5. Setuju Ema

53 6 1
                                    

"Akan lebih baik jika berbagi cerita sedikit saja. Agar tidak memendam luka ini seorang diri."_Ema   

Ketika Ema sedang sibuk mengupas buah, suara Diki membuat pergerakan Ema terhenti.

"Ma, gue pengen ngomong," ujarnya.

"Soal apa?" lanjut Ema.

"Soal bisnis kita," jawab Diki.

"Oh, ngomong aja." Ema melanjutkan aktivitasnya.

"Kan hari ini mau nyari tempat, boleh gak halaman rumah lo kita pake buat angkringan yang nanti bakalan kita buka. Soalnya tempatnya itu nyaman Ma, suasanannya tenang juga. Dan banyak tumbuhan yang cantik-cantik, bagus buat hospot foto-foto, gue yakin bakal banyak yang datang, jadi gimana Ma? Boleh gak?" Izin Diki.

Tanpa pikir panjang, Ema menyetujui rencana teman-temannya. "Gue setuju, lagian gue juga punya impian buat jadiin tempat ini, tempat wisata orang-orang. Yah, kita buka angkringan. Itung-itung buka flower garden juga," ucapnya.

"Wah bagus tuh, jadi ini deal ya?" tanya Diki sekali lagi.

"Deal dong." Ema menjabatkan tangannya kepada Diki, sebagai perjanjian kesepakatan mereka.

Galen dan Arul pun sudah kembali, dengan bahan dan bumbu untuk petis yang akan mereka buat.

"Nih bahannya Ma, buat yang enak ya bumbunya. Tapi jangan pedas-pedas," pinta Arul.

"Banyak minta," sindir Galen.

"Cemburu ya lo?" Ledek Arul. Dirinya merasa sangat puas menjahili Galen.

Galen membuang muka dari tatapan Arul, rasanya Galen ingin melemparkan Arul keluar angkasa. Jika saja Arul bukan temannya, hal itu sudah pasti lama terjadi. Berhubung Arul temannya, ia harus sabar dengan tingkah laku laki-laki satu itu.

"Apa? Gue cemburu sama bungkusan cabe kayak lo? Gak level," sungut Galen.

Ditengah-tengah keributan yang Arul dan Galen ciptakan. Ema menandasi pertengkaran mereka.

"Udah gak usah banyak berantem kalian berdua, nanti abis petisnya ngamok, merepet lagi nanti kayak emak-emak keilangan tupperwer," tungkas Ema.

Arul melirik Galen dengan pandangan tidak suka, dibalas decihan oleh Galen.

"Dih, najis, lo kayak gitu persis emak-emak komplek tau Rul, haha,"  tawa Galen pecah. Arul pun salah memilih lawan, ini Galen, walaupun terlihat cool, bacotannya tak kalah jauh pedas seperti Arul.

Mereka menghabiskan sore mereka di rumah Ema. Semakin sore, keindahan tempat itu terlihat, senja menyapa mereka. Warna langit yang indah, tidak seperti awal bulan kemarin yang diselimuti kelabu hitam.

"Bagus juga ya, kalau udah sore kayak gini, gak salah pilih tempat gue," tutur Diki.

"Emang bagus, gue sama Galen aja sering ngabisin waktu di sini. Apalagi kalau udah malam, tambah bagus. Bintang-bintang sama bulan keliatan indah banget," jelas Ema. Pandangan Diki teralihkan oleh ucapan Ema, lelaki itu memandang Ema.

"Serius? Sebagus itu?"

Bagaimana Diki tidak terkagum-kagum, Diki sendiri sangat dekat dengan alam. Baginya, tidak ada yang bisa mengalahkan keindahan alam semesta. Dan tidak ada pula yang bisa mengalahkan kehendak semesta yang sudah ditentukan.

Semesta Kita Season 1 (End) Segera Terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang