Viona terburu-buru mengejar Haris yang sudah pergi keluar kelas bersama Jeje dan Juan. Padahal jam pelajaran matematika minat baru berakhir satu menit lalu. "Haris!"
Haris berbalik bersamaan dengan Jeje dan Juan. "Kenapa, Vi?" tanyanya.
"Mau ke kantin ya?"
Jeje berdehem keras sambil merapikan dasinya. "mau ikut, Vi?" goda Jeje.
"Gak. Gue cuma mau ngajak Haris ngerjain tugas matmin biar bisa ambil hp kok," jelas Viona.
"Oh kirain."
"Ngerjain sekarang? Emang lo gak laper?" tanya Haris mengabaikan dua kawannya.
"Kalo lo mau makan dulu gapapa kok, asal abis itu langsung balik aja," usul Viona.
Mendengar ide yang terdengar kurang memuaskan itu, Haris kembali membalas, "Gimana kalo gue beli makan tapi gue makan di kelas aja? Lo mau nitip gak?"
Viona nampak menimang-nimang usul dari Haris sebelum ia menganggukkan kepalanya. "Nitip air aja."
"Gak menerima titipan air."
"Terus?"
"Ya apa? Siomay kek, cilok kek," saran Haris seadanya.
"Ya udah nitip siomay lima ribu aja. Gak pedes."
Haris dan Viona pun berpisah di depan pintu kelas 11 mipa 3. Tak lama setelahnya Haris kembali ke kelas dengan membawa dua bungkus siomay. Sedangkan Viona sudah berkutat dengan buku-bukunya.
Suasana kelas tak terlalu ramai. Hampir tiga perempat isi kelas pergi ke kantin dan sisanya tak jauh beda dengan Viona.
"Makan dulu, Vi," ucap Haris sambil meletakkan siomay milik Viona.
Gadis itu segera melepas pulpen dan mengambil uang di saku seragamnya. Ia berikan selembar lima ribuan pada Haris namun ditolak oleh laki-laki itu.
"Gak usah, itung-itung sedekah."
Viona menahan gelak tawanya karena pemilihan kata Haris. Sedekah banget gak tuh, batin Viona.
"Makasih deh, kapan-kapan gue ganti," balas Viona basa-basi.
"Oke."
Haris menyingkirkan buku paket matematika minat milik Viona agar ia leluasa makan. Ngomong-ngomong, laki-laki itu duduk di bangku Bella.
"Cieee ternyata ada yang diem-diem makan bareng di kelas nih," kelakar Yola sesaat setelah memasuki kelas.
Hilda yang datang bersama Yola pun menutup mulutnya melihat pemandangan langka di depannya.
"Lu berdua sengaja ya biar gak kena spotlight?" tuduh Hilda.
"Gak kok, Hil. Ini mau ngerjain matmin, kan gue sekelompok sama Haris."
"Kerja kelompok kok makan siomay?"
"Ya kan amunisi dulu biar gak kelaperan," jawab Viona lagi.
Yola dan Hilda berlalu ke bangku mereka yang berjarak dua meja di belakang bangku Viona. "Iya deh iya, selamat pacaran ya."
Viona mendengus sebal mendengarnya. Meskipun ia tak sungguh sebal pada Yola dan Hilda, ia hanya sebal karena Haris hanya diam tak membantu untuk menjelaskan pada dua teman sekelasnya.
Haris justru menikmati jika ada yang berpikir seperti itu tentangnya dan Viona. Makanya, ia hanya diam dan menyembunyikan senyumnya.
Setelah keadaan lebih tenang, Haris dan Viona mulai mengerjakan tugas kelompok mereka. Ada 10 soal yang diberikan mengenai materi grafik fungsi trigonometri dan keduanya memutuskan untuk membagi tugas.
"Mau ambil yang grafik apa soal biasa?" tawar Viona.
"Grafik aja, gue gak jago ngitung."
Dengan begitu Viona membiarkan Haris mengerjakan soal yang meminta siswa untuk menggambar grafik dari rumus fungsi. Sementara Viona mengerjakan soal yang mengharuskan ia menghitung hasil soal sinus, cosinus, dan tangen.
"Vi, bener gak?" tanya Haris. Ditunjukkannya grafik hasil ukiran tangannya yang tidak simetris.
"Haris, please deh. Ini gambarnya bisa yang bagusan dikit gak?" Viona mengambil alih kertas yang dipegang Haris lalu menghapus gambar hasil karya laki-laki yang duduk disebelahnya itu.
"Yang penting kan bener apa nggak?"
"Ya salah. Lo make grafik sin di soal cos," jelas Viona.
Haris tertawa gemas melihat raut Viona yang merengut sebal sambil meniup remahan penghapus. Viona lalu mendongakkan kepalanya. Tatapannya bertemu dengan Haris yang sudah lebih dulu memandangnya.
Melihat tatapan itu, Viona segera memutus kontak matanya dengan Haris. Sial, bisa-bisanya ia salting hanya karena tatapan yang terasa mengintimidasi itu.
"Nih, benerin lagi," kata Viona sambil menyodorkan kertas.
"Iya, sayang."
"WOY! APA TUH SAYANG SAYANG?" teriak Yola dari belakang.
Yola cekikikan sambil menampar lengan Hilda. Bersamaan dengan matanya yang menangkap Bella yang berjalan melewati kelasnya, sedang membuntuti seorang siswa.
"Hil," senggol Yola.
Hilda mengikuti arah pandang Yola, kemudian kedua siswi itu saling melempar tatapan. Tanpa berbicara, keduanya seakan mengerti apa maksud dibalik tatapan itu.
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
-to be continued-
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
the chaotic cameo, Hilda and Yola