Happy Reading!
Karin memijat kepalanya lalu melirik ponselnya. Sudah jam sepuluh malam tapi suaminya belum pulang juga. Ia bahkan sudah beberapa kali menelpon namun tidak dijawab.
"Ck! Setidaknya aku harus bercinta dengan Arvind meskipun cuma sekali agar inseminasi bisa dilakukan." decak Karin. Tidak mungkin inseminasi dilakukan jika ia saja belum pernah bercinta dengan suaminya. Pasti akan aneh jika ia berpura-pura hamil padahal tidak ada pembuahan yang pernah dilakukan.
Brakk
Karin memukul meja riasnya lalu mengambil ponselnya. Ia harus menelpon mamanya dan meminta saran.
"Apa jangan-jangan Arvind selingkuh."
Karin mengusap wajahnya. "Tidak mungkin, mah. Jikapun iya harusnya sudah dilakukan sejak dulu. Tapi Apa? Arvind tetap bertahan dengan Karin meskipun kami belum diberi keturunan."
"Mama kan hanya menebak. Siapa tahu di luar sana ada wanita lain yang menarik perhatian suamimu."
Karin melotot. "Itu tidak mungkin, mah. Lagipula jika benar, Karin pasti sudah di usir dari rumah."
"Semoga saja memang tidak. Karena mama tidak mau hidup miskin."
"Makanya mama bantu Karin cari solusi dong. Karin lagi bingung banget."
"Ck.. Dasar bodoh!"
Karin mendengus. Wanita tua itu malah mengatainya, padahal jika ia berhasil hamil maka mereka akan terus kaya raya.
"Mama punya solusi atau tidak?" Tanya Karin kesal.
"Gunakan obat yang mama berikan tiga hari yang lalu!"
Karin membuka laci dan mengambil obat yang mamanya berikan. "Ini obat apa, mah?" tanya Karin bingung.
"Pastikan saja Arvind meminumnya. Mama yakin setelah itu kalian akan menghabiskan waktu semalaman untuk bercinta."
Karin tersenyun licik. Sepertinya ia tahu obat apa itu.
"Baiklah, mah." ucap Karin lalu menutup telponnya. Harusnya dia menggunakan obat ini dari awal.
Sekarang Karin hanya harus menunggu suaminya pulang.
Ceklek
Karin menoleh ke arah pintu dan segera berdiri menyambut suaminya.
"Sayang, kamu sudah pulang?" tanya Karin manja.
Arvind hanya diam lalu melepas dasi serta jas yang ia kenakan.
Karin segera mengambil dasi dan jas yang sudah suaminya lepas kemudian memasukkannya ke keranjang cucian.
"Biasanya kalau lembur, kamu pasti ngabarin aku." ucap Karin dengan nada sedih.
"Hn"
Karin berusaha tersenyum. "Ya sudah. Kamu mending mandi, nanti biar aku bikinin teh." ucap Karin membuat Arvind bergegas memasuki kamar mandi.
"Hhh" Arvind menghela napas kasar lalu mengguyur tubuhnya dengan air. Rasanya tubuhnya yang lelah terasa makin remuk karena melihat Karin.
"Entah apa yang wanita itu rencanakan dengan membuat teh." gumam Arvind. Pasalnya selama pernikahan mereka, Karin tidak pernah menawarkan teh apalagi membuatnya langsung.
Tiga puluh menit berlalu, Arvind keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk di pinggangnya. Sedang Karin sudah menunggu dengan segelas teh di tangannya.
Arvind mengernyit lalu menyeringai. Rencana Karin benar-benar mudah ditebak.
"Sayang, kamu pasti lelah kan. Ini aku buatin teh." ucap Karin membuat Arvind mengangguk.
Tok tok
Karin mendengus saat mendengar suara ketukan pintu.
"Siapa?" teriak Karin.
"Bi Umah, nyonya."
Karin segera berdiri dan membuka pintu.
Ceklek
"Saya hanya ingin mengantar teh pesanan tuan, nyonya."
Karin melotot lalu berbalik menatap suaminya.
"Masuk dan letakkan di sana!" titah Arvind membuat bi Umah melangkah masuk dan meletakkan gelas teh di atas meja.
"Sayang, kapan kamu minta bi Umah bikin teh?" tanya Karin. Padahal ia sudah membuat teh untuk suaminya itu. Apa jangan-jangan Arvind mencurigai sesuatu hingga tidak mau meminum teh buatannya.
Arvind menutup pintu setelah bi Umah pergi.
"Teh buatan bi Umah untukmu." ucap Arvind membuat Karin langsung tersenyum. Ternyata Arvind masih perhatian dan sepertinya tidak mencurigai apapun.
"Aku mengerti, sayang." ucap Karin lalu memberikan teh buatannya pada Arvind kemudian mengambil teh buatan bi Umah untuk dirinya sendiri.
Arvind meminum tehnya membuat Karin menyeringai. Ternyata sangat mudah menipu suaminya sendiri.
'Akhirnya.. Malam panjang ini tiba juga.' batin Karin lalu meminum teh di tangannya.
Arvind meletakkan gelas kosong di atas meja lalu beranjak mengambil pakaiannya sedang Karin langsung berbaring di atas tempat tidur dengan pose seksi. Ia harus terlihat semenggoda mungkin.
"Hoammm" Karin menutup mulutnya yang menguap lalu memukul kepalanya pelan. Kenapa tiba-tiba ia mengantuk?
Sedang Arvind hanya diam sambil mengeringkan rambutnya. Mungkin hanya menunggu beberapa menit lagi maka wanita licik itu akan jatuh tertidur dengan pulas.
Dan benar saja, sepuluh menit kemudian. Tubuh Karin sudah terbaring dengan mata yang tertutup. Napasnya sangat teratur menandakan jika wanita itu sudah tidur dengan nyenyak.
"Bodoh!" maki Arvind lalu bergerak merobek pakaian yang Karin kenakan.
Arvind menatap tubuh telanjang Karin lalu mendesis. Sial. Kenapa tubuhnya panas sekali. Seperti ada yang salah.
Tok tok
Arvind menoleh ke arah pintu lalu menyeringai. "Waktu yang sangat tepat, Ayyara." gumam Arvind lalu segera membuka pintu.
Ceklek
"Tuan_ kata bi Umah tu.. Arghhh" jerit Ayyara saat tangannya tiba-tiba saja ditarik ke dalam kamar.
Brakk
Arvind menutup pintu lalu segera menyudutkan Ayyara ke dinding.
"Arghh tuann" teriak Ayyara. Ia berusaha mendorong tubuh tuan Arvind namun sia-sia saja.
Trakkk
Seolah kesetanan Arvind segera mencumbu bibir dan tubuh Ayyara setelah ia merobek pakaian yang wanita itu gunakan.
"Ahh ahh ahh tuannn" jerit Ayyara diiringi desahan saat satu tangan tuan Arvind menerobos memasuki daerah sensetifnya.
Cupp
Sedang bibir keduanya juga saling menyatu. Bertautan semakin dalam. Ayyara bahkan bisa merasakan lidah tuan Arvind menerobos mulutnya bahkan menjelajahi satu persatu giginya.
"Ughh" tubuh Ayyara melemas membuat Arvind menarik wanita itu ke dalam gendongannya lalu membawanya ke atas tempat tidur.
"Arghhh" Ayyara menjerit saat tubuhnya dijatuhkan ke atas tempat tidur dan langsung ditindih oleh tuan Arvind. Namun bukan itu saja, Ayyara juga melihat nyonya Karin yang sedang tidur di sampingnya.
"ahh tuannnn ahh nyonyaa Karinn ahhh"
Arvind kembali membungkam bibir Ayyara dengan ciuman agar wanita itu diam.
"Emmmppp_" Ayyara melotot lalu sedikit terkejut saat kedua kakinya dipaksa dibuka lalu sesuatu yang besar dan keras berusaha memasuki bagian bawah tubuhnya.
"Hhhh_"Ayyara menggeleng namun tidak punya tenaga untuk menolak, dan detik berikutnya_
Jleb
"Arghhh" jerit Ayyara dengan mata yang melotot dan kedua tangan yang mencengkram kasur dengan erat.
-Bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengandung Anak Tuan Arvind
RomanceHarap bijak memilih bacaan! Ayyara, gadis berusia dua puluh tahun yang berasal dari keluarga miskin. Bukan hanya miskin, keluarganya juga memiliki setumpuk hutang. Untuk membayarnya, Ayyara terpaksa menerima tawaran dari wanita kaya untuk melahirka...