Happy Reading!
Prakkk
"Arghhhhh"Jerit Karin kencang setelah melempar ponselnya ke lantai lalu mulai mengamuk menghancurkan banyak barang yang ada di ruang tamu.
Beberapa pelayan yang melihat hal itu hanya diam seperti biasa. Mereka tidak berani bertanya apalagi menegur apa yang nyonya Karin lakukan.
Brakkk
Pranngg
"Arghh sial"Teriak Karin keras lalu menatap beberapa pelayan yang melihat ke arahnya.
"Apa yang kalian lihat? Pergi dari sini!"bentak Karin membuat semua pelayan yang ada di sana bergegas pergi karena takut.
Sementara Karin lanjut melampiaskan amarahnya, beberapa pelayan tadi malah bergosip di dekat dapur.
"Aku rasa tuan Arvind selingkuh." ucap salah seorang pelayan.
"Iya. Nyonya mengamuk setelah memeriksa ponselnya. Aku rasa seseorang mengirim foto saat tuan Arvind bersama wanita lain." sahut pelayan lainnya.
Deg
Ayyara yang tidak sengaja mendengar percakapan itu kembali masuk ke kamarnya dan mengunci pintu.
"A_apa nyonya hh Karin tahuu.." gumam Ayyara pelan lalu memegang dadanya yang berdetak sangat cepat.
Jika nyonya Karin tahu, maka__
Ayyara segera menggeleng lalu mencari ponsel yang tadi malam tuan Arvind berikan.
Ponsel berlogo apel digigit itu hampir lepas dari genggaman Ayyara karena tangannya yang gemetar. Sungguh, saat ini ia sangat ketakutan.
"Hhh_" Ayyara mengatur napasnya lalu menghubungi nomer tuan Arvind.
"Hn?"
"Tu_tuaann" ucap Ayyara gagap.
"Ada apa?"
"Nyo_nyonya Karin, tuan__ nyonya"
"Ada apa, Ayyara? Atau aku akan pulang dan melatihmu bicara."
Ayyara segera menggeleng. "Tuan, nyonya__"
Brakk brakk
"Ayyara, buka pintunya!"
Ayyara melotot kaget hingga ponsel di tangannya terlempar ke atas tempat tidur.
"Nyo_nyonyaaa" cicit Ayyara pelan.
Brakk brakk
"Buka pintunya, sialan! Apa yang kau lakukan di dalam?"
Brakk brakk
"Buka, Ayyara!"
Dengan kaki gemetar, Ayyara melangkah menuju pintu dan membukanya.
Ctar ceklek
"Apa yang__"
Ayyara segera berlutut saat nyonya Karin masuk.
"Maafkan saya, nyonya hiks.. Saya dipaksa oleh tu__"
"Apa yang kau lakukan? Siapa yang menyuruhmu berlutut?" tanya Karin kesal lalu menutup pintu.
Ayyara mendongak. "Bu_bukannya nyonya sedang marah?" tanya Ayyara pelan.
Karin mendengus kesal. "Suamiku mengajak wanita lain pergi ke pesta. Bisa kau bayangkan? Biasanya dia pasti mengajakku dan kali ini tidak." ucap Karin emosi lalu meremas rambutnya. Andai saja dia tahu siapa selingkuhan suaminya itu, ia pasti sudah menghabisi wanita itu dengan tangannya sendiri.
Ayyara diam dengan tubuh kaku. Jadi_ nyonya Karin tidak tahu.
"Sangat menyebalkan. Apalagi sepertinya perempuan itu lebih muda dari diriku." ucap Karin lalu meremas rambutnya.
Sedang Ayyara hanya menunduk. Kali ini mungkin ia selamat tapi bagaimana nanti jika nyonya Karin menyadari bahwa wanita yang bersama tuan Arvind itu adalah dirinya.
Ayyara menggeleng perlahan. Jika nyonya Karin tahu maka sudah dipastikan ia dan seluruh keluarganya akan mendapat masalah.
Karin mengatur napasnya. Ia tidak akan disingkirkan dengan begitu mudah setelah bertahan selama tujuh tahun. Dan lagipula ia yakin, jika itu benar perselingkuhan maka sudah dipastikan itu baru terjadi.
'Lagipula jika aku mengaku hamil nanti, Arvind pasti tidak akan marah jika aku memintanya menyingkirkan wanita itu' batin Karin lalu menyeringai menatap Ayyara.
"Berdiri!" titah Karin membuat Ayyara segera berdiri.
"Iya nyonya?" tanya Ayyara pelan.
"Tubuhmu baik-baik saja kan? Apa kau merasakan sakit setelah proses inseminasi kemarin?" tanya Karin seolah sangat perhatian.
Ayyara menggeleng. "Tidak, nyonya."
Karin tersenyum. "Bagus. Aku ingin kau menjaga tubuhmu dan dua bulan lagi aku ingin mendengar kabar baik. Kau mengerti?"
Ayyara mengangguk pelan membuat Karin tersenyum lalu mengatur napasnya.
"Bagus." ucap Karin lalu membuka pintu dan melangkah pergi.
"hh bagaimana ini?" gumam Ayyara. Baru seperti ini saja ia sudah ketakutan, bagaimana nanti jika nyonya Karin mengetahui segalanya.
Sedang seseorang yang masih tersambung ditelpon hanya menghela napas pelan. Arvind mendengar segalanya lalu bergumam.
"Dasar bodoh."
Malam harinya, Ayyara melirik ponselnya yang terus bergetar. Padahal ia sengaja tidak menjawab panggilang tuan Arvind. Tapi sepertinya tuan Arvind tidak menyerah juga.
Ayyara menguatkan hatinya lalu menjawab panggilan itu.
"Hal__"
"Apa saja yang kau lakukan, Ayyara?"
Ayyara segera menjauhkan telpon dari telinganya. Suara tuan Arvind terdengar sangat marah.
"A_apa ada yang penting, tuan?" tanya Ayyara memberanikan diri.
"Hm."
"Jika tidak ada yang penting maka panggilannya akan saya matikan."
"Saya tidak akan pulang malam ini."
"Hah?" Ayyara menatap ponselnya. Kenapa tuan Arvind mengatakan itu.
"Apa kau mendengarnya, Ayyara? Saya tidak pulang malam ini."
"I_iya tuan. Em apa tuan ingin saya menyampaikannya ke nyonya Karin?" tanya Ayyara polos.
"Bodoh. Kau ingin Karin curiga?"
Ayyara melotot. Benar juga. Akan aneh jika dia menyampaikan hal seperti itu pada nyonya Karin.
"Lalu untuk apa tuan mengatakan itu kepada saya?" tanya Ayyara bingung.
"____"
Benar juga. Apa yang aku pikirkan? Kenapa aku harus mengabari Ayyara tentang ini, seolah Ayyara menungguku di rumah, batin Arvind diseberang sana.
Ayyara menatap ponselnya. Kenapa tuan Arvind diam. Apa panggilannya sudah dimatikan.
"Hallo, tuan?"
"Hn?"
"Jangan lupa makan dan istirahat. Walau sedang bekerja, tuan tidak boleh lupa dengan keseha__"
Tuut
Ayyara segera mematikan telponnya saat menyadari apa yang ia katakan.
'Kenapa aku mengatakan hal seperti itu pada tuan Arvind.' batin Ayyara frustasi lalu memukul kepalanya pelan.
Sedang Arvind hanya terdiam setelah panggilannya terputus. Tanpa sadar ia malah tersenyum tipis. Bahkan banyaknya pekerjaan yang menunggu terasa tidak berarti setelah mendengar suara Ayyara.
-Bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengandung Anak Tuan Arvind
RomansaHarap bijak memilih bacaan! Ayyara, gadis berusia dua puluh tahun yang berasal dari keluarga miskin. Bukan hanya miskin, keluarganya juga memiliki setumpuk hutang. Untuk membayarnya, Ayyara terpaksa menerima tawaran dari wanita kaya untuk melahirka...