Happy Reading!
"Arghh" jerit Ayyara lalu segera melangkah mundur. Kenapa tuan. Arvind bisa masuk ke kamar, padahal ia sudah mengunci pintu.
Sedang Arvind hanya melirik santai lalu menyimpan ponsel yang sedari tadi ia mainkan.
"Kata bibi kau belum minum susu."ucap Arvind lalu mengambil susu yang tadi ia letakkan di atas meja.
"Bagaimana tuan bisa masuk?" tanya Ayyara waspada.
Arvind menghela napas. "Kenapa? Ini rumahku. Aku bisa masuk ke manapun." ucap Arvind lalu menyodorkan susu yang ada di tangannya.
Ayyara menerima susu itu lalu dengan cepat meminumnya.
"Pelan-pelan, Ayy. Aku tidak ingin anak kita tersedak jika cara minummu seperti itu."tegur Arvind yang kembali duduk di atas tempat tidur.
"Hah.. Sudah." Adu Ayyara memperlihatkan gelas kosong.
Arvind tersenyum tipis. "Pintar sekali. Sekara_ "
"Keluar!"
Hah?
"Susunya sudah saya minum, sekarang tuan bisa keluar." usir Ayyara membuat Arvind melongo hampir bertepuk tangan.
"Kau mengusirku?" tanya Arvind kesal.
Ayyara mengangguk. "Ini memang rumah tuan tapi ini kamar saya. Dan tuan tidak boleh masuk sembarangan ke kamar orang lain." ucap Ayyara membuat Arvind mengernyit.
"Baiklah. Apa yang harus aku lakukan agar kita bisa satu kamar?" tanya Arvind menggoda namun Ayyara sama sekali tidak peduli.
"Tidak ada. Karena saya tidak ingin satu kamar dengan tuan." sahut Ayyara membuat Arvind berdecak.
"Apa ini salah satu taktik yang ibuku berikan. Apa wanita tua itu memintamu untuk jual mahal? Kalau iya. Aku akui taktik ini berhasil. Sekarang ayo ke sini, biarkan aku memelukmu."ucap Arvind sembari membuka lengannya. Ia berharap Ayyara berlari dan masuk ke dalam pelukannya.
Ayyara menggeleng. "Berapa usia tuan?" tanya Ayyara membuat Arvind menurunkan lengannya. Kenapa sekarang Ayyara membahas usia.
"Entahlah. Aku lupa." sahut Arvind kesal.
"Tuan lebih tua puluhan tahun dari saya. Harusnya tuan tahu kalau ini bukan taktik." ucap Ayyara membuat tubuh Arvind menegang.
"Jadi kau benar-benar tidak ingin menikah?" tanya Arvind membuat Ayyara mengangguk.
"Tidak, tuan. Saya tidak ingin menikah." ucap Ayyara yakin.
"Jadi kau benar-benar ingin anak kita lahir tanpa status yang jelas?" tanya Arvind lagi.
Ayyara menggeleng lalu menyentuh perutnya. "Tuan yang ingin anak ini lahir tanpa status yang jelas." sahut Ayyara membuat Arvind terdiam.
"Tuan juga yang memutuskan untuk menghamili saya meskipun sudah tahu segalanya. Jika saja saat itu tuan membiarkan saya pergi, mungkin semua ini tidak akan terjadi." ucap Ayyara serak membuat Arvind berdiri.
"Baiklah. Jangan menangis! Itu akan membuat bayi kita ikut sedih." ucap Arvind lalu melangkah mendekati Ayyara. Namun satu langkah Arvind maju, satu langkah juga Ayyara mundur.
Arvind menghela napas. "Ada sedikit masalah pada perusahaan di Singapura. Mungkin aku harus pergi dan menetap di sana beberapa bulan." beritahu Arvind membuat Ayyara mendongak hingga mata mereka bertatapan.
"Jaga anak kita sementara aku pergi. Jika ada sesuatu yang kau inginkan beritahu saja mama atau pekerja di rumah ini." pesan Arvind dengan senyum tipis.
Ayyara hanya diam dan Arvind memaklumi itu. Mungkin kepergiannya selama beberapa bulan adalah hal yang bagus. Mereka perlu jeda untuk memikirkan apa yang harus dilakukan kedepannya. Namun keputusan Arvind sudah bulat. Apapun pilihan Ayyara, wanita itu tidak akan bisa pergi. Bayi mereka akan mengikat Ayyara untuk tidak pergi.
"Apa tidak ada yang ingin kau katakan?" tanya Arvind. Sedikit berharap jika Ayyara akan berlari dan memeluknya.
"Hati-hati. Tuan harus selalu menjaga kesehatan dan.. " Ayyara berhenti lalu menggigit bibir bawahnya.
Arvind menatap Ayyara."Dan apa?" tanya Arvind penasaran.
Ayyara meremas handuk yang melilit pada tubuhnya. "Dan.. em.. kapan tuan pergi?" tanya Ayyara. Ia tidak mungkin bilang yang sesungguhnya bahwa ia berharap tuan Arvind cepat kembali. Entah apa yang salah dengan otaknya tadi.
"Mungkin besok." jawab Arvind membuat Ayyara terdiam.
Arvind tersenyum lalu melangkah mendekat dan kali ini Ayyara tidak mundur.
"Karena itu, jika ada sesuatu yang anak kita inginkan.. Katakan sekarang!" pinta Arvind membuat tubuh Ayyara menegang.
Arvind tersenyum tipis lalu bergerak turun hingga kini wajahnya sejajar dengan perut Ayyara.
"Hh tuan"Kaget Ayyara namun Arvind segera menahan tubuh wanita itu agar tidak bergerak.
"Aku begitu mencintai anak kita, Ayyara." ucap Arvind lalu mendongak dan menatap wajah kaget Ayyara.
"Saya tahu. Tuan tidak perlu mengatakannya." ucap Ayyara pelan.
Arvind tersenyum lalu mengecup perut Ayyara beberapa kali kemudian kembali mendongak menatap wajah wanitanya.
"Lalu apa kau juga tahu bahwa aku mulai menyukaimu?"
Deg
-Bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengandung Anak Tuan Arvind
RomanceHarap bijak memilih bacaan! Ayyara, gadis berusia dua puluh tahun yang berasal dari keluarga miskin. Bukan hanya miskin, keluarganya juga memiliki setumpuk hutang. Untuk membayarnya, Ayyara terpaksa menerima tawaran dari wanita kaya untuk melahirka...