44: Dunia yang Sempit

193 29 0
                                    

Makan-makan adalah agenda pertama yang dicetuskan Ricky setelah kemenangan 11 Mipa 6 di TBC. Dan warung bakso yang berjarak 15 meter dari SMA Taruna Bangsa menjadi pilihan mereka.

Anak-anak SMA yang berjumlah tiga puluh orang itu mendadak menginvasi dan sukses menerbitkan senyum dari pemilik warung bakso.

"Eh, ada baso aci juga?" tanya Hilda yang sukses merauh perhatian yang lain.

"Ada, Mbak. Seblak juga ada," sahut si pemilik warung.

Setelah memesan makanan mereka, Bintang berdiri di sudut ruangan, mengangkat ponselnya tinggi-tinggi. "Guys, liat sini dong!"

Dokumentasi. Kegiatan yang tidak mungkin dilupakan gen Z seperti mereka.

"Share di grup, Bin! Mau gue bikin JJ."

Ah, dan mungkin video jedag jedug yang mengandalkan template capcut juga termasuk dari serangkaian tradisi dokumentasi ala gen Z.

"Shap."

Tak lama kemudian, beberapa pesanan sudah dihidangkan. Sementara yang pesanannya belum datang, memanfaatkan waktu mereka untuk berbincang santai.

"Eh, di kelas kita ada anak jurnalistik gak?"

"Lucy masih di jurnalistik gak sih?"

"Emang kenapa, Bin?" Pemilik nama Lucy itu mengangkat kepalanya.

"Bisa kali nama kelas kita di pajang di headline news majalah semester ini," kata Bintang sambil memainkan alisnya.

"Bukan bagian gue, Bin. Gue aja dapetnya ngeliput acara FBB kemarin."

Terdapat sedikit kekecewaan di wajah Bintang karena gagal exis di majalah sekolah.

"Btw, time flies so fast gak sih? Perasaan baru kemarin kita rapat nentuin siapa yang maju ke dutaruba."

"Jangankan rapat, PPDB aja rasanya kayak baru kemarin," celetuk Yola.

"REAL MIN. Asli ya, gue pertama masuk Taruba tuh beneran kena culture shock pas tau pramuka cuma buat kelas 10," balas Bella tak kalah heboh. Ucapannya itu disetujui oleh beberapa temannya.

Jihan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ada yang lebih shock daripada pramuka."

"Monday tradition," tambah Jihan.

"BJIR ini paling nyata. Pas kita MPLS terus dijelasin ada monday tradition tuh gue kira cuma urban legend doang. Taunya beneran anjingg."

Yang barusan adalah Jeje. Awalnya ia hanya diam saja mendengarkan percakapan para cewek-cewek sebelum topik itu menyinggung soal monday tradition.

Jeje adalah satu satu siswa dari 11 Mipa 6 yang paling sering kena panggil saat monday tradition. Tentu kalian tahu tentang tradisi 'penghakiman' di hari senin setelah upacara bendera.

Melihat Jeje juga nimbrung di obrolan para siswi, membuat Ricky juga tertarik dengan obrolan tersebut. "Gue dulu pas baca jadwal udah seneng sih liat ada sejam kosong setelah upacara."

"Gak taunya penipuan."

Para anak muda itu tertawa setelah menyadari bahwa mereka memiliki pemikiran yang sama.

Jessica yang memang pesanannya belum tiba, turut bergabung. "Tapi di luar itu, Taruba best banget sih. Sekolah negeri tapi kadang gue ngerasa kayak di swasta. Entah gara-gara fasilitasnya atau orang di dalemnya."

Beberapa dari mereka menganggukkan kepalanya menyetujui opini Jessica.

"Eh, gue jadi keinget kalo gue udah follow up Taruba dari gue masih SMP," timpal Lucy.

"Oh ya?" tanya Viona menanggapi Lucy yang duduk tak jauh darinya.

Lucy menganggukkan kepalanya. "Serius. Gue dulu malah tau Taruba tuh dari circle kakak lo, Vi."

"Kak Satya?"

Lagi-lagi Lucy mengangguk. "Jadi, pas SMP dulu salah satu postingan Kak Nadia, pacar kakak lo tuh lewat explore IG gue. Pas gue stalk ternyata anak Taruba kan, akhirnya gue iseng follow tuh."

"Nah, abis itu gue jadi tau ada akun officialnya Taruba sampe base di Twitter juga. Alhasil pas bunda gue nanya gue mau lanjut SMA di mana, gue bilang aja ke Taruba," lanjut Lucy.

"Random banget anjir. Terus pas MPLS waktu lo ditanya alesan lo masuk Taruba, lo jawab apa?" tanya Haris.

"Gue jawab suruhan Bunda, ya walaupun aslinya ide gue sendiri sih." Lucy menjeda ucapannya karena ia mencicipi kuas baksonya. Setelah dirasa sesuai selera, ia kembali angkat bicara, "Btw, gue inget dulu konflik circle kakak lo tuh rame banget di base Twitter."

"Konflik?" tanya Viona tak yakin.

"Yang itu loh. Kan mereka aslinya berempat; kakak lo, Kak Azka, Kak Ray, sama Kak Nad. Nah waktu itu tiba-tiba ada orang baru di circle mereka. Awalnya mereka hampir gelut gitu, TAPI malah jadi temenan gara-gara semeja di ultah temen sekelas mereka."

Bella menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. "Buset, admin lambe Taruba, lo, Cy?"

Viona menutup mulutnya tak percaya karena permasalahan itu diketahui oleh orang lain bahkan yang terhitung asing bagi kakaknya.

Kemudian, Viona tertawa pelan memikirkan salah satu hal lucu yang juga membuatnya agak merinding.

"Lucy, you know what? Ultah itu sebenernya ultah gue yang kelima belas. Bukan ultah temen Kak Satya."

"HAH??? BOONG LU, VI?"

"Serius, Cy. Yang ini kan? Gue bahkan sempet foto sama Kak Nad juga," tukas Viona sambil menunjukkan fotonya bersama Nadia waktu itu.

"Anjir gue merinding parah." Lucy mengelus-elus lengannya. "Gue inget banget waktu itu dalem hati gue bilang gini, anjir cakep banget temen mereka yang ultah. TERNYATA, orang itu jadi temen gue sekarang????"

"The real dunia cuma selebar daun kelor."

-to be continued-

PUTIH ABU-ABU [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang