan orang tua. Karena ia tau bagaimana sifat asli Gama maupun Luna. Seperti pepatah, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.

THE BEST PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang