Tanggal merah sudah berlalu. Kini, para pelajar harus kembali ke tempat asalnya, sekolah.
Baik itu Haris, Viona, Bella, maupun Awan harus berkutat kembali dengan buku dan soal-soal, meskipun kepalanya memikirkan permasalahan yang timbul semenjak menfess itu dikirim.
Kemarin, setelah menelpon Viona, Eliza segera berlari mendobrak kamar Haris yang sunyi. Untungnya kedua orang tua mereka sedang tak di rumah.
Saudari kembar itu membangunkan Haris dengan omelan yang tak ada hentinya. Ia memarahi Haris karena tak serius dengan Viona, tidak seperti apa yang dikatakan terakhir kali pada Eliza.
Haris sempat protes. Ia kesal karena tidurnya terganggu oleh polusi suara yang diciptakan Eliza. Namun, protesnya terhenti saat Eliza menyodorkan layar ponselnya.
"Lo balikan sama Bella?"
Sambil mengucek matanya, Haris menjawab, "Ngaco! Gue meluk Bella buat damai sama dia. Bisa-bisanya malah dikira balikan."
Eliz menghembuskan napas keatas hingga poninya terbang. "Lo tau gak sih? Sekarang satu sekolah tuh ngira lo balikan sama Bella."
"Ya udah, siapa suruh mikir gitu," balas Haris cuek. Ia bersiap untuk kembali tidur.
"Ya udah, paling habis ini Viona ngejauhin lo lagi," balas Eliza sama cueknya. Ia hampir meninggalkan kamar Haris sebelum ia mendengar grasak-grusuk dari belakangnya.
Haris menghela napas entah untuk yang keberapa kali. Akhirnya, atas saran Eliza, ia mengumumkan kesalahpahaman teman-temannya. Ia juga menegaskan bahwa ia dan Bella tak ada hubungan apapun selain teman biasa.
Saat ini Haris tengah memandang Viona yang duduk di depan sana. Haris kembali teringat dengan respon biasa yang ia dapat dari gadis itu. Seakan bukan masalah besar, Viona bahkan masih memamerkan senyumannya ketika Haris mendatangi rumahnya. Entah sedang pura-pura atau memang dia baik-baik saja.
----
Sepulang sekolah, Haris dan Viona ada janji dengan Dion dan dua temannya dengan keadaan canggung antara keduanya-yang sebenarnya hanya dirasakan Haris.
Kelima orang itu bertemu di salah satu gazebo dekat kelas Dion. Sesaat mereka sampai di sana, Dion segera mengajak Haris pergi dengan dalih ada yang perlu dibicarakan empat mata.
Hal itu menyisakan Viona bersama Melia dan Rebecca.
"Viona, gimana materi yang gue kasih kemarin? Udah dipelajarin?" tanya Melia yang segera dibalas anggukan semangat dari Viona.
"Vi, lo tuh lagi deket sama Haris ya?" Rebecca mendekat pada Viona yang duduk di sampingnya. "Maksudnya deket dalam artian PDKT," tambahnya.
"Eumm ... Kurang tau juga sih, Kak."
"Lah gimana? Emang Haris nggak terang-terangan bilang kalau mau deketin lo? Padahal dia keliatan kayak suka sama lo," ujar Melia.
Rebecca menganggukkan kepalanya, mengompori Melia dengan berkata, "Gue juga liat menfess yang rame kemarin. Lo gak sedih kalo Haris beneran balikan sama adeknya pacarnya Dion?"
"Adeknya ...?" tanya Viona tak berlanjut.
"Si Bella, dia kan adeknya Hawa, nah Hawa ini pacarnya Dion. Tau 'kan?" tanya Rebecca yang diangguki lagi oleh Viona.
"Tapi kata Haris dia nggak balikan sama Bella sih, Kak. Justru kemarin itu dia damai sama Bella, terus ya kayak pelukan perpisahan gitu deh. Tapi, sender yang ngefoto itu salah paham."
Melia dan Rebecca saling memandang sambil mengangguk-anggukkan kepala.
Melia lalu memincingkan mata saat melihat Haris dan Dion akan kembali. "Eh, Vi. Lo tadi bilang kurang tau 'kan kalau Haris lagi pdkt ke elo apa nggak?"
"Iya ...."
"Nah, gue ada satu cara kalau lo mau tau Haris beneran pdkt atau enggak," kata Melia dengan serius.
Rebecca berdecak. Ingin rasanya ia menyambar, 'Udah, Mel. Gak usah ngasih kiat-kiat asmara. Lo aja diselingkuhin sama mantan lo'. Tapi mana mungkin juga ia buka kartu Melia di depan adik kelasnya.
"Gimana?" tanya Melia setelah membisikkan sesuatu pada Viona. Tepat setelahnya, Haris dan Dion tiba di gazebo.
-to be continued-
Mel, Viona nya jangan diajarin yang aneh aneh yaa wkwkwk
Btw, setelah buku ini end aku rencana mau bikin AU tentang 3 orang itu..
Kira-kira ada yang mau baca nggak ya? 🤔