CHAPTER 32

122 19 1
                                    

Happy reading, feel free to vomment for my boosters, luv <33
























~Soul That You Save~

“Silahkan duduk, Tuan Lee.” Wanita itu, Park Mina mempersilahkan Taeyong untuk duduk di kursi kosong di toko kelontong keluarganya. Toko itu berada tidak jauh dari rumah Jisoo. Dari ornamen dan bangunan tua yang terawat ini, Taeyong tahu toko kelontong ini telah ada cukup lama dan sekarang di kelola oleh Park Mina. Mereka memutuskan untuk berbincang di toko Park Mina. Taeyong akhirnya duduk di kursi tua itu, memandang wanita itu menunggu penjelasan.

“Saya sejujurnya tidak tahu banyak tentang Kim Jisoo.” Park Mina berujar gamblang, ikut duduk tak jauh dari kursi tempat Taeyong berada. Ia seolah tahu pria itu menunggunya menjelaskan apapun mengenai Kim Jisoo. “Kasus Kim Jisoo adalah tragedi untuknya, dan juga desa ini.”

“Saya seumuran dengan Kim Jisoo. Saat kejadian saya juga masih bocah yang kebingunan dan ketakutan akan kejadian mengerikan yang terjadi di sekitar sini.” Mina kembali menjelaskan. Pandangannya menerawang jauh, seolah menarik ingatan masa kecilnya. “Kim Jisoo dan Ibunya, Kim Jina adalah pendatang yang baru tinggal kurang lebih 6 bulan sebelum kejadian itu. Mereka sangat tertutup terhadap warga desa. Sangat jarang terlihat keluar dari rumah mereka. Membuat warga desa sungkan dan tidak begitu mengenal keduanya.”

“Lalu rumah mereka, bagaimana cara mereka mendapatkannya?”

“Entahlah, seingat saya rumah itu memang sudah lama tidak ditinggali sebelum akhirnya Nyona Kim dan putrinya menempati rumah itu. Kurang lebih 6 bulan mereka menempati rumah itu. Nyonya Kim meninggal karena penyakitnya. Seminggu setelah kematian Nyonya Kim, putrinya -Kim Jisoo- mengalami kejadian itu.” Wanita itu tertunduk. “Benar-benar nasib yang malang.”

“Ibu Jisoo meninggal karena penyakit?” Taeyong bergumam, lebih kepada dirinya sendiri namun dapat didengar oleh Mina.

“Benar, penyakit kanker.” Mina mengerinyitkan dahinya, seolah berpikir. “Kanker paru-paru. Sepertinya saat kesini, beliau memang sudah terkena penyakit kanker. Sepertinya itulah alasan beliau tidak banyak berinteraksi dengan warga desa.”

“Saat Nyonya Kim meninggal, dimana Kim Jisoo? Ada waktu seminggu sebelum kejadian. Seharusnya Jisoo berada dalam pengawasan wali pengganti saat ibunya meninggal.”

“Nyonya Kim ditemukan meninggal di rumahnya sendirian.” Mina menghela nafas, ia tak dapat menutupi kesedihan dalam raut wajahnya. “Saat itu mayat Nyonya Kim sudah tercium hingga ke rumah tetangga. Ia ditemukan sendirian meninggal di tempat tidurnya tanpa adanya Kim Jisoo. Jisoo menghilang, kemungkinan terbesarnya ia memang telah diculik oleh pelaku itu saat Nyonya Kim merenggang nyawa.”

Nasib apa yang kau berikan kepada Jisoo, Ya Tuhan?

Taeyong memandang nanar rumput hijau di hadapannya kosong. Kim Jisoo hanya anak-anak saat itu. Ia harus menghadapi semua musibahnya seorang diri. Ibunya meninggal dan ia malah menjadi korban dari tindakan menjijikan pelaku itu. Tidak cukup sampai disitu, sang pelaku pun masih bebas hingga sekarang. Menghirup udara bebas tanpa beban, berkeliaran dan mungkin menangsa korban lainnya.

“Apakah warga desa tidak melihat sesuatu yang mencurigakan? Orang asing yang juga mengunjungi rumah Jisoo? Sesuatu yang aneh beberapa hari itu? Tidak ada satupun?”

Taeyong mendesak dengan berbagai pertanyaan. Ia tak bisa menyembunyikan suaranya yang bergetar penuh tekanan.

“Tidak ada satupun warga desa yang melihat seseorang yang mencurigakan.” Mina memandang pria itu. “Seluruh warga disekitar sini ditanyai satu per satu oleh pihak kepolisian. Keluargaku juga begitu. Anda mungkin menganggap warga desa tidak peduli, namun kami peduli.” Mina masih memandang Taeyong tenang. “Kejadian yang menimpa Kim Jisoo adalah kejadian yang sangat naas. Pelaku yang masih berkeliaran itu menjadi teror sendiri bagi warga desa. Puluhan tahun lamanya desa ini sangat damai, namun kejadiaan naas yang menimpa Jisoo menggemparkan semuanya.” Mina menghela nafas lelah. “Para tetangga menyalahkan diri karena tidak berusaha keras mendekati Nyonya Kim dan putrinya. Para tetua dan laki-laki di desa menyalahkan diri karena tidak mewaspadai dan tidak melihat sesuatu yang berarti saat kejadiaan itu terjadi. Beberapa warga desa juga dicurigai sebagai pelaku. Semua itu mengubah desa kami yang tenang.”

SOUL THAT YOU SAVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang