Cuma butuh waktu, nanti juga terbiasa.
****
Sudah hampir seminggu Lily absen dari sekolah. Pihak sekolah mengonfirmasi bahwa Lily sedang sakit, namun Selin, Intan bahkan Abian tidak ada yang bisa menghubunginya. Setiap datang ke rumahnya pun, selalu terlihat kosong, tak ada tanda-tanda penghuni rumah.
Selin menggigit sedotan minumnya sambil melamun, memikirkan kebaradaan Lily yang menghilang selama 3 hari sejak telpon terakhirnya malam itu.
"Menurut lo aneh gak sih?" Selin menopang dagu dengan mata yang menyipit sambil berpikir keras.
"Gue curiga ada apa-apa sama nih anak." Intan menjawab sambil mengaduk-aduk kuah bakso yang baru saja di racik berbagai bumbu, "Nomor dia gak aktif, ig nya juga gak update apa-apa lagi. Bener-bener ngilang sejak telpon terakhirnya malam itu."
"Ya kan? Gue kira dia cuma nelpon gue, ternyata lo juga."
"Gue sempet ngerasa aneh sih, tiba-tiba dia nelpon gue malam-malam. Dia kan tipe orang yang gak suka nelponan."
"Tapi kok gue gak di telpon ya?" Sahut salah satu diantara mereka sambil bertopang dagu. Dia Abian.
"Ck. Ngapain sih lo disini?!" Kesal Intan sambil menatap sinis Abian.
Mata Abian melirik kearah Intan sekilas, "Emang gak boleh gue disini?" Tanyanya dengan alis yang terangkat.
"Gak boleh."
"Kenapa?" Tanya Abian tak terima.
"Emang lo siapa sih tiba-tiba gabung di sini. Sana lo ke temen-temen lo aja." Sarkas Intan lalu menyeruput jus melonnya hingga habis.
"Emang lo siapa larang-larang gue?"
Intan melirik tajam Abian tak suka, "Ngeselin lo ya."
"Lo yang ngeselin. Gak ada angin gak ada ujan, marah-marah mulu lo."
"Gue tuh gak suka lo ada di sini."
"Terus?"
"Lo pergi deh."
"Gak."
Selin yang berada di tengah-tengah mereka, beberapa kali hanya melempar tatapan ke kanan dan ke kiri bergantian. Ia mencebikkan bibirnya, merasa lelah berada diantara dua orang yang selalu bertengkar bila bertemu.
"Udah deh. Kalian bisa gak sih berhenti bertengkar?" Jengah Selin.
"GAK BISA!"
"Gak bisa."
Selin menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal karena Intan dan Abian yang tak mau akur. Gadis itu pun berdiri setelah segera menghabiskan minumannya.
"TERSERAH." Teriak Selin lalu pergi.
****
Asher menatap rumah mewah yang terlihat tidak berpenghuni. Ia lalu memanjat gerbang rumah yang menjulang tinggi itu dengan hati-hati. Setelah berhasil masuk halaman, cowok itu kemudian kembali memanjat sebuah pohon yang tak jauh dari balkon kamar yang ditujunya.
Tok ... tok ...
Lily membuka matanya perlahan karena merasa terganggu dengan suara ketukan yang berulang-ulang. Tak lama, mata gadis itu membola ketika melihat bayangan seseorang di balik tirai jendelanya yang terkunci.
Siapa orang yang berani naik ke balkon lantai 2?
Tok ... tok ...
Suara ketukan itu masih terdengar. Jika dilihat dari bayangan, perawakannya adalah seorang laki-laki. Lily menjadi takut. Gadis itu lalu mengambil sebuah vas bunga yang berada diatas nakas. Ia lalu perlahan mendekati balkon dan menyingkap tiarai jendela.

KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORIA (COMPLETE)
FantasyIni semua adalah tentang memoria (ingatan) dari kehidupan sebelumnya. Tapi bukan cerita pengulangan waktu, biasa. Tak pernah terpikirkan oleh Lily bahwa dirinya akan diberi kesempatan kedua untuk kembali hidup. Seumur hidupnya, hanya ia habiskan un...