🌼10

112K 3K 51
                                    

Happy Reading!

"Hiks.. maafkan aku, sayang. Maaf karena kecerobohanku, kita harus kehilangan calon anak yang begitu kamu idamkan hiks"

Tangisan Karin terdengar begitu menyayat hati namun Arvind hanya memasang wajah datar. Ia sudah menduga bahwa Karin akan berakting keguguran.

'Ck! Picik sekali.' batin Arvind. Jika tidak mengingat rencananya, maka sudah dipastikan ia akan menendang Karin dari rumah. Bukan hanya Karin tapi keluarganya juga, Arvind hanya perlu menunggu untuk menjadikan mereka semua pengemis.

Karin memegang tangan suaminya. "Hiks.. Sayang."

Arvind tidak mengatakan apapun namun langsung menarik tangannya. Sekarang rasanya jijik sekali bersentuhan dengan Karin.

Eve, ibunya Karin segera melangkah mendekati menantunya. "Nak, Arvind_ ini juga tidak bisa menyalahkan Karin sepenuhnya. Tidak ada yang menginginkan musibah seperti ini. Dan lihatlah! Betapa Karin begitu sedih dan merasa kehilangan."

Arvind mendengus. "Baiklah. Tapi aku ingin Karin hamil lagi secepatnya." ucap Arvind menatap sang istri.

Karin tentu saja langsung mengangguk. Ia sudah menghubungi dokter dan mengatur untuk proses inseminasi lagi untuk Ayyara. Yang perlu ia pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya untuk mendapatkan sperma Arvind lagi tanpa pria itu merasa curiga.

"Lihatlah! Mama yakin kalian akan segera diberi keturunan. Karin juga akan menjaga kesehatannya agar nanti saat hamil kembali semuanya berjalan lancar tanpa kendala." ucap Eve membuat Arvind mengangguk lalu melangkah pergi tanpa mengatakan apapun.

Arvind menyetir kembali ke rumah. Setelah melihat Karin, rasanya Arvind perlu sesuatu yang menenangkan. Contohnya seperti melihat wajah ayu Ayyara.

Begitu mobilnya berhenti di depan rumah, Arvind segera keluar dan melangkah memasuki rumah.

"Apa yang kau lakukan?" teriak Arvind membuat Ayyara yang sedang membersihkan ruang tamu segera menoleh.

"Tu_tuan."cicit Ayyara pelan lalu tanpa sadar bergerak mundur.

Arvind berdecak lalu melangkah dan menarik lengan Ayyara menuju kamar tamu.

Brakk

"Argghh"

Begitu pintu tertutup, Arvind langsung menyudutkan Ayyara ke dinding.

"Bukankah sudah kubilang untuk beristirahat. Aku butuh rahim yang sehat untuk pertumbuhan calon anak-anakku nanti." ucap Arvind tajam membuat Ayyara menunduk. Bahkan ia tidak sadar dengan kata anak-anak yang tuan Arvind katakan.

"Maaf tuan."

Arvind menghela napas lalu melangkah mundur. "Dua hari lagi aku akan berangkat ke Bali, aku ingin kau ikut."

"Maaf tuan, tapi__"

Brakk

Arvind meninju dinding, tepat di belakang kepala Ayyara.

"Kau harus ikut atau jika tidak, maka aku akan menghabisi keluargamu." amcam Arvind membuat Ayyara menggeleng. Kenapa tuan Arvind suka sekali mengancam akan menghabisi orang tuanya.

Ayyara mendongak dan memberanikan diri untuk menatap sang tuan. "Ta_tapi tuan, Nyonya Karin bagaimana?"

Arvind kembali mendekat dan menyudutkan Ayyara ke dinding. "Itu tugasmu untuk memikirkan cara agar Karin tidak curiga. Aku ingin kau ikut ke Bali dan pastikan Karin tidak mencurigainya." ucap Arvind lalu melangkah pergi dari sana. Karena jika terlalu lama bersama Ayyara, Arvind takut ia akan khilaf dan berakhir menyetubuhi wanita yang baru saja keguguran itu.

Seperginya tuan Arvind, Ayyara langsung menyentuh dadanya, tubuhnya bahkan merosot ke lantai.

Sekarang bagaimana? Bagaimana caranya ia meminta ijin pada nyonya Karin agar bisa ikut dengan tuan Arvind ke Bali.

Ayyara segera berdiri meskipun kakinya terasa lemas. Kata wanita yang memasak di dapur, nyonya Karin ada di rumah sakit karena keguguran. Kemungkinan besok baru pulang. Untunglah, karena Ayyara punya waktu untuk menemukan alasan yang tepat. Lagipula saat di Bali tuan Arvind tidak bisa menyentuhnya, dokter sendiri yang mengatakan ia tidak bisa diajak berhubungan setidaknya untuk dua minggu ke depan. Dan Ayyara begitu yakin, tuan Arvind akan menurut dengan perkataan dokter mengingat seberapa inginnya pria itu memiliki seorang bayi yang sehat.

Besoknya, Ayyara segera menyelinap dan mencari waktu untuk menemui nyonya Karin di kamar. Saat ini tuan Arvind sedang pergi dan itu berarti nyonya Karin sedang sendirian.

Tok tok

"Permisi, nyonya." ucap Ayyara setelah mengetuk.

"Siapa?"

Terdengar sahutan dari dalam membuat Ayyara memberanikan diri untuk membuka pintu.

Ceklek

"Nyonya_"Cicit Ayyara pelan dari depan pintu.

"Ck! Apa yang kau lakukan? Cepat masuk dan tutup pintunya!" titah Karin membuat Ayyara menurut.

Ayyara melangkah ke sisi tempat tidur di mana nyonya Karin sedang berbaring.

"Ada apa? Cepat katakan!" titah Karin.

"Saya ingin meminta ijin untuk pulang, nyonya."

"Apa? Beraninya kau__ bagaimana dengan perjanjian kita?" bentak Karin yang saat ini sudah bangun dan turun dari tempat tidur.

Ayyara menunduk. "Ha..hanya untuk beberapa hari, nyonya. Saya merindukan bapak dan ibu."

"Tidak." tolak Karin membuat Ayyara mengangkat wajahnya.

"Saya mohon, nyonya. Ijinkan saya pulang dan bertemu bapak sama ibu beberapa hari. Setelah itu saya akan kembali ke sini dan menuruti semua perkataan nyonya." ucap Ayyara memohon membuat Karin menghela napas.

'Lagipula aku tahu di mana rumah Ayyara. Dan dengan hutang yang menumpuk dengan penjagaan ketat oleh rentenir, mereka juga pasti tidak bisa kabur. Lebih baik aku ijinkan saja dia pulang, agar bisa beristirahat dengan baik dan menyiapkan diri untuk inseminasi berikutnya.' batin Karin lalu mengangguk.

"Baiklah. Tapi hanya untuk beberapa hari. Tapi jika kau tidak kembali juga maka aku akan__"

Ayyara segera mengangguk. "Saya mengerti, nyonya." ucap Ayyara membuat Karin menyeringai. Baguslah jika Ayyara mengerti bahwa dia tidak bisa dikhianati.

-Bersambung-

Mengandung Anak Tuan ArvindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang