06: Pemanasan

455 71 1
                                    

Setelah kepergian Bella, Haris tanpa berbicara apapun kembali ke tribun tempat ia dan kawan-kawan berbincang sebelumnya.

Diam-diam ia mempertanyakan apa hubungan Bella dengan salah satu juniornya itu.

Bella terlihat sangat ramah menyapa dan memberikan paperbag yang bahkan Haris tak ketahui apa isinya.

"Bella kenal sama Awan?" tanya Dion saat Haris sampai di tempatnya.

"Awan?"

"Iya itu adek kelas yang disamperin Bella barusan," jawab Dion lagi.

Haris membalikkan badannya, kembali melihat Awan yang kini sepertinya mendapat banyak pertanyaan dari teman-temannya. Ia kemudian mengambil bola basket yang tergeletak lalu berjalan kembali ke lapangan.

"Woi! Ke mana?" tanya Jeje di samping Dion.

"Mulai latihan lah."

Jeje, Dion, dan beberapa anak basket lain hanya bisa saling melempar pandangan mereka dan bertanya-tanya dalam diam.

"Beneran masih ada rasa kayaknya," bisik Dion pada Jeje.

Jeje lantas tertawa pelan mengingat Haris yang sempat menyangkal dan berkata bahwa ia sudah move on dari Bella.

Sebelum latihan benar-benar dimulai, mereka lebih dulu melakukan pemanasan. Kebetulan hari ini jadwal Dion untuk memulai pemanasan sehingga siswa kelas 12 itu mengambil posisi paling depan.

Biasanya, Haris akan membuat deret pertama diisi oleh angkatannya sendiri. Namun, kali ini ia meminta baris diacak tanpa memerhatikan angka kelas mereka.

Haris memang sengaja, dengan begitu ia dapat mengambil posisi tepat di sisi kiri Awan yang kembali merasa deg-degan saat Haris memantapkan posisinya.

"Tu, wa, ga, pat, ma, nam, ju, pan ...."

Baik Haris maupun Awan terus melakukan pemanasan tanpa saling menyapa. Awan yang segan dan Haris yang merasa campur aduk.

Setelah pemanasan selesai, mereka akan melanjutkan dengan berlari mengelilingi lapangan sebanyak 10 kali.

Dan jika dilihat dari barisnya, Haris nantinya akan berlari tepat di depan Awan.

Saat putaran pertama berlangsung, Haris dengan sengaja memperlambat larinya hingga perlahan-lahan ia sejajar dengan Awan.

Awan sudah dapat merasakan tanda-tanda bahwa sebentar lagi ia akan diinterogasi seperti halnya teman-temannya tadi.

"Lo kenal Bella?" tanya Haris yang akhirnya mengeluarkan suaranya.

Awan menggelengkan kepalanya. "Cuma nggak sengaja ketemu di koridor, bang."

"Dikasih apa sama dia?"

"Ah itu, seragam gue gak sengaja kotor pas dipegang Kak Bella, jadi dia minta seragam gue buat dia cuciin."

"Lo gak bisa nyuci sendiri?"

Awan reflek menatap Haris, lalu kembali fokus menghitung putaran larinya.

"Maaf, bang. Kak Bella-nya sendiri yang minta, gue juga gak e-"

"Oh."

Hening.

Awan takut mengeluarkan suaranya lagi, meskipun sebenarnya ada banyak sekali penjelasan-penjelasan yang ingin ia jelaskan pada Haris.

Namun sepertinya Haris cukup acuh. Laki-laki itu masih tetap berlari bersama Awan, tapi seakan eksistensi Awan tak dianggap olehnya.

"Maaf, bang. Gue beneran gak ada keperluan lain sama Kak Bella selain urusan seragam," ucap Awan setelah mengerahkan seluruh keberaniannya.

"Ngapain minta maaf?"

"Eh? Ee ... Itu ... Soalnya-"

"Gue gak masalah lo punya urusan apapun sama Bella, toh gue sama dia cuma mantan 'kan?"

Awan diam. Entah kalimat terakhir dari Haris itu sungguh pertanyaan atau hanya kalimat retoris yang dibumbuhi sindiran bahwa Haris tengah menegaskan statusnya dengan Bella.

"Kok lo diem? Bener 'kan?"

Awan sempat ragu untuk menjawabnya. Tetapi, setelah beberapa detik, ia akhirnya menjawab, "Tapi bisa aja balikan."

Haris tertawa pelan mendengar jawaban dari Awan.

"Iya juga, bisa aja gue balikan sama Bella," finalnya kemudian segera berlari secepat mungkin, meninggalkan Awan yang semakin memperlambat larinya.

-to be continued-

WADUH SIAGA SATU GUYS!!

PUTIH ABU-ABU [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang