🌼6 (21+)

273K 2.9K 52
                                    

Happy Reading!

Arvind memasuki rumah orang tuanya.

"Di mana Karin?" tanya Juwita mendekati putranya.

"Tidak ikut."sahut Arvind.

"Kenapa?"

Arvind terkekeh. "Bukankah biasanya mama tidak menyukai Karin? Lalu kenapa sekarang mencarinya."

Juwita menghela napas. "Walau bagaimanapun juga, di rahim Karin ada cucu mama. Mana mungkin mama tidak menyukainya."

Arvind mengangguk lalu duduk di sofa. "Karin akan menginap beberapa minggu di rumah orang tuanya." beritahu Arvind.

Juwita melotot. "Dan kau membiarkannya?"

"Arvind harus bagaimana, mah. Katanya itu keinginan bayi."

Juwita mendengus. "Kirim orang untuk mencari tahu apa yang istrimu lakukan di sana. Jika dia melakukan sesuatu yang berpotensi melukai cucu mama, langsung jemput saja."

Arvind mengangguk. Tanpa disuruh pun ia sudah melakukannya.

"Dan ingat pesan mama. Jangan menyentuh Karin hingga usia kandungannya cukup kuat. Lakukan dengan wanita lain saja, tapi ingat jangan sampai kebobolan. Karena meskipun mama sangat ingin punya banyak cucu, tapi bukan berarti lahir dari rahim pelacur."

Arvind kembali mengangguk. Mendengar perkataan mamanya, Arvind jadi mengingat Ayyara. Entah bagaimana keadaan gadis itu setelah ia perawani tadi malam.

"Kamu menginap di sini, kan? Mumpung Karin tidak di rumah." tanya Juwita.

Arvind menggeleng lalu berdiri. "Katakan pada papa, besok Arvind akan kembali bekerja."

Juwita mengangguk lalu membiarkan putranya pergi.

Arvind tiba di rumah saat hari sudah gelap. Namun bukannya menuju kamar utama, ia malah melangkah menuju dapur.

Prangg

Arvind melotot lalu menatap Ayyara yang berdiri dengan tubuh yang gemetar.

"Ma_maf tuan." cicit Ayyara pelan lalu segera membersihkan pecahan piring di lantai.

Arvind segera mendekat dan menarik lengan Ayyara agar berdiri.

"Biar bibi yang membersihkannya." ucap Arvind lalu menarik lengan Ayyara menuju ruang kerjanya.

Brakk

Arvind menutup pintu lalu menguncinya.

Sedang Ayyara hanya berdiri dengan wajah yang menunduk.

'Sial.' batin Arvind lalu segera mendorong Ayyara ke sofa yang ada di ruang kerjanya kemudian segera menaikan daster lusuh yang gadis itu pakai.

"Tuan jangann. Sayaa mohonnn." pinta Ayyara memelas namun terdengar seperti permintaan bagi Arvind.

Plak

Arvind menyeringai kemudian segera melepas celana kain yang ia gunakan.

"Tuaann.. saya mohon, jang__"

"Diam dan nikmati saja atau aku akan melemparmu ke jalanan."ancam Arvind lalu membebaskan senjata besarnya yang sedari tadi sudah memberontak meminta kepuasan.

Ayyara hanya bisa diam. Ia menggingit bibir bawahnya agar isak tangisnya tidak terdengar. Sekali lagi ia hanya pasrah, Ayyara tau jika ia tidak punya kekuatan apapun untuk menolak.

Arvind mengarahkan miliknya ke depan lubang yang tadi malam memberinya kenikmatan itu.

Jleb

"Argghh"Jerit Ayyara saat milik tuan Arvind masuk dalam sekali hentak dalam tubuhnya.

"Ohh hh"desah Arvind saat milikmya terasa dijepit kuat. Rasanya dia akan keluar meski tidak bergerak.

"Hiks keluarkan hh sakitt" Rintih Ayyara berusaha melepaskan diri namun Arvind malah memeluk gadis itu kuat kemudian mulai bergerak cepat.

"Ahhh ahhh"Desah Ayyara keras.

Sedang Arvind hanya bisa menahan desahannya sembari terus bergwrak dengan cepat. Miliknya terasa sangat dimanjakan dan jujur saja, Ayyara adalah yang terbaik diantara semua wanita yang pernah Arvind tiduri.

"Ahhh tuann berhentii" jerit Ayyara sembari memeluk perutnya yang kembali terasa nyeri.

Sedang Arvind tidak peduli. Ia melingkarkan lengan besarnya di leher Ayyara hingga wajah gadis itu memerah karena kesulitan bernapas.
Belum lagi tubuh bagian bawahnya yang digempur keras membuat Ayyara hampir pingsan.

"uhukkk_hhh"

Arvind melepaskan lengannya saat Ayyara terbatuk lalu segera mendorong tubuh gadis itu agar berpegangan pada sofa.

Dengan posisi seperti ini membuat Arvind bisa dengan leluasa bergerak.

"Ahhh sakit ampunn tuann." jerit Ayyara lalu beberapa detik kemudian tubuhnya mulai mengejang. 

"Ahhhhhh tuannnnnn" teriak Ayyara panjang kemudian tubuhnya melemas ke kursi.

Arvind segera menarik tubuh Ayyara ke dalam pelukannya lalu lanjut bergerak cepat. Tidak peduli jika Ayyara masih lemas akibat pelepasan yang baru saja wanita itu raih.

Arvind mendongak. Kepalanya begitu pening karena menahan nikmat. Hal ini terbukti dengan miliknya yang mengembung dan siap menembakkan lahar panas.

Sedang Ayyara hanya bisa memeluk tubuh tuan Arvind. Ia sudah tidak punya tenaga lagi. Selain itu tubuh bagian bawah mipiknya mungkin sudah lecet karena digagahi begitu kasar.

Tiga tusukan terakhir berhasil membuat Arvind mendesah kencang karena pelepasan yang begitu luar biasa. Bahkan cairan cinta yang dia tembakan ke rahim Ayyara meluber keluar karena tak muat tertampung di dalam.

"hhhh hhhh" Arvind mengatur napasnya lalu menatap wajah Ayyara yang terkulai di pelukannya.

'Dia pingsan.' batin Arvind lalu menggendong Ayyara menuju kamar utama.

-Bersambung-

Mengandung Anak Tuan ArvindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang