20: Haris Loves Eliza That Much

363 63 2
                                    

kalian tuh ya, giliran aku gak nawarin double update malah minta. udah kebiasaan kah karena aku sering double update? eh ini apa masih bisa disebut double update? 🤔

.
.
.

Haris menutup pintu kamarnya dengan kaki kirinya. Tangan kirinya membawa helm dan tangan kanannya sibuk bergerak di atas layar ponsel.

"Kalo jalan tuh jangan sambil main hp!" tegur Eliza yang sedari tadi berada di kamar Haris.

"Ngapain di sini?" tanya Haris cuek.

"WiFi di sini kenceng," balas Eliza tak kalah cuek.

Setelahnya tak ada lagi percakapan. Eliza sibuk menonton drama di layar laptopnya, sedangkan Haris sibuk melepas seragamnya. Anak laki-laki itu tak mempedulikan keberadaan Eliza, ia berjalan ke kamar mandi dengan membawa baju ganti.

Selama Haris mandi, Eliza benar-benar tak beranjak sedikitpun dari tempat duduknya. Toh, setelah ini ada yang ingin ia sampaikan pada Haris.

Sepuluh menit terlewat, Haris akhirnya kembali sambil menggosok rambutnya yang basah terkena air.

"Ris."

"Hm," sahut Haris malas.

"Gue mau bilang sesuatu, tapi lo jangan marah ya?" ujar Eliza pelan.

Haris berbalik. Menatap Eliza yang ternyata sudah tak mengutak-atik laptopnya. Gadis itu hanya duduk di ranjangnya dengan memangku boneka hadiah dari Eliza sendiri.

"Riri kalo diliat-liat kenapa jadi mirip cireng ya? Padahal dulu mba yang jual bilang Riri bentuk marshmellow."

"Lo cuma mau bilang itu?" Haris berdecak pelan. Tak lupa ia rotasikan bola matanya.

"Eh, bukan. Bukan soal Riri," sanggah Eliza segera. "Gue mau ngomongin soal Bella."

"Kenapa Bella?"

"Lo inget gak pas Bella manggil adek kelas di kantin waktu itu?" tanya Eliza sambil menyuruh Haris duduk di dekatnya.

Haris menganggukkan kepalanya.

"Kayaknya Bella suka sama dia."

Haris diam. Eliza pun. Gadis itu menunggu kalimat yang keluar dari mulut Haris.

"Ya udah, apa urusannya sama gue?"

Eliza memincingkan matanya dan mengerutkan keningnya. "Yang bener?"

Tangan Haris terangkat mengelus pucuk kepala Eliza. "Kali ini gue serius. Gue tau Bella emang udah gak tertarik lagi sama gue."

Eliza mengikuti gestur Haris dengan mengelus pucuk kepala kembarannya itu. "Gue pegang omongan lo ya? Awas aja kalo besok gangguin Bella lagi."

Kemudian Haris menggelengkan kepalanya. "Gue mau gangguin Viona aja gimana?"

"Jadi? Beneran suka sama Viona?"

"Mungkin?" jawab Haris tak yakin.

Eliza mengerucutkan bibirnya. "Kok mungkin?"

"Kayaknya Viona sebel sama kelakuan gue deh. Kemarin gue sempet debat sama dia, terus sekarang dia gak mau ngomong sama gue kecuali kalo ngomongin Dutaruba."

"Makanya jangan plin-plan jadi cowo!" Eliza lantas melayangkan pukulan di lengan Haris. Cukup untuk membuat Haris mengeluh kesakitan.

"Namanya juga remaja," balas Haris sambil masih mengelus-elus bekas pukulan Eliza.

"Dikira gue gak remaja apa?" gerutu Eliza. Gadis itu beranjak dari ranjang Haris ke meja belajar Haris. Diraihnya foto polaroid yang terpajang di sana.

Fotonya bersama Haris saat merayakan ulang tahun kelima belas. Saat itu Eliza memberinya kado boneka yang tadi dipanggil 'Riri'.

Tanpa diduga, Haris saat itu juga memberinya boneka yang dinamai 'Lili'.

"Makasih ya, El."

Eliza berbalik. Dilihatnya Haris yang duduk menatap lurus ke arahnya. "Buat?"

"Buat jadi orang yang udah ngarahin gue mulu padahal gue yang lebih dulu lahir."

Eliza kemudian kembali memandangi foto polaroid di tangannya. "Yang lebih tua gak selalu lebih dewasa. Gue juga masih banyak salahnya. Sebagai saudara yang udah hidup bareng-bareng bahkan dari kita masih di perut Mama, emang udah sewajarnya kan?"

This.

Elizabeth Khalila yang seperti inilah yang membuat Haris selalu merasa beruntung memiliki saudara secantik Eliza. Kemanapun Haris main-main di luar sana, gak akan ada satupun cewe yang bisa ngalahin rasa sayangnya ke Eliza.

-to be continued-

PUTIH ABU-ABU [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang