🌼12 (21+)

230K 3.1K 29
                                    

Happy Reading!

Arvind menggendong tubuh Ayyara memasuki salah satu kamar di dalam Villa.

Brakk

Setelah menutup pintu dengan kakinya. Arvind bergegas melangkah menuju tempat tidur.

Bukk

"Arghh" Ayyara menjerit saat tubuhnya dilempar ke atas tempat tidur lalu langsung ditindih oleh tuan Arvind.

Cupp

Arvind kembali mencium Ayyara. Namun kali ini lebih bernafsu dari pada di mobil tadi. Kedua tangan Arvind juga dengan cepat melepas dress yang Ayyara kenakan hingga yang tersisa hanya BH dan celana dalam putih.

"Empphh_" Ayyara bergerak tak nyaman saat tubuhnya kini hampir tak memakai apapun. Belum lagi ciuman tuan Arvind yang semakin menuntut.

"Ahh" Ayyara mendesah saat tuan Arvind bergerak turun mencium lehernya. Bahkan sesekali menyesap kuat kulit lehernya bahkan menggigit.

"Ughh tuann"Rintih Ayyara sembari meremas rambut tuan Arvind.

Arvind semakin bersemangat lalu bangkit dan melepas pakaiannya.

Melihat hal itu tentu saja membuat Ayyara panik. Ia segera menggeleng lalu beranjak turun dari tempat tidur namun belum sempat ia berlari tangannya sudah ditarik dan tubuhnya dibanting ke tempat tidur.

"Mau ke mana?" tanya Arvind serak. Di mana kini dia sudah tak memakai apapun dengan senjatanya yang terlihat.

Ayyara menggeleng. "Tuan_tidak boleh. Kita tidak boleh.. Dokter bilang__"

Arvind mengangguk lalu menarik lengan Ayyara agar gadis yang sudah tidak perawan itu duduk.

"Hah?" Ayyara melotot kaget saat wajahnya kini tepat berhadapan dengan senjata tuan Arvind.

"Puaskan aku dengan mulutmu!" itu bukan permintaan tapi perintah dan Ayyara jelas langsung bergerak mundur. Mulutnya tidak akan muat menampung benda sebesar itu.

Arvind berdecak lalu segera menahan kepala Ayyara agar tidak bergerak.

"Buka mulutmu!" titah Arvind tak sabaran.

Ayyara menggeleng membuat Arvind menahan kesal.

"Buka!"

Mendengar bentakan tuan Arvind membuat Ayyara dengan terpaksa membuka mulutnya.

"Lebih besar!" titah Arvind lagi membuat Ayyara mau tak mau harus menurut.

Arvind menyeringai lalu mengarahkan miliknya memasuki mulut Ayyara.

"Ahh"Desah Arvind saat ujung miliknya memasuki mulut hangat Ayyara.

"Engg_huk" wajah Ayyara langsung memerah dengan air mata yang mengenang dikedua matanya saat tuan Arvind menusuk semakin dalam hingga mengisi tenggorokannya.

Arvind mendongak menahan rasa nikmat pada senjatanya. Sedang Ayyara hanya bisa diam sembari berusaha bernapas dengan benar.

"Nikmat hh." desah Arvind lalu perlahan memaju mundurkan miliknya keluar masuk mulut Ayyara.

Suara milik Arvind beradu dengan mulut Ayyara yang basah mengisi keheningan kamar Villa yang mereka tempati.

Ayyara hanya bisa menahannya meskipun ia hampir sekarat. Mulutnya penuh dan bahkan tenggerokannya sangat sakit. Air mata juga sudah menetes melewati pipinya.

Melihat mulut Ayyara yang penuh dengan miliknya membuat Arvind semakin semangat lalu mulai bergerak cepat membuat wajah Ayyara memerah sempurna.

Ayyara berusaha mendorong tuan Arvind dengan memukul-mukul paha pria itu tapi semuanya sia-sia. Gerakan tuan Arvind semakin cepat dan Ayyara bisa merasakan benda di mulutnya semakin membesar.

"Emm hhhh"Ayyara memberontak sekuat tenaga namun tuan Arvind juga memegang kepalanya kuat.

"Ahhh ahh aku sampaii" desah Arvind lalu membenamkan mipiknya di mulut Ayyara dan_

"Ahhhh"Arvind mendongak ke atas dengan wajah penuh kenikmatan lalu menarik miliknya keluar.

"Huekkkk huekkkkk" Tanpa bisa menahannya, Ayyara langsung muntah di atas tempat tidur saat benda besar di mulutnya ditarik keluar.

Arvind segara menatap Ayyara dan merasa sedikit iba. Namun pikiran itu segera ia tepis jauh-jauh. Suruh siapa Ayyara berkomplot dengan Karin untuk membodohi dirinya.

"uhuukkk_huekkkk"

Arvind membiarkan saja Ayyara batuk dan muntah. Lebih baik sekarang dia mandi dan membersihkan dirinya.

Setelah tuan Arvind memasuki kamar mandi, Ayyara langsung bangkit dengan tangan yang memegang dadanya. Ia bergerak memunguti semua pakaiannya sambil menangis.

"Hiks_ "Isak Ayyara lalu memakai pakaiannya. Tenggerokannya sangat sakit dan rahangnya pegal. Belum lagi sakit yang hatinya terima. Sekarang ia tidak kurang dari seorang pelacur.

Arvind yang sebenarnya belum mandi dan mengintip dari sedikit celah di pintu kamar mandi hanya tersenyum miring melihat Ayyara.

Gadis itu pasti merasa sangat tersiksa dan memang itu tujuan Arvind. Ia ingin Ayyara tahu konsekuensi dari berbohong dan menipu.

Tepat jam satu siang, Arvind mengajak Ayyara untuk makan di luar. Keduanya singgah di salah satu tempat makan di dekat Villa yang mereka tempati.

Dan seperti sebuah kebiasan, lengan Arvind kini tak bisa lepas dari pinggang Ayyara. Seolah mereka adalah pasangan yang sangat bahagia dengan suami yang posesif.

"Ingin makanan lain?" bisik Arvind pasalnya semua makanan yang ia pesan sudah dihidangkan namun gadis di sampingnya belum mau menyentuhnya sama sekali.

Ayyara menggeleng pelan. Rasanya begitu sulit hanya untuk menelan ludahnya sendiri lalu bagaimana ia bisa makan.

Arvind berdehem lalu mengambil ikan bakar kemudian meletakkannya dihadapan Ayyara.

"Makan ini saja! Ikannya tidak keras dan mudah di telan." ucap Arvind membuat Ayyara melirik singkat pria yang kini masih memeluk pinggangnya itu.

Sebenarnya tuan Arvind itu jahat atau baik? Ayyara belum bisa menilainya. Tuan Arvind seperti punya dua kepribadian, kadang pemaksa dan kasar. Terkadang juga lembut dan perhatian.

Ayyara bisa merasakan usapan di pinggangnya.

"Cepat makan atau makanannya akan dingin." ucap Arvind lalu menarik tangannya dari pinggang Ayyara dan mulai makan.

Ayyara masih diam membuat Arvind kembali melirik ke samping. "Makan sendiri atau mau ku suapi?" tanya Arvind membuat Ayyara melotot lalu segera mencuci tangannya lalu mulai makan.

Arvind terkekeh melihat tingkah menggemaskan Ayyara lalu kembali melanjutkan makannya.

Mungkin malam ini Arvind akan membiarkan Ayyara istirahat. Membiarkan gadis itu sembuh dengan cepat agar segera bisa dibuahi.

-Bersambung-

Mengandung Anak Tuan ArvindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang