CHAPTER 30

132 25 3
                                    

Happy reading, feel free to vomment for my boosters, and dont forget to check my tiktok acc for jisyong edits, luv <33




~Soul That You Save~

“Taeyong-ssi, kau benar-benar akan mendatangai desa tempat tinggalku?”

Jisoo memandang wajah pria di sampingnya itu tanpa menutupi kekhawatirannya. Pria itu tidak seharusnya menyelidiki kasusnya sendirian sejauh ini. Walaupun pria itu sepertinya sudah sedikit menghilangkan kecurigaan terhadap ayahnya sendiri, namun Jisoo masih sangat khawatir dengan Taeyong yang selalu ingin mencari kebenaran terhadap kasusnya sendirian. Wanita itu merasa ia tidak seharusnya menyeret Taeyong dalam kasus kelamnya.

Siapa yang tahu sejauh mana kebenaran kelam itu akan menenggelamkan kami?

“Jisoo-ssi, begini-begini aku juga cukup mahir berkelahi dan melindungi diri sendiri.” Taeyong terkekeh geli, berusaha menghibur sang gadis. “Aku hanya akan bertanya kesana-kemari. Memangnya hal buruk apa yang akan terjadi selain warga desa yang mungkin kesal karena ditanyai?”

“Kau tahu bukan itu maksudku, Taeyong-ssi.” Gadis itu tanpa sadar mendesah kasar, menggerutkan bibir kesal hingga kedua alisnya tertaut. Ekspresi kesal yang baru pertama kali Taeyong lihat. “Bagaimana jika—jika ternyata pelakunya ada disana dan membahayakanmu, bagaimana jika—Taeyong-ssi! Mengapa kau malah tertawa? Tidak ada yang lucu!”

Taeyong harus mengutuk dirinya yang malah tertawa ekspresi kesal Jisoo yang sedang mengomel namun justru terlihat sangat menggemaskan. Ini pertama kalinya Jisoo mengomel dan sangat mengkhawatirkannya seperti ini. Pria itu tak dapat menyembunyikan rasa hangat di dadanya mengetahui perasaan Jisoo yang mengkhawatirkannya.

“Aku akan baik-baik saja, Jisoo-ssi.” Pria itu menggengam jemari sang gadis hangat, tersenyum lembut menenangkan. “Aku janji akan baik-baik saja. Kau percaya kepadaku kan?”

Dua pasang netra berbeda warna itu saling memandang, larut dalam tatapan masing-masing. Jisoo selalu khawatir jika ia akan menjalani kehidupannya kedepan sendirian, jauh di dalam hatinya ia sangat ketakutan dengan rasa sepi yang seolah menjadi sahabat sejatinya. Ia dulu akan menutup diri dari orang-orang, ketakutan akan dirinya sendiri yang mungkin saja akan menyakiti orang-orang tak bersalah. Ia sudah menerima takdir kejamnya yang harus ia hadapi sendirian. Namun jika boleh egois, sekarang Jisoo sangat ingin membagikan kekhawatirannya kepada sang pria yang kini menatapnya dengan penuh perasaan. Ia ingin Lee Taeyong selalu berada disisinya.

“Aku percaya.” Senyum lembut terbit dibibir berbentuk hati sang gadis. Ia mengeratkan genggamannya dalam kehangatan jemari sang pria. “Aku akan selalu percaya kepadamu, Taeyong-ssi.”

Entah siapa yang memulai, kedua insan itu perlahan mendekatkan jarak diantara mereka. Mulanya ada lapisan transparan yang menghalangi kedua insan untuk semakin mendekat, namun begitu kedua netra itu kembali bertemu, mereka tahu tak akan ada lagi yang akan menghalangi mereka. Bibir itu bertemu dengan sangat natural, mulanya hanya sentuhan seringan bulu yang menghangatkan namun meleburkan hati dua insan itu. Sang pria perlahan menyesap bibir sang gadis perlahan penuh perasaan. Ciuman itu menjadi dalam dan tak tertahankan, melepaskan semua perasaan tertahan yang begitu dalam namun tak dapat dijelaskan dengan kata-kata.

“Aku—” Butuh usaha yang lebih agar Taeyong dengan terpaksa melepaskan tautan bibir yang memabukan itu. Jarak diantara mereka masih sangat tipis, dua insan itu mengatur nafas yang terengah. “Kita—harus berhenti.”

Tanpa sadar jemari kekar sang pria mengelus bibir hati penuh perasaan. Sentuhan seringan bulu namun sudah cukup menyentuh hati sang gadis.
Kedua anak manusia itu masih larut dalam perasaan satu sama lain. Kedua jemari masih saling bertautan erat. Tanpa sadar Jisoo menggerakan jemarinya yang bebas, menyentuhkan jemari itu pada pipi sang pria perlahan. Ia butuh diyakinkan jika perasaan ini nyata. Jika ia dan Lee Taeyong memang memiliki masa depan bersama. Seolah mengetahui pikiran berkecamuk sang gadis, jemari sang pria ikut menangkup jemari Jisoo di pipinya. Mengeratkan tangkupan itu, meyakinkan Jisoo lebih dari yang ia butuhkan.

SOUL THAT YOU SAVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang