Haris sedang bermain basket di lapangan indoor bersama Jeje, Juan, dan Tony. Sebenarnya ini adalah latihan untuk persiapan babak perempat final, tapi Ricky terpaksa tidak ikut karena sudah lebih dulu ada jadwal family business trip bersama orang-orang kaya lainnya.
"Si Ricky kalo trip gitu ke mana dah?" tanya Tony yang tak terlalu tahu tentang hidup Ricky.
"Bulan lalu sih dia ke Vietnam," jawab Haris seadanya tapi berhasil membuat mata Tony membola.
"Anjing. Gue tau Ricky kaya, tapi gue gak tau kalau Ricky sekaya itu."
Tony kembali mencoba menggiring bola basket di tangannya bersamaan dengan suara pintu yang terbuka. Saat berbalik, Tony dapat melihat Eliza yang datang sambil menarik dua primadona angkatan 34 Taruba, Viona dan Selina.
"Weh, apaan nih?" tanya Tony segera.
Tiga gadis itu kompak menyodorkan air mineral yang masih segelan. Ya, meskipun Viona dan Selina melakukan hal itu atas perintah Eliza.
Cowok-cowok yang masih kurang mengerti tentang apa yang terjadi membuat tingkat amarah Eliza naik satu level. Segera diraihnya tiga botol itu kemudian ia berikan paksa pada Haris, Juan, dan Jeje.
Pengecualian bagi Jeje, Eliza memberikannya dengan lembut dan manis.
"Anjing, anjing, anjing. Ini namanya diskriminasi terhadap kaum jomblo kayak gue. Bisa-bisanya lo bertiga bawa cewek dan biarin gue sendirian kayak orang dongo?"
Protes panjang dari Tony berhasil mengundang gelak tawa pada Haris, Jeje, dan Juan.
"Duduk, Ay!" titah Jeje pada Eliza. Tapi, diikuti oleh Viona dan Selina. "Kamu kok bisa bawa mereka ke sini?" tambah Jeje.
Yang Jeje tahu, dari tiga pasangan yang ada disini, yang resmi memiliki title 'kekasih' hanya dirinya dan Eliza. Sisanya ya masih proses pendekatan.
"Bisa lah. Seli sama Vio ini sebenernya mau aja nontonin kalian latihan, cuma gengsinya aja yang gede," jelas Eliza sambil menyenggol dua gadis di sampingnya.
Haris meneliti Viona dari atas hingga bawah. Memastikan bahwa gadis yang duduk di samping kembarannya itu benar-benar Viona Jane, perempuan yang waktu itu mengacak-acak rambutnya dan berakhir kacau hingga ke hatinya.
Sedangkan Juan yang sebenarnya malu-malu kucing untuk mendekati Selina, kini hanya berusaha menghindari kontak mata dengan gadis pujaannya. Dibanding Haris, ia memang baru di garis start pendekatan. Makanya ia dan Selina masih canggung satu sama lain.
"Cie Juan, cieeee," goda Eliza pada Juan yang telinganya memerah. Padahal gadis itu tak benar-benar kenal dengan Juan. Ia hanya sekedar tahu bahwa Juan adalah teman satu kelas Haris.
"Sel, lu suka ngerasa cringe gak kalau lagi chattan sama Juan?" goda Jeje.
"Hah? Nggak. Juan asik kok," balas Selina singkat.
"Buset, makin merah aja itu telinga," tambah Tony.
Eliza melihat Juan dan Selina sangat lucu. Keduanya memang terlihat menyimpan sesuatu tapi berusaha tetap cool.
Gadis dengan fitur wajah mirip kucing itu teringat bahwa ia juga membawa sapu tangan. Maka, ia keluarkan lalu ia usapi sekeliling leher Jeje yang berkeringat.
"Vi, Sel. Cowoknya di lap juga dong kayak gini," goda Jeje sambil tersenyum girang.
Haris yang duduk tepat di samping Jeje segera melayangkan tamparan hingga sapu tangan yang dipegang Eliza terlepas dari rahang tegas Jeje.
"Di lap, kotoran lu?"
Jeje lalu saling lempar tatap dengan pacarnya. "Dih, jomblo iri aja. Makanya pacaran," kata Jeje lalu diakhiri dengan tos kompak dengan Eliza.
-to be continued-