25: Peace With Past

268 51 6
                                    

"The greatest step towards a life of simplicity is to learn to let go"

.
.
.


Haris menolak ketika Bella mengajaknya berbicara serius sepulang sekolah. Ia memberitahu alasan dibalik penolakannya sehingga Bella memutuskan untuk berbicara saat itu juga.

Gadis berambut hitam kecoklatan itu mengajak Haris pergi ke belakang gedung kelas mereka. Di samping taman obat-obatan yang didirikan oleh pihak Adiwiyata sekolah.

Hening melanda keduanya. Bella amat sangat bingung harus memulai darimana. Sedang Haris hampir tertawa—kalau saja ia tak menyadari suasana—karena melihat raut serius Bella.

"Ris."

"Bel."

Keduanya saling berpandangan. Bingung kenapa mendadak atmosfer canggung mengelilingi mereka.

"Lo duluan aja. Lo 'kan yang ngajak ngobrol," ujar Haris.

"Gue minta maaf, ya? Buat semua yang udah terjadi. Mulai dari kita putus, sampe kejadian akhir-akhir ini yang mungkin aja bikin lo sebel banget sama gue."

Haris mendengarkan dengan seksama. Tanpa berniat untuk menyela sedetik pun.

"Haris, sorry kalau waktu itu gue tiba-tiba mutusin lo. Sorry lagi, kalau gue gak pernah ngasih alasan yang jelas kenapa gue pengen hubungan kita selesai gitu aja. Dan sorry lagi, karena gue deket sama Awan. Bikin lo sebel karena gue tiba-tiba deket sama cowo lain setelah mutusin lo. Setelah dipikir-pikir, gue rasanya kayak selingkuh."

Haris tak menampik perkataan Bella. Toh, memang Bella mengatakan apa yang menjadi kenyataan. Awalnya, ia kira Bella hanya iseng mengakhiri hubungan mereka lalu akan kembali datang dan mengatakan ingin mengoreksi keputusannya.

Namun, yang terjadi hingga hampir empat bulan berlalu, Bella tak sekalipun kembali menengok ke belakang dimana Haris masih setia menunggunya.

"Ris, maaf kalau gue lancang. Tapi, gue pengen mastiin. Diantara kita, apa masih ada perasaan yang sama kayak dulu?"

Bella menengadahkan kepalanya. Menatap Haris yang lebih tinggi darinya. Sorot mata itu nampak sendu, berbanding terbalik dengan senyum tipis di bibirnya.

Haris menggelengkan kepalanya pelan. "Gue rasa perasaan lo ke gue, juga perasaan gue ke lo gak lagi sama kayak lima bulan lalu, Bel. Gue mulai sadar kalau lo makin tertarik sama Awan, gitu juga gue ke Viona."

"VIONA?" tanya Bella hampir berteriak.

Tapi, Haris tak panik sama sekali. Ia tetap biasa sekalipun mungkin teriakan Bella tadi akan mengundang perhatian orang lain.

Kemudian Bella tersenyum. Menyadari bahwa dengan ini, semua kesalahpahaman dengan Haris telah usai.

"Belum, Bel. Ada yang belum selesai," kata Haris seakan mengerti apa yang ada dibalik kepala Bella.

"Masih ada satu penjelasan yang gue butuhin." Haris menjeda kalimatnya. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu berujar, "Kenapa lo mutusin gue?"

Bella menundukkan kepalanya sebentar. Lalu, ia dongakkan lagi untuk menatap pasang manik mata Haris. Baru beradu tatap dua detik, gadis itu sudah memutusnya.

"Ma—"

"Gue gak menerima permintaan maaf lagi," sanggah Haris cepat.

"Gue tau gue aneh banget, lo boleh sebel ke gue lagi, Ris. Gue juga gak tau kenapa gue tiba-tiba minta putus padahal gue juga masih suka sama lo. Makanya gue gak pernah bisa jawab kalau ada yang nanya kenapa gue minta putus waktu itu," jelas Bella.

Lagi-lagi Haris menghela napas. Meskipun tak mendapatkan jawaban yang memuaskan, setidaknya ia menyadari satu hal. Ia dan Bella itu sama. Keduanya sama-sama remaja yang masih sangat labil dengan pilihan dan perasaannya. Semuanya bisa berubah dalam sekejap mata, kemudian baru mereka sadari bahwa apa yang mereka rubah merupakan awal dari penyesalan.

Haris mengeluarkan kedua tangannya dari saku celananya. Tangan kanannya terangkat mengelus pelipis Bella. Diusapnya pelan sambil mengingat hal itu pernah menjadi kebiasaan diantara mereka.

"Makasih, Bel. Gue harap setelah ini gak ada lagi salah paham. Nice to know you lot selama pacaran, let's be friends without any feeling."

"Good luck for you. Semoga Viona gak kabur-kaburan lagi kalau lo deketin," ucap Bella diiringi tawa.

"Ya, semoga Awan juga gak nyesel deket sama cewe bar-bar kayak lo," balas Haris juga tertawa.

Bella berdecak pelan. Lalu ia rentangkan tangannya. "Last hug?"

"Sure."

—The End—















Hahahah becandaaa
maaf ya kalo lama update. double up yay or nay?

PUTIH ABU-ABU [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang