Pesan masuk pagi ini membuat Asher cukup kepikiran.
Tagihan Rumah Sakit.
Asher menghela napas.
Haruskah Asher mengambil pekerjaan yang ditawarkan orang itu agar ia tidak sakit kepala hanya karena uang?
"Asher!!"
Brak...
Asher mengernyit ketika sadar bahwa ia baru saja di tabrak oleh teman kelas nya yang sedang bermain basket. Alan, berniat ingin merebut bola yang dioperkan ke temannya tapi saat ia melompat, tak sadar bahwa ada Asher di dekatnya hingga tubuh mereka bertubrukan.
Asher yang dalam posisi melamun, tidak sempat menghindar hingga akhirnya belakang pundak kirinya itu menubruk pembatas tiang besi membuatnya merasa nyeri.
"Ash, sorry gue gak sengaja." Ucap Alan tak enak, saat ia sudah berdiri menatap Asher yang masih bersandar pada pembatas tiang.
"Bos lo gak papa?" Teriak Fian menghampiri.
"Gak papa." Asher mengisyaratkan bahwa ia baik-baik saja, tetapi saat pundaknya di tepuk oleh Fian, ia meringis.
"Tuh kan, lo pasti memar."
"Kamu tidak apa-apa Asher?" Tanya Pak Amin, guru olahraga.
"Saya--"
"Dia cidera Pak." Sahut Fian heboh, "Tolong izinin ke UKS ya Pak, kasihan Asher Pak, siapa tau ada luka serius." Lanjutnya.
Asher mendengus dan heran mengapa temannya itu suka sekali membesar-besarkan masalah. Padahal luka memar di tubuhnya itu tidak menjadi masalah baginya.
"Yasudah, kamu ke UKS saja. Minta dokter untuk periksa punggungmu." Ucap Pak Amin.
"Saya izin temenin Asher ya pak." Ucap Fian lagi dengan raut wajah khawatir yang dibuat-buat.
"Iya iya silahkan."
Asher hanya menatap sinis Fian, yang memanfaatkan dirinya untuk bolos. Jelas, tidak mungkin Fian akan menemani nya ke UKS.
"Oke Bos, lo baek-baek ya di sini. Gue ada urusan dulu." Ucap Fian ketika mereka sudah berada di depan ruang UKS.
"Katanya lo mau nemenin."
"Yaelah, masa lo gak ngerti sih bos hehe. Luka gitu doang kan gak ada apa-apanya buat lo, dulu kan pernah---"
Asher mengabaikan Fian begitu dingin lalu masuk dan menutup pintu ruang UKS dengan kasar.
"Sabar. Sabar. Punya temen kok dingin banget kek es batu." Ucap Fian sambil mengelus dada.
Sementara itu, Asher yang sudah di ruang UKS menatap heran ruangan yang kosong. Kemana petugas atau dokter yang berjaga?
Asher tidak ingin ambil pusing, ia berjalan ke kulkas yang biasanya menyimpan cold pack untuk mengompres luka memar.
Setelah mendapatkan benda itu, ia berjalan ke arah meja petugas untuk menuliskan namanya pada jurnal. Tapi nama yang tertera pada jurnal itu sangat familiar menyita perhatiannya.
Lilybelle Danendra
07.15
Dahi Asher mengernyit, kenapa nama gadis itu ada disini?
Asher memutar kepalanya 90 derajat, menoleh kearah kasur. Salah satu kasur tertutup oleh gorden. Apa dia disana?
Asher mencoba mendekati kasur yang tertutup gorden. Tanganya perlahan membuka gorden, takut mengganggu, karena jangan sampai ia salah orang.

KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORIA (COMPLETE)
FantasyIni semua adalah tentang memoria (ingatan) dari kehidupan sebelumnya. Tapi bukan cerita pengulangan waktu, biasa. Tak pernah terpikirkan oleh Lily bahwa dirinya akan diberi kesempatan kedua untuk kembali hidup. Seumur hidupnya, hanya ia habiskan un...