14: Donat

367 52 2
                                    

as you wish guys

Setelah serangkaian tradisi senin berakhir, masih ada satu hal lagi yang spesial dari Senin di Taruba, yaitu satu jam kosong setelah upacara. Biasanya para guru memotong jam pelajaran pertama untuk rapat mingguan di ruang guru.

Hal ini dimanfaatkan Bella untuk berkeliling mencari angin. Apalagi saat dirasa hatinya sesak saat melihat Haris di kelas tadi. Bella akhirnya memutuskan duduk di salah satu tembok pembatas setinggi pinggang orang dewasa yang bisa diduduki oleh satu atau dua siswa.

Sedang asik menikmati semilir angin sambil melihat siswa-siswi berlalu lalang, tiba-tiba sebuah kotak persegi melayang tepat di depannya. Wajah murung Bella mendadak berubah sumringah saat melihat si adik kelas lucu tengah menyodorkan satu kotak entah apa isinya.

Bella reflek mengocok kotak tersebut guna menebak isi di dalamnya.

"Eh, kak. Jangan digituin!" cegah Awan. Tangannya reflek memegang kedua tangan Bella.

"Maaf, lagian apaan sih ini?" tanya Bella dengan tangan membuka kotak kecil itu.

Jujur ya, ekspektasi Bella mengatakan kotak itu berisi kalung atau cincin. Rupanya hanya sebuah donat dengan toping cokelat dan kacang diatasnya.

Bukannya dimakan, kotak itu kembali ditutup oleh Bella. "Nih," katanya sambil mengembalikan kotak berisi donat.

Bohong kalau Awan tidak sedih saat Bella mengembalikan donat pemberiannya. "Kenapa dibalikin? Kak Bella gak suka donat ya?"

Senyum Bella lantas terbit begitu saja. "Suka kok. Tapi, Wulan bilang lo suka banget sama donat, jadi mending lo aja yang makan."

Awan menggelengkan kepalanya ribut. "Dimakan aja, Kak. Biar nggak sedih."

Akhirnya Bella menuruti permintaan adik kelasnya itu. Dengan menahan senyum, ia membuat satu gigitan besar. Enak juga, batinnya.

"By the way, tahu dari mana?"

"Sumedang," jawab Awan tanpa pikir panjang.

Kunyahan Bella terhenti digantikan dengan tangannya yang sontak mencubit pipi gembul Awan.

"APA SIH LOO!"

Bella tertawa lepas saat memorinya kembali memutar adegan Awan mengatakan sumedang.

"Aw! Sakwit, Kwaak," keluh Awan berusaha melepas cubitan Bella dari kedua pipinya.

Saat Bella sudah menjauhkan tangannya, Awan lantas mengelus-elus pipinya. Namun, dalam hatinya bernapas lega karena Bella tak semurung tadi.

"Udah seneng belum, Kak?"

"Hah?"

"Abisnya dari tadi murung banget."

Huh. Katakan Bella tak waras karena 30 menit lalu ia tengah menggalaukan Haris, tapi sekarang sudah merasa 'jatuh hati' pada Awan.

"Anak kecil sok tau yeu."

Sebelum Awan melayangkan protes atau malah menginterogasinya, Bella segera mengalihkan topik. "Donatnya enak, beli di mana?"

"Di Red Velvet."

"Ohh toko kue yang rame banget itu ya?"

Awan menganggukkan kepalanya.

"Ngomong-ngomong, Kak. Temen lo yang hair stylenya himme cut itu namanya siapa?"

Bella memincingkan matanya. "Ngapain nanya-nanya?"

"Eh? Eee ... Itu ... Soalnya temen gue suka."

"Raina?"

"Hah?"

"Temen lo suka sama Raina?" tanya Bella.

Awan menggedikkan kedua bahunya. "Kurang tau sih, pokoknya yang waktu itu semeja sama Kak Bella, lagi makan cilok."

"Ohh beneran Raina itu mah. Gue gak deket banget sih, tapi boleh lah gue coba tanyain dulu ke anaknya."

Awan lantas tersenyum mendengarnya. Akhirnya setelah ini ia tidak akan diteror Riski yang meminta bantuannya untuk mendekati Raina.

Mata Awan lalu beralih pada kotak donatnya. Diintipnya yang ternyata masih menyisakan seperempat potong dari donat yang utuh.

"Kok gak diabisin, Kak?"

"Suapin," pinta Bella dengan nada manja.

Gadis berambut sebahu itu sudah membuka mulutnya dan menutup mata. Awalnya ia hanya bercanda guna mencairkan suasana. Tetapi setelahnya, Awan benar-benar menyuapkan sepotong donat itu.

"Pamali kalo nggak diabisin, Kak. Nanti donatnya nangis."

-to be continued-

Awan be like: Kak Bella 🤩

PUTIH ABU-ABU [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang