BAB 3

42.9K 2.5K 54
                                    

Nikmati hidup, seperti hari ini adalah hari terakhirmu hidup.

***

Lily menatap bintang-bintang yang bersinar terang malam ini, mengingatkannya akan kehidupannya yang miskin. Dulu setiap harinya Lily hanya merenung dan menatap langit malam, meratapi kehidupan yang menyedihkan.

Kedua orangtuanya menjadi sering bertengkar saat mereka telah jatuh miskin, Danendra jarang pulang dan Ruby selalu menyendiri karena stres. Meskipun begitu, kedua orangtuanya masih berusaha untuk memenuhi kehidupan Lily.

Lily sendiri bekerja sebagai waitress cafe yang gajinya tak seberapa. Mengingat kembali masa-masa itu, membuat Lily menyadari betapa beruntung hidupnya saat ini. Lily jadi tahu apa arti bersyukur yang sesungguhnya.

Tapi...

"Kenapa gue bisa kembali ke masa lalu ya? gue kira yang kayak gini cuma terjadi di pilem, nopel, sinteron." Gumam Lily tak habis pikir.

Bodo ah, apapun penyebabnya, Lily akan memanfaatkan kesempatan ini untuk merubah nasibnya menjadi lebih baik. Ia akan menjadi wanita sukses yang bisa menghasilkan uang sendiri dan melanjutkan perusahaan Danendra, atau bahkan berbisnis sendiri. Lalu yang kedua, ia akan move on dari Asher dan hidup fokus untuk diri sendiri dan orangtuanya.

Tapi pertama-tama, ia harus mengisi perutnya yang sedari tadi keroncongan.

"Seblak enak kali yaa!"

Lily keluar mencari seblak dengan hanya memakai baju kaos hitam kebesaran yang ujungnya diikat di pinggang karena kepanjangan dan celana hot pants warna abu-abu, lalu rambutnya ia cepol asal yang menyisakan anakan rambut di tengkuk dan pelipisnya.

"Mau kemana Ly?" Tanya Ruby saat melihat Lily berjalan melewatinya saat ia sedang menonton TV di ruang tengah.

"Mau beli seblak, ma. Mama mau?"

"Gak usah, tapi kamu yakin pakai kayak gitu?" Tanya Ruby lagi sambil menelisik pakaian yang dipakai Lily.

"Iya, ma. Aku bentar aja kok, di depan koplek belinya."

"Oh yaudah, kamu hati-hati."

"Wukii, sip mom." Lily pun beranjak pergi.

***

"Bang, seblaknya satu ya, level 0."

Lily pun berjalan ke tempat duduk yang disediakan bagi pembeli yang ingin makan ditempat. Sambil menunggu, ia membuka sosial media, melihat-lihat apa yang trand di masa ini, sekalian meninjau hal-hal yang mungkin bisa ia manfaatkan. Sangking fokusnya, Lily jadi tidak memperhatikan sekitarnya.

Merasa sebuah mangkok di letakkan dekat dengannya, Lily mengira pesanannya telah datang. Tanpa melepas fokus dari handphone, ia langsung menyuap satu sendok ke mulutnya.

"Wanjirrr...shh....pedes banget." Lily melotot, buru-buru mengambil air putih.

"Bang, ini kok pedes banget...shh..." Protes Lily kepada abang penjualnya.

"Loh, itu bukan punyanya mbak e, itu punya nya mas-mas yang didepannya si mbaknya." Ucap abang penjual dengan logat jawa yang kental.

Lily memutar kepala menghadap orang yang kini juga sedang menatap dirinya.

"A-Ash?"

Lily terkejut melihat kehadiran Asher yang memakai pakaian serba hitam. Baju kaos dan jeans hitam, serta jaket hitam yang bertengger di bahunya. Sial, Asher sangat menawan.

Sedangkan Asher hanya diam menatap Lily yang terkejut melihat keberadannya.

"A-Aku, sumpah, ngikutin, gak, kamuu." Lily memukul pelan bibirnya yang bicaranya belepotan.

MEMORIA (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang