Happy Reading!
Ayyara diam selama pemeriksaan. Ia tidak menjawab pertanyaan dari dokter ataupun mendengar apa yang wanita berjas putih itu katakan. Pikiran Ayyara mendadak beku bahkan sekarang untuk bernapaspun rasanya begitu berat.
"Baiklah. Terima kasih, dokter." ucap Arvind lalu menarik lengan Ayyara untuk berdiri.
"Sama-sama, pak. Silahkan datang lagi bulan depan atau jika ada keluhan serius."
"Tentu." sahut Arvind lalu mengajak Ayyara meninggalkan ruangan dokter.
"Hahh" Ayyara bernapas keras lalu menepuk dadanya. Kenapa rasanya sangat sesak.
"Ada apa?" tanya Arvind yang setia menggenggam jemari Ayyara.
"Tidak, tuan.. saya ingin ke toilet." ucap Ayyara serak lalu menarik tangannya kemudian bergegas melangkah ke sembarang arah.
Arvind menatap punggung Ayyara yang menjauh lalu melangkah mengikuti. Berpikir bahwa wanita yang sedang hamil itu mungkin ingin muntah.
Di kamar mandi, Ayyara bergegas mengunci pintu lalu menahan napas. Bahkan kedua tangannya ia gunakan untuk menutup mulut yang mungkin saja akan mengeluarkan isak tangis.
"Hhhhh.. "Ayyara berusaha meredam tangisnya meskipun kini air mata sudah membanjiri wajahnya.
Pukk pukk
Ayyara memukul dadanya yang terasa sesak. Sebenarnya apa yang terjadi? Jujur saja, Ayyara tidak berharap lebih pada tuan Arvind. Tapi kenapa saat tadi tuan Arvind mengatakan ia harus pergi, ada perasaan sakit yang menusuk jantungnya.
"Hiks"
Ayyara memejamkan matanya saat air matanya keluar semakin deras. Sebenarnya ia tidak punya hak untuk menangis tapi kenapa air matanya keluar tanpa bisa dicegah.
Tok tok
Ayyara mendadak menahan napas dan tangisannya saat mendengar suara pintu yang diketuk.
"Apa anda bernama Ayyara? Pria diluar meminta saya melihat keadaan anda. Apa anda baik-baik saja?"
Tok tok
Ayyara hanya diam dan kembali menangis tanpa suara.
"Apa anda baik-baik saja?"
Tok tok
Ayyara mengatur napasnya. Ia ingin menyahut tapi takut ketahuan tengah menangis.
"Sepertinya istri anda pingsan."
Ayyara melotot. Apa tuan Arvind masuk ke dalam toilet perempuan.
Tok tok
"Ayyara, buka pintunya! Apa yang kau lakukan di dalam?"
Tok tok
"Ayyaraaaa!! "
Ayyara buru-buru menghapus air matanya lalu menyahut.
"I.. iya?"
"Buka pintunya! Cepat!"Teriak Arvind tegas.
"Pelan-pelan pak, bicaranya. Katanya tadi istrinya sedang hamil." tegur ibu-ibu yang tadi mengetuk pintu.
Arvind hanya mengangguk lalu kembali memaksa Ayyara membuka pintu ketika wanita tadi pergi.
"Buka atau saya dobrak?" ucap Arvind tegas.
Ayyara membersihkan wajahnya dengan tisu yang ada di sana lalu membuka pintu.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Arvind begitu pintu terbuka.
Sedang Ayyara langsung berjalan melewati tuan Arvind dengan menutupi wajahnya.
"Sa.. saya mual, tuan." ucap Ayyara lalu membasuh wajahnya. Mata sembabnya terlihat sangat jelas di cermin.
'Apa yang harus aku lakukan?'batin Ayyara lalu menggigit bibir bawahnya.
Arvind mendekat lalu merapikan rambut Ayyara. "Kau bohong." bisik Arvind membuat tubuh Ayyara menegang.
"Tu.. tuan."cicit Ayyara pelan saat telapak tangan tuan Arvind mengusap perutnya.
"Dengar, Ayyara! Pernikahan tidak semudah yang kau bayangkan. Aku mengerti jika kau tertarik padaku, tapi itu mungkin karena bayi kita." ucap Arvind lalu tersenyum tipis membuat jantung Ayyara kembali berdetak cepat.
Tidak. Ini bukan ketertarikan sesaat karena bayi. Ayyara sadar perasaannya tidak serendah itu. Tidak mungkin menyukai seseorang dan sedih saat ditolak jika tidak ada cinta atau perasaan apapun.
'Tapi aku bisa apa? Aku hanya gadis miskin dari desa.' batin Ayyara lalu tersenyum tipis.
"Sepertinya tuan benar. Ini pasti karena bayi." ucap Ayyara lalu menunjukkan telapak tangannya.
"Hn?"
"Foto USG tadi. Nyonya Karin pasti mencarinya nanti." ucap Ayyara membuat Arvind memberikannya. Lagipula nanti foto itu akan kembali ke tangannya.
Ayyara menyimpan foto USG tadi lalu melangkah keluar dari toilet perempuan. Untung saja toiletnya sepi atau jika tidak, pasti banyak ibu-ibu yang akan mengomeli tuan Arvind yang sembarang masuk.
Di perjalanan pulang, Ayyara hanya diam. Ia tidak ingin mengatakan apapun. Bahkan ketika tuan Arvind menawari makanan, ia juga tidak memberi respon apapun.
Eh?
Ayyara menoleh kaget saat lengannya tiba-tiba saja digenggam.
"Di depan sana ada yang jual rujak, mau?" tawar Arvind membuat Ayyara menarik lengannya lalu menggeleng.
"Tidak, tuan. Kita langsung pulang saja." sahut Ayyara pelan.
Arvind menghela napas. Apa Ayyara benar-benar serius memikirkan pernikahan? Tapi Arvind tidak pernah memikirkan ke arah sana. Menikah dengan Ayyara terlalu jauh dari keinginannya. Ayyara mungkin bisa menjadi ibu bagi anaknya tapi sebagai istri, Arvind ragu. Apalagi Ayyara hanya wanita miskin dari desa. Tidak berpendidikan dan mungkin akan kesulitan bergaul di lingkungannya nanti.
Tiba di rumah, Ayyara langsung menuju kamarnya. Ia akan menunggu nyonya Karin datang lalu mengutarakan keinginannya.
Malam harinya, Ayyara yang belum tidur sengaja mengunci pintunya. Tadi sore ia bahkan memasang gembok dari dalam agar tidak ada seorangpun yang masuk dengan kunci cadangan. Ayyara sudah bertekad untuk menghindari tuan Arvind.
Tok tok
Tubuh Ayyara menegang saat mendengar pintu yang diketuk.
"Ayyara, buka pintunya!"
Ayyara segera bangkit. Itu suara nyonya Karin. Ia membuka gembok lalu membuka pintu.
"Mana?" todong Karin membuat Ayyara segera mengeluarkan foto usg tadi pagi.
Karin menatap foto itu lalu mengangguk.
"Nyonya.. "panggil Ayyara pelan.
"Ada apa?" tanya Karin datar.
"Kapan kita pindah dari sini?" tanya Ayyara membuat Karin menghela napas.
"Kenapa? kau tidak betah di sini?" tanya Karin kesal.
Ayyara menggeleng. "Tidak nyonya. Bukankah lebih baik jika saya tidak berada di rumah ini. Takutnya ada yang akan curiga dengan kehamilan ini nanti." jelas Ayyara.
Karin mengangguk. Benar juga. "Baiklah. Rapikan pakaianmu dan besok aku akan mengantarmu ke rumah ibuku." ucap Karin membuat Ayyara mengangguk.
'Setelah ini tidak akan ada pertemuan lagi dengan tuan Arvind.'
-Bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengandung Anak Tuan Arvind
RomansaHarap bijak memilih bacaan! Ayyara, gadis berusia dua puluh tahun yang berasal dari keluarga miskin. Bukan hanya miskin, keluarganya juga memiliki setumpuk hutang. Untuk membayarnya, Ayyara terpaksa menerima tawaran dari wanita kaya untuk melahirka...