EPISODE 09.3

52 8 0
                                    

⭐VOTE DAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA⭐

Cheon Mu-yeong duduk di hutan sambil melihat piringan bundar hitam dimana bisa berkomunikasi dengan sosok Kakak laki-lakinya.

Cheon Mu-yeong menyandarkan benda itu ke batu.

"Siapa yang datang tadi?" tanya Sang Kakak.

"Aku minum-minum bareng Lee Yeon," balas Cheon Mu-yeong.

"Mwo?" Sang Kakak tampak terkejut.

"Untuk mendeklarasikan perang. Kini kami bermusuhan," jelas Cheon Mu-yeong.

"Jangan sampai goyah, Mu-yeong~ah!" peringat Sang Kakak.

"Kalau mudah goyah, aku sudah menyerah sejak awal," jelas Cheon Mu-yeong.

"Kau harus membunuh Lee Yeon dan merebut harta karun itu," kata Sang Kakak.

"Tapi, Hyung... Saat itu... Kenapa kau ingin membunuhku?" tanya Cheon Mu-yeong.

"Kubilang, pikiranku tak jernih saat itu. Semua itu ulah Taluipa. Agar klan harimau kita tak bersatu. Agar klan kita musnah—"

Cheon Mu-yeong menggeleng. "Tidak, aku tak mengerti. Taluipa sangat menyayangiku," katanya.

"Kalau sayang, pantaskah dia mengutukmu jadi batu? Sejak awal, dia butuh sandera. Makanya, dia menjadikanmu dewa," jelas Sang Kakak.

Cheon Mu-yeong dikutuk menjadi batu karena keonaran saat marah merayapi dirinya sebab Cheon Ho-yeong, Sang Kakak, dibunuh Lee Yeon.

"Arraseo. Aku akan membalas dendam," kata Cheon Mu-yeong.

"Itu baru adikku." Sang Kakak dibuat tersenyum akan pernyataan Cheon Mu-yeong.

"Aku akan membawakan Batu Pelindung dan Penggaris Emas," kata Cheon Mu-yeong.

»»——⍟——««

Hari berganti. Suasana tampak cerah.

Lee Yeon menuruni tangga Myoyeongak yang begitu panjang dan tinggi dengan Lee Rang di kanan yang membawa tas dan koper.

Lee Rang membuka pintu mobil bagian belakang lalu memasukkan tas dan koper ke sana.

Les Yeon berjalan menuju jok kemudi.

Lee Rang menutup pintu belakang lalu membuka pintu depan.

Sosok berpakaian baju lengan panjang dengan rok hitam panjang masuk ke mobil. "Minggir. Itu kursiku," katanya duduk di jok sebelah kemudi.

"Apa-apaan kau?" Lee Rang tampak kesal.

"Masih ada kursi di belakang," kata Ryu Hong-ju.

Dengan kesal dan malas, Lee Rang duduk di jok belakang.

"Jalan," kata Ryu Hong-ju.

"Bukankah sudah pesta perpisahan semalam?" Lee Yeon heran dengan Ryu Hong-ju yang ikut mobilnya.

"Aku berpikir semalaman dan memutuskan bahwa kau belum boleh pergi," jelas Ryu Hong-ju.

"Itu menyayat hatiku," kata Ryu Hong-ju dramatis memegang dadanya.

"Gombal banget," ujar Lee Yeon memalingkan wajah.

Begitu juga Lee Rang yang hanya mendengarnya merasa jengah.

"Bagaimana dengan Myoyeongak?" tanya Lee Yeon.

"Tutup sementara. Semua orang datang ke hotel itu. Aku juga sudah memesan kamar," jelas Ryu Hong-ju "Ayo berangkat."

Tale of The Nine Tailed 1938Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang