Happy Reading!
Bukk bukk
"Ayyara, buka pintunya!"teriak Arvind. Ia tidak bermaksud mengatakan hal sejahat itu. Sungguh, kalimat itu keluar begitu saja. Apalagi tadi Ayyara langsung berlari menuju kamar saat ia mencoba menjelaskannya pada wanita itu.
Bukk bukk
"Dasar bodoh, bagaimana bisa kau mengatakan hal seperti itu pada ibu dari calon anakmu." omel Juwita lalu menarik lengan putranya menjauh dari depan pintu kamar Ayyara.
"Mama tahu, aku tidak mengatakannya dengan sengaja." ucap Arvind membela diri.
"Oh ya? Bagaimana bisa menjadi tidak sengaja saat kau mengatakannya dengan begitu lantang." ucap Juwita lalu memijat keningnya. Rasanya begitu pusing. Sungguh ia tidak berniat membuat Ayyara mendengar kalimat seperti itu.
"Aku akan meminta maaf." ucap Arvind lalu berniat kembali ke depan pintu kamar Ayyara dan membujuk wanita itu untuk membuka pintu, namun Juwita segera menghalangi.
"Tidak perlu. Sebaiknya kau pergi dan biarkan mama nanti yang bicara dengan Ayyara." putus Juwita namun Arvind menolak. Ia tidak akan tenang sebelum mendapatkan maaf dari Ayyara.
"Aku akan pindah dan tinggal di sini." ucap Arvind membuat Juwita memukul lengan putranya itu.
"Tidak. Mama tidak ijinkan. Lagipula tidak baik bagi kau dan Ayyara tinggal satu rumah. Kalian belum sah." bentak Juwita membuat Arvind berdecak.
"Kalau begitu Arvind akan menikahi Ayyara." ucap Arvind tegas membuat Juwita terdiam.
"Apa? Apa yang kau katakan tadi?" tanya Juwita memastikan pendengarannya.
"Arvind akan menikahi Ayyara. Jika perlu sekarang juga." ulang Arvind membuat Juwita terkekeh lalu menggeleng.
"Tidak. Mama tidak setuju. Awalnya mama memang berniat menikahkan kalian tapi sekarang tidak lagi." ucap Juwita lalu menyilangkan tangannya di dada.
"Mama ingin mempermainkanku, iya kan?" tanya Arvind kesal.
Juwita menghela napas. "Ayyara akan menjadi adikmu. Segera setelah dia melahirkan. Dan tahun depan, mama juga akan menikahkan Ayyara dengan Jovan."
Arvind tersentak mendengar perkataan mamanya. Jovan? Sepupunya yang kuliah di Amerika. Mamanya pasti bercanda.
"Jovan?" tanya Arvind memastikan.
"Iya. Dia anak yang tampan dan baik. Mama yakin Jovan akan menjadi suami yang baik untuk Ayyara." ungkap Juwita lalu melangkah pergi. Sedang Arvind hanya diam lalu meremas rambutnya. Kenapa jadi seperti ini.
Malam harinya, semua barang-barang Arvind sudah dipindahkan ke rumah orang tuanya.
"Kau benar-benar akan tinggal di sini?" tanya Juwita namun Arvind tidak menjawabnya. Ia tidak akan bicara dengan wanita paruh baya itu. Bisa-bisanya dia berniat menikahkan Ayyara dengan pria lain padahal wanita itu sedang mengandung bayinya. Arvind tidak rela jika bayinya nanti memanggil pria lain dengan sebutan ayah.
"Kau tidak mau bicara dengan mama?" tanya Juwita membuat Arvind menghela napas lalu beranjak dari ruang keluarga. Tadinya ia duduk di sana hanya untuk menunggu Ayyara keluar dari kamar. Tapi ternyata sudah hampir tiga jam menunggu, Ayyara tidak keluar juga.
"Ck! Dasar bodoh." maki Juwita lalu melangkah menuju dapur. Ia akan meminta koki untuk memasak makanan yang calon menantunya inginkan.
Satu jam kemudian, Arvind kembali mencoba mengetuk pintu kamar Ayyara.
Tok tok
"Ayyara, buka pintunya!" panggil Arvind lalu kembali mengetuk pintu beberapa kali.
Tok tok
"Aku akan mendobrak pintunya jika kau tid.."
"Permisi tuan, ini adalah makanan non Ayyara." sela seorang pelayan membuat Arvind berbalik.
Arvind menatap nampan di tangan pelayan yang berisi dua jenis makanan, segelas air putih dan susu.
"Untuk Ayyara?" tanya Arvind memastikan.
Pelayan tadi mengangguk sebagai jawaban membuat Arvind menyeringai. Ayyara pasti akan membuka pintu jika mendengar suara pelayan.
Tok tok
Arvind mengisyaratkan agar pelayan itu bersuara setelah ia mengetuk pintu.
"Non, Ayyara.. Sa saya pelayan yang mengantar makanan." ucap pelayan itu sembari melirik tuan Arvind.
"Yang benar saja." gumam Arvind kesal. Kenapa suara pelayan itu terdengar seperti orang yang ketakutan.
Ctar ceklek
Namun ternyata Ayyara tetap membuka pintu membuat Arvind segera mengambil alih nampan dari tangan pelayan dan menyuruhnya pergi.
"Apa yang tuan lakukan di sini?" tanya Ayyara serak.
"Kau menangis?" Tanya Arvind balik mengabaikan pertanyaan Ayyara sebelumnya.
Ayyara mengatur napasnya lalu berbalik memasuki kamarnya diikuti oleh Arvind.
"Tuan."panggil Ayyara membuat Arvind segera meletakkan nampan di tangannya lalu berbalik. Sepertinya sekarang adalah waktu yang tepat untuk bicara.
"Maaf.. "
Deg
Bukan Arvind yang mengatakannya tapi Ayyara.
"Maaf telah membuat tuan kesulitan. Harusnya saya sadar diri. Mana mungkin pria seperti tuan menikah dengan wanita miskin seperti saya. Tuan juga benar bahwa saya tidak pantas dalam hal apapun jika disandingkan dengan tuan. Sekali lagi saya minta maaf. Untuk kedepannya saya janji tidak akan pernah membuat tuan merasa tidak nyaman lagi. Saya sudah memutuskan untuk menepati perjanjian awal kita. Bahwa saya akan melahirkan anak ini dengan selamat lalu pergi dari sin.. "
"Ayyara!" potong Arvind lalu menarik wanita itu ke dalam pelukannya. "Jangan katakan apapun lagi." pinta Arvind lalu mengecup kening wanita itu.
Ayyara kaget, tentu saja. Bahkan Arvind sebagai pelaku juga merasa kaget. Kenapa ia menarik Ayyara kepelukannya bahkan mencium kening wanita itu. Seolah hati, otak dan tubuhnya punya pikiran yang berbeda.
"Tuan.. "Cicit Ayyara pelan membuat Arvind mengurai pelukan mereka.
"Ayo menikah!" ucap Arvind tiba-tiba membuat keadaan menjadi hening.
-Bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengandung Anak Tuan Arvind
RomanceHarap bijak memilih bacaan! Ayyara, gadis berusia dua puluh tahun yang berasal dari keluarga miskin. Bukan hanya miskin, keluarganya juga memiliki setumpuk hutang. Untuk membayarnya, Ayyara terpaksa menerima tawaran dari wanita kaya untuk melahirka...