05: Hati-hati, Awan

502 77 4
                                    

Sebuah tepukan berhasil mengejutkan Awan yang tengah mengambil seragam barunya yang ia simpan di loker. 

"Lo tadi ke mana?"

"Eh, Ki. Gue tadi ngambil bola tapi lupa balik, hehe," jawab Awan.

Riski mengerutkan dahinya. Merasa aneh dengan jawaban Awan di tambah ia baru saja melihat Awan mengganti seragamnya.

"Terus lo ngapain ganti baju?"

"Seragam gue kena darah," jawab Awan. Ia lalu berjalan meninggalkan lorong loker dan disusul Riski yang membuntutinya.

"Gimana ceritanya?'

"Panjang."

"Pantat lo panjang."

Awan tergelak mendengar dengusan sebal dari Riski. Karena merasa tak enak hati, akhirnya ia memutuskan untuk menceritakan kejadian bola voli dan kakak kelas tadi kepada Riski dengan amat rinci.

"Kakak kelas yang mana anjir, Wan?"

"Yang rambutnya pendek sebahu. Kelas sebelas kalo gue liat badgenya tadi," jawab Awan.

"Lo pikir yang rambutnya pendek satu orang aja?"

"Apa ya? Giginya kayak gigi kelinci gitu deh."

Riski melebarkan matanya saat dirasa ilustrasi seseorang muncul di kepalanya. Ia lantas berbalik pada Awan dan bertanya, "JANGAN BILANG KAK BELLA?"

"Kak Bella?"

Riski kemudian mengambil ponselnya di saku celana kemudian segera membuka aplikasi Insatgram. Diketiknya nama 'Bella' dalam pencarian dan segera muncul akun dengan nama pengguna 'brigittabella'.

Ditekannya satu dari belasan postingan disana yang menunjukkan selca pemilik akun. Awan lantas menganggukkan kepalanya dengan brutal saat melihat wajah di layar ponsel Riski sama dengan kakak kelasnya tadi.

"NAH DIA, KI."

"ANJING."

"KENAPA?"

Riski segera menarik Awan sedikit menjauh dari keramaian. Laki-laki itu juga mendekatkan kepalanya dengan Awan, kemudian ia berbisik, "Doi mantannya Bang Haris, senior kita di basket."

Wajah Awan lantas cengo mendengar penjelasan Riski. Beberapa minggu terakhir, teman satu angkatan Haris dan beberapa senior kelas 12 seperti Dion sering kali mengejek Haris dengan menyebut mantan dari Haris.

Awan masih ingat betul, saat itu Jeje—kakak kelas sekaligus teman Haris—menggoda Haris dan mengumumkan bahwa Haris akan segera balikan dengan mantannya. Jika hal itu benar adanya, berarti Awan harus sebisa mungkin menghindari Bella. 

Benar. Ia tak ingin menimbulkan salah paham antara dia dan Haris.

"Kata gue lu hati-hati deh, Wan. Jangan deket-deket sama orang yang belum beres sama masa lalunya, berat cuy."

Awan membenarkan ucapan Riski. Meskipun dari awal ia tak ada niatan untuk sekedar menyukai Bella, tapi tetap saja. Lebih baik sedia payung sebelum hujan.

----

Awan sudah memakai seragam basket yang baru saja didapat 3 minggu lalu. Hari ini jadwalnya untuk mengikuti latihan rutin ekstrakurikuler basket.

Saat memasuki lapangan indoor, Awan sudah bisa menemukan Haris dan komplotannya yang masih berbincang di tribun. Biasanya ia tak akan merasa sesegan ini pada kakak kelasnya itu, ditambah Riski yang absen karena dipaksa mamanya untuk ikut ke acara keluarga membuat Awan semakin gugup bukan main.

Awan lebih memilih bergabung dengan teman satu angkatannya yang juga baru bergabung dengan klub basket.

"Tumben sendirian, Wan?" tanya Jeff basa-basi.

Awan mengobrol bersama dengan teman-teman lain meskipun sesekali ia masih merasa canggung. Tak lama, pintu lapangan indoor yang semula tertutup, kini kembali terbuka.

Awan terkejut bukan main saat melihat Bella dengan sebuah paperbag di tangannya melangkah ke arah Haris dengan pasti. Namun, hal itu berhenti ketika mata gadis bersurai sebahu itu menangkap sosok tak asing yang sedang menundukkan kepalanya di tengah teman-temannya.

Kebetulan sekali bahwa paperbag yang ada digenggaman Bella berisi seragam milik Awan. Tadinya, ia berpikir tak akan bertemu dengan adik kelasnya itu dan mengembalikan seragamnya esok hari.

Haris di tribun sana dapat melihat Bella yang sebenarnya ia minta untuk datang membawakan tas sekolahnya yang sengaja ia tinggal di kelas justru sekarang berbalik arah dan menghampiri juniornya yang tengah duduk melingkar.

"Si Bella mau ngapain tuh?" tanya Jeje.

Beralih ke Bella yang sudah berdiri tepat di samping Awan, ia segera jongkok agar mensejajarkan pandangannya dengan adik kelasnya itu. 

"Halo, Awan," sapanya riang.

Beberapa adik kelas di sana yang sudah mengetahui hubungan antara Bella dan Haris pun diam-diam menyembunyikan keterkejutan mereka. Sedangkan mereka yang tak mengetahuinya, hanya diam sambil bertanya-tanya 'bagaimana Awan yang sering grogi mengobrol dengan siswi di kelas itu bisa mengenal kakak kelas cantik dihadapannya?'.

"Kebetulan banget kita ketemu di sini." Bella kemudian menyodorkan paperbagnya pada Awan. "Nih seragam lo udah gue cuci, sekali lagi sorry ya."

Awan mengangguk canggung sambil menerima paperbag tersebut. "Gue juga minta maaf lagi, kak."

"Oke, kita udah impas, kan? Jadi—"

"Bel!"

Bella mengalihkan pandangannya pada Haris yang sedikit berlari menghampirinya. Melihat hal itu, Bella segera berdiri kemudian melemparkan tas milik Haris yang langsung ditangkap oleh pemiliknya.

"Ngerepotin lo," ujar Bella.

"Gak ikhlas banget lo nolongin gue," ucap Haris dengan matanya yang melirik Awan. 

"Ya udah, gue balik dulu," pamit Bella tanpa mendengarkan ucapan apapun lagi dari Haris.

-to be continued-

PUTIH ABU-ABU [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang