🌼35

73.2K 3.9K 211
                                    

Happy Reading!

Arvind menatap wajah Ayyara. Kenapa tidak ada respon atas pernyataannya.

"Ayy.. "

"Tidak, tuan." ucap Ayyara tiba-tiba membuat Arvind terdiam. Apanya yang tidak?

"Apa maksudmu, Ayyara?"tanya Arvind bingung.

"Perkataan tuan tadi di ruang tamu..."

"Jika karena hal itu kau menolak. Maka aku minta maaf, aku tidak tahu bagaimana kalimat itu bisa keluar. Yang jelas, aku tidak bermaksud mengatakannya dan.. "

"Saya tidak marah, tuan. Tidak sama sekali jadi tuan tidak perlu minta maaf. Namun meski tidak marah, perkataan tuan tadi membuat saya berpikir." ucap Ayyara lalu menyentuh perutnya.

Arvind ikut menyentuh perut Ayyara namun segera ditepis pelan oleh sang pemilik perut.

"Ayy.. "

"Pernikahan ini tidak akan membuat siapapun bahagia, baik tuan, saya ataupun bayi kita." ucap Ayyara lalu mengusap air mata yang tiba-tiba saja menetes di pipinya.

"Kita bisa mencobanya." ucap Arvind lalu mendekat namun Ayyara segera melangkah mundur.

"Ini bukan hanya soal kita, tuan. Kemarin saya tidak berpikir tentang hal ini saat membahas pernikahan. Saya lupa jika ada nyonya Karin, sebagai istri tuan." ungkap Ayyara membuat Arvind kaget. Untuk sesaat ia juga melupakan Karin.

"Kau tidak mau menjadi istri kedua?" tanya Arvind. Jika tidak mau lalu kenapa berpikir ke arah pernikahan. Ya meskipun Arvind memang berniat menceraikan Karin.

Ayyara menggeleng. "Bukan hanya menjadi istri kedua. Sekarang, saya bahkan tidak mau menjadi istri tuan dalam keadaan apapun." ucap Ayyara tegas membuat Arvind terkekeh. Merasa lucu pada wanita yang sekarang sok menolak menikah padahal pembahasan tentang ini dia yang memulainya.

"Jadi sekarang apa yang kau inginkan, Ayyara?" tanya Arvind.

"Tidak ada. Saya hanya akan menepati perjanjian awal kita." ucap Ayyara membuat Arvind mengangguk.

"Apa kau mengambil keputusan ini karena terpengaruh dengan tawaran ibuku?" tanya Arvind meremehkan. Wanita itu pasti tertarik dengan tawaran menjadi putri Sanjaya lalu menikah dengan pria yang lebih muda.

Ayyara menghela napas. "Tidak. Tujuan saya adalah tidak berhubungan lagi dengan tuan. Jadi tawaran apapun yang masih ada kaitannya dengan tuan, saya tidak mau." putus Ayyara membuat tangan Arvind mengepal.

"Bagaimana kau bisa memutus hubungan kita saat ada bayiku di rahimmu?" tanya Arvind tajam.

"Bukankah itu yang tuan inginkan? Tuan tidak membutuhkan saya selain untuk melahirkan bayi ini." balas Ayyara membuat Arvind kehilangan kata-kata.

Ayyara tersenyum tipis. "Tuan diam karena apa yang aku katakan benar," ucap Ayyara lagi lalu melirik ke arah pintu. "Jika tidak ada lagi yang ingin tuan katakan, silahkan pergi!" usir Ayyara membuat Arvind menatap tajam wanita itu untuk beberapa detik lalu beranjak pergi.

Brakk

Ayyara menyentuh dadanya saat tuan Arvind menutup pintu dengan kasar.
Saat ini, ia aman. Tuan Arvind tidak akan berani berbuat kasar walau semarah apapun. Pria itu tidak akan menyakiti wanita yang mengandung bayinya dan itulah kemenangan Ayyara saat ini.

Sedang di luar, Arvind hanya bisa melampiaskan amarahnya pada benda mati. Ia menendang sofa dan menghancurkan beberapa hiasan lain.

"Argg.. Sial!" maki Arvind lalu melangkah menuju sebuah guci dan berniat menendangnya, namun_

"Jika kau menendangnya maka mama akan membawa Ayyara pergi." ancam Juwita yang secara otomatis menghentikan gerakan Arvind.

Sekarang hanya helaan napas kasar yang terdengar. Sudah jelas, pria itu sangat marah.

"Kenapa, ditolak?" tanya Juwita santai  membuat Arvind berbalik dan melangkah mendekati mamanya.

"Dia akan setuju, hanya menunggu waktu." ucap Arvind membuat Juwita terkekeh.

"Menurut mama, Ayyara tidak akan setuju."

Arvind tersenyum licik. "Akan dan harus setuju."

Juwita menghela napas. "Jika wanita sudah menggunakan logikanya maka tamatlah sudah."

"Logika? Terdengar tidak meyakinkan." balas Arvind remeh.

"Dasar bodoh. Jika mama jadi Ayyara, mama tidak akan mau menikah dengan pria yang meniduri gadis lain saat istrinya hamil. Ya meskipun kebenarannya Karin tidak hamil, tapi tetap saja kau selingkuh." ucap Juwita membuat Arvind membeku.

"Dan sekarang Ayyara sudah menyadari itu, kau bukan suami yang setia. Itulah yang saat ini Ayyara pikirkan." lanjut Juwita.

"Wanita zaman sekarang sudah bisa memaklumi hal-hal seperti itu." balas Arvind datar.

Juwita tersenyum tipis. "Mungkin Karin iya. Dia akan dengan senang hati menganggap perselingkuhanmu sebagai hal biasa. Tapi Ayyara? Dia hanya gadis biasa dari desa. Mama yakin hidup bebas dan perselingkuhan masih sedikit tabu di sana" jelas Juwita lalu menatap ponselnya yang berdering.

"Istrimu." beritahu Juwita membuat Arvind menghela napas.

"Hubungi wanita itu! Siapa tahu dia ingin menyampaikan kabar buruk seperti keguguran. Mengingat wanita yang harusnya melahirkan untuknya tidak lagi di sana." ucap Juwita lalu beranjak pergi membuat Arvind segera mengambil dompet dan kunci mobilnya.

Lebih baik sekarang ia mengurus masalah Karin dulu baru nanti membujuk Ayyara untuk menikah. Lagipula wanita mana yang tidak mau menikah dengan dirinya?

Tidak ada.

-Bersambung-

Mengandung Anak Tuan ArvindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang